Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, dan guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
第22章
“Kau sudah datang?” sambut Long Ziling seakan sudah tahu akan kedatangan Wang Lu, bahkan sepertinya ia juga sengaja menunggu meski ia tidak menoleh saat mengatakannya.
Pria tujuh abad berwujud anak laki-laki berusia tujuh tahun itu berdiri membungkuk di tepi jembatan kayu rendah di ujung lapangan rumput, memandangi kerumunan ikan di permukaan air. Tangan kirinya memegangi mangkuk kecil berisi pakan ikan, tangan kanannya menaburkan pakan itu ke sungai sejumput demi sejumput.
Ikan-ikan aneh berwarna transparan seperti agar-agar berkerumun berebut pakan yang ditaburkan itu.
Wang Lu menghampiri lelaki kecil itu dan bergabung di sisinya. “Kau sudah tahu aku akan datang,” terkanya sembari bersedekap.
“Aku juga sudah tahu kau akan menyelesaikannya,” sahut Long Ziling tanpa menoleh, dan selalu tanpa ekspresi.
Wang Lu menatap Long Ziling dengan ekor matanya, alisnya sedikit mengerut. “Perkataanmu… sebenarnya keyakinan atau pengharapan?” tanyanya tak yakin.
Long Ziling mengerling ke arahnya dan tersenyum samar, “Menurutmu?” Ia balas bertanya.
“Katakan!” pungkas Wang Lu tak ingin berbasa-basi lagi. “Apa sebenarnya misiku?” tanyanya berterus terang.
“Apa yang kau pikirkan ketika kau mengetahui bahwa aku adalah Ketua, itulah yang menjadi misimu!” jawab Long Ziling lebih tak ingin berbasa-basi. Singkat, jelas, padat… telak.
“Aku mengerti,” ulas Wang Lu.
“Apa kau juga mengerti aturannya?” Long Ziling mengkonfirmasi.
Wang Lu mengerjap dan menoleh. “Masih ada aturannya?” protesnya.
“Ada batas waktu dan… hukuman,” imbuh Long Ziling.
“Hukuman?” Wang Lu menaikkan sebelah alisnya. “Jika aku tidak bisa memecahkan misteri ini selama batas waktu yang ditentukan, aku akan dihukum?”
“Bù!”~bukan, tukas Long Ziling tetap datar dan tanpa ekspresi. “Hanya jika kau membocorkan rahasiaku, baru kau akan dihukum.”
Wang Lu mendesah dan memalingkan pandangan ke arah sungai, mengamati gerombolan ikan aneh yang masih berebut pakan dengan tercenung.
“Jadi berita pelatihan tertutup itu hanya alasan?” gumam Wang Lu setelah sejenak terdiam.
“Tidak bisa dikatakan begitu juga,” sanggah Long Ziling. “Aku memang melakukan latihan tertutup untuk mendapatkan pencerahan. Tapi… sudah sepuluh tahun, dan aku belum mendapatkan petunjuk apa pun,” tuturnya dengan muram. “Dan selama itu, setiap tahunnya, setiap perayaan ulang tahunku, Paviliun Longtian selalu menjadi objek lelucon.”
Wang Lu mengepalkan tangannya penuh tekad. “Ketua tenang saja,” janjinya dalam geraman tertahan. “Kupastikan, ulang tahunmu kali akan berbeda!”
WUSSSHHH!
Ledakan energi berpendar dari kepalan tangannya.
Senyuman penuh pemahaman sang ketua melebar di sudut bibir Long Ziling.
Setelah menyerahkan surat misi pada Long Ziling, Wang Lu pun memohon diri tanpa menanyakan lagi berapa lama tenggat misinya.
Surat misi itu perlu ditandatangani nantinya setelah habis masa tenggat sebagai bukti bahwa seseorang menyelesaikan misinya atau tidak.
Karena misi pertama adalah Misi Gunung Dalam, dibutuhkan segel Gunung Dalam sebagai formalitas.
Begitu pun misi kedua. Misi Kota Huanran membutuhkan segel Pemimpin Kota.
Jadi, setelah cukup beristirahat, keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Wang Lu dan Yu Fengmu sudah turun gunung dan menemui Pemimpin Kota, dan belum apa-apa pemimpin kota itu sudah mengadakan perjamuan saking senangnya pertolongan akhirnya segera datang.
“Ini terlalu berlebihan, kan?” bisik Yu Fengmu, berbalik merasa tak enak hati. “Bagaimana kalau kita mengecewakan mereka?”
Tapi Wang Lu tampaknya tak peduli. "Jika kau bahkan tak yakin pada dirimu, maka selamanya kau takkan bisa berdiri di hadapanku," katanya dengan ekspresi dingin yang membuat Yu Fengmu secara otomatis memicingkan mata. "Entah itu sebagai rekan... maupun lawan!" Wang Lu menandaskan.
Sebenarnya bukan itu yang menjadi pertimbangan Wang Lu.
Dipikir bagaimanapun, kasus teror iblis langit ini terlalu janggal.
