Joanna memiliki kehidupan yang bahagia. Keluarga yang menyayangi dan mendukungnya. Pekerjaan yang mapan dengan gaji tinggi. Dan calon suami yang mencintainya.
Sayangnya, kehidupan Jo hancur hanya dalam tempo singkat. Usaha keluarganya hancur. Menyebabkan kematian ayah dan ibunya. Dipecat dan bahkan tidak dapat diterima bekerja dimanapun. Dan calon suaminya menikah dengan putri konglomerat.
Dan semua itu karena satu orang. Konglomerat yang terlalu menyayangi adiknya sampai tega menghancurkan kehidupan orang lain.
Jo tidak akan pernah memaafkan perbuatan musuh terburuknya. Tidak akan
yang belum 20 tahun, jangan baca ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
"Dasar bajingan!! Brengsek!!" umpat Jo berjalan keluar dari kamar pria hina itu. Tangannya masih gemetar karena menahan amarah.
"Semoga saja dia cepat mati dan masuk neraka. Semoga dewa kematian datang padanya malam ini!"
Jo terus saja mengumpat dan menghina pria itu meski dia sedang melewati barisan pengawal yang menjaga seluruh lorong. Dia tidak menduga pria itu membeli rumah lama ya. Dan memberi harga seperti itu agar Jo bisa mendapatkan kembali rumahnya.
Dia dalam perjalanan ke kamarnya tapi perlahan merasakan sakit di kepalanya. Apa ini? Pikirnya.
"Apa Anda baik-baik saja Nona?" tanya penjaga pintu lift.
"Iya"
Ini pasti efek dari anggur yang dia tenggak sekaligus tadi. Jo keluar dari lift, berjalan terhuyung ke arah kamarnya. Hampir saja kehilangan kesadaran saat dia menemukan pintu kamarnya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak pingsan sebelum masuk ke dalam kamar.
Gemetar tangannya tidak mau berhenti, membuat proses membuka pintu begitu sulit dilakukan. Tapi akhirnya dia bisa masuk ke dalam kamar. Dan pingsan tepat di atas ranjangnya.
Keesokan harinya, Jo terbangun dengan sakit kepala yang tak tertahankan.
"Oohhhh" erangnya kesakitan. Dia ingin sekali bangun dan minum tapi bahkan tidak bisa menggapai gelas yang ada di atas meja sebelah ranjangnya.
Lalu sebuah tangan besar menyodorkan gelas berisi air padanya. Matanya memicing, berusaha melihat wajah yang tidak terlihat karena kegelapan kamarnya.
"Terima kasih" ucapnya, berusaha untuk minum air yang ada di dalam gelas itu. Sakit kepalanya berangsur menghilang dan Jo bisa melihat orang yang menyodorkan minum tadi.
"Sudah membaik?" tanya orang itu.
"Apa yang kau lakukan disini?!!" teriak Jo tidak terima. Bagaimana bisa pria brengsek itu ada di kamarnya? Apa benar ini kamarnya? Jo melihat sekeliling, memastikan dia tidak salah kamar kemarin malam. Dan ternyata benar ini kamarnya. Artinya pria brengsek itu masuk ke kamarnya tanpa ijin.
"Kau hampir pingsan di lorong kemarin. Dan aku bisa memastikan keadaanmu tidak baik di pagi hari. Aku benar"
"Pergi! Pergi dari kamarku!!! Atau aku akan melaporkanmu ke manajer hotel!!"
Memang pria itu pemilik hotel Crown ini. Tapi bukan berarti pria itu berhak memasuki kamar orang lain seenaknya. Apalagi disaat dia tidak sadar. Jo memeriksa bajunya, merasa senang kalau semuanya masih lengkap.
"Aku tidak suka bercinta dengan seseorang yang pingsan. Bukan seleraku. Aku akan pergi, tapi pastikan kau makan dan meminum obatmu. Aku tidak ingin efek anggur itu bertahan lama." ucap pria itu lalu pergi dari kamar Jo.
Dia turun dari ranjang dan pergi ke pintu. Memastikannya terkunci sebelum kembali ke ranjang. Lalu dilihatnya meja penuh dengan makanan. Jo tidak menuruti saran pria itu dan kembali tidur.
Brandon berada di depan komputernya. Memeriksa satu demi satu nama tamu yang sedang menginap di hotel. Dia benar-benar melihat Jo waktu itu. Dia pasti tidak salah lihat.