Pertama, kota ini terlihat normal dan ceria. Tidak ada tanda-tanda aura iblis pernah melintas di tempat ini.
Yang disebut iblis langit itu tidak seperti iblis bumi atau siluman dan spirit beast. Kemunculannya tak sesederhana meneror atau membunuh sekehendaknya.
Langit punya aturan sendiri untuk membatasi penggunaan energi alam semesta demi menjaga keseimbangan. Mekanisme alam akan berfungsi otomatis jika terdeteksi penyalahgunaan seperti ini.
Meski sebagian besar ingatan Dewa Buangan belum pulih sepenuhnya dalam pribadi Wang Lu, namun secara naluriah pemuda itu bisa merasakan ketidakberesan di sekitarnya seakan ia memiliki radar sendiri.
Iblis langit adalah para dewa dari klan kegelapan. Jika salah satu dari mereka turun atau melintas ke alam fana, jejak mereka tak akan hilang dalam semalam.
Dikatakan, elemen kegelapan mampu menelan seluruh elemen lain hingga radius puluhan kilo. Dan itu artinya aura mereka bisa membuat satu kota dilanda kekeringan, krisis sumber daya, badai kegelapan dan penyebaran sampar.
Yang kedua, yang lebih janggal adalah rata-rata korban hanya pejabat.
Iblis langit macam apa yang pilih-pilih sasaran?
Tak peduli raja atau rakyat jelata, di mata mereka, manusia seperti semut. Sekali menindas satu kawanan akan binasa.
“Beberapa hari yang lalu, seorang pedagang dari luar daerah terjebak kabut aneh saat hendak menyebrang di Jembatan Julong, kusirnya melihat seseorang direnggut dari kereta dan dibawa terbang. Lalu keesokan harinya, Hakim Daerah ditemukan tewas tergantung di pohon,” cerita Pemimpin Kota. “Keretanya hancur dan kusirnya menghilang, kemungkinan sudah tewas dimakan iblis.”
“Anda sungguh yakin ini ulah iblis langit?” Wang Lu menanggapi acuh tak acuh dengan gaya slebor. Sebelah pipinya bersandar pada kepalan tangan dengan sikut bertopang pada tepi meja.
“Yakin atau tidak, semua orang membicarakannya,” tukas Pemimpin Kota. “Jadi, Anak Muda… kalau jadi aku, tak peduli iblis langit atau bukan, bagaimanapun juga, kau harus menganggapnya begitu, kan?”
“Aku mengerti,” gumam Wang Lu memaklumi.
“Sejak satu bulan lalu, banyak orang di Huanran yang menghilang tanpa alasan.” Pemimpin Kota melanjutkan. “Sebagian besar adalah pejabat setempat. Hidup matinya juga tak diketahui. Aku sudah meminta pihak kekaisaran untuk mendatangkan penyidik dari ibu kota, namun… kasus ini, tidak ada petunjuknya sampai sekarang. Baru aku meminta bantuan ke sekte-sekte praktisi spiritual.”
“Lalu dari mana datangnya keyakinan bahwa ini adalah kasus teror iblis langit?” Wang Lu bertanya lagi.
“Kasus semacam ini juga pernah terjadi sepuluh tahun lalu. Karena kecewa pada pihak kekaisaran, Hakim Daerah akhirnya mendatangkan para praktisi spiritual. Belakangan baru terungkap, sebuah sekte aliran sesat melakukan ritual pengorbanan untuk membangkitkan dewa iblis. Setelah sekte itu dihancurkan, memang tidak ada orang yang menghilang lagi!”
“Ternyata begitu?” gumam Wang Lu sambil bersedekap dan mengusap dagu dengan buku jarinya.
Usai perjamuan itu, mereka dipandu ke salah satu paviliun terbaik di Kediaman Pemimpin Kota untuk beristirahat. Tapi Wang Lu memutuskan untuk memulai penyelidikan.
“Kasus iblis langit ini terlalu mengada-ada,” ungkap Wang Lu setelah mereka keluar dari kediaman Pemimpin Kota.
“Apa maksudnya terlalu mengada-ada?” Yu Fengmu tak mengerti.
“Segala hal tentang iblis langit ini, hanyalah tipu muslihat!” Wang Lu menjelaskan. “Tak hanya di depan mata, terlebih di dalam hati!”
Yu Fengmu menatap Wang Lu dengan alis mengerut. Sedikit takjub bocah tengik itu bisa serius.
“Di dunia ini, ada sebuah kekuatan yang bernama sugesti,” tutur Wang Lu. “Lebih kuat dari keyakinan. Kekuatan dari sugesti ini bisa sangat kecil, juga sangat kuat. Bisa menguatkan, bisa menyesatkan.”
“Apa kau masih Bocah Tengik?”
ketukan Duanmu Jin...!!!
Cuma tidak bisa tidur, gara2 ulah Wang Lu...
👍👍👍
kata si Mulan Jameela
Dia waras....
Atau Sableng...???
2. Penjara Dewa
3. Jurus-jurus rahasia Wang Wu, dll
Apakah Wang Wu, Dewi pendisiplinan ?
😜😜😜