Tapi kenapa dia tidak menemukan nama Joanna di data? Apa dia memang salah lihat? Terlalu ingin bertemu dengan mantan tunangannya itu sampai berhalusinasi.
"Apa yang kau lakukan?"
Brandon berdiri, terkejut dengan seseorang yang tiba-tiba datang ke ruangannya.
"Tuan Anthony!"
"Kenapa kau begitu terkejut?"
"Tidak. Tidak apa-apa" jawabnya lalu menutup layar yang menampilkan daftar nama tamu hotel.
"Aku lihat kau mulai terbiasa dengan pekerjaanmu"
"Saya hanya berusaha sebaik mungkin agar tidak mempermalukan Anda."
"Kau masih berbicara dengan sangat sopan padaku. Apa kau belum menganggap ku kakak ipar?" tanya Tuan Anthony membuat Brandon ketakutan.
"Maafkan saya. Saya akan berubah"
Tuan Anthony mendekat dan menepuk pundaknya.
"Urus saja Kate dengan baik, maka semuanya akan baik-baik saja. Dan mulailah terbiasa memanggilku kakak ipar" ucap Tuan Anthony lalu pergi dari ruangan nya.
Brandon duduk di kursinya dan mengeluarkan napas panjang. Merasa beruntung apa yang dilakukannya sekarang tidak ketahuan oleh kakak iparnya itu. Kalau tidak, Brandon bisa memastikan akan terjadi sesuatu yang buruk nantinya.
Dia harus lebih berhati-hati lagi. Tidak boleh menimbulkan sesuatu berbahaya untuk orang-orang didekatnya lagi. Atau kejadian pada Jo akan terjadi lagi. Dan dia tidak berani membayangkan semua kesedihan yang akan diderita.
Makan siang tiba dan seperti pegawai lain, Brandon makan di kantin karyawan. Hanya beberapa orang di jabatan paling atas mengetahui statusnya sebagai adik ipar keluarga Cooper.
"Apa kalian tahu? Tuan Anthony tinggal di hotel beberapa hari ini" kata seorang pegawai yang duduk tidak jauh dari Brandon.
"Benarkah? Apa ada acara di hotel?"
"Sepertinya tidak. Tapi Tuan Anthony yang kamarnya ada di bagian paling atas, terlihat di lantai delapan pagi ini. Apa menurutmu dia menemui seseorang disana?"
Brandon mendengar hal ini dari Kate, istrinya. Tuan Anthony memilih untuk tinggal di hotel karena malas pulang. Tapi ternyata itu hanya alasan untuk mendekati seseorang? Apa salah satu wanita yang malam itu sengaja dikirimkan oleh pejabat yang ingin didukung keluarga Cooper?
"Tapi kata salah seorang penjaga lift yang bertugas, wanita itu tidak seperti wanita lainnya yang mendekati Tuan Anthony. Tampak sangat sederhana namun cantik alami. Dan pastinya bukan dari keluarga yang berada di level sama dengan keluarga Cooper"
Brandon mendengar semuanya. Dia mulai penasaran pada wanita baru yang mendapat perhatian kakak iparnya itu. Setahu Brandon, semua wanita yang berada di dekat kakak iparnya selalu bergaya glamor. Dan selalu berasal dari keluarga kaya. Putri pengusaha, anak pejabat, pemilik perusahaan dan beberapa wanita kaya. Belum pernah Brandon mendengar kakak iparnya itu tertarik pada seorang wanita biasa.
Kembali dari makan siang, Brandon berada di dalam lift pekerja. Dia melihat tombol delapan dan menekannya.
"Aku hanya penasaran" katanya dalam hati.
Perlahan Brandon menyusuri lorong demi lorong yang ada di lantai delapan. Berusaha menemukan wanita yang mendapatkan perhatian dari kakak iparnya. Dan ketika dia sampai di lorong kamar nomor 850 sampai 899, langkahnya terhenti.
Ada dua pengawal berbadan besar berdiri tepat di depan kamar nomor 890. Dan pengawal itu adalah pengawal keluarga Cooper.
"Jadi benar ada wanita di lantai delapan yang mendapat perhatian Tuan Anthony" katanya dalam hati. Dia ingin menunggu disana dan melihat wanita itu. Tapi setelah menghabiskan waktu selama lima belas menit dan tidak ada seorang pun keluar dari kamar itu. Brandon menyerah. Dia kembali ke ruangannya untuk bekerja.
Tidak lama setelah kepergiannya, pintu kamar nomor 890 terbuka. Seorang wanita yang dicarinya selama dua tahun keluar dari kamar itu.