Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Mengikuti Kata Hati
Seperti sudah menjadi aturan tak tertulis, Narendra akan membawa Khalisa ke ruangannya sebelum mereka mulai bekerja.
Jika biasanya Khalisa akan ikut mendengarkan penjelasan Wildan tentang kegiatan Narendra setiap harinya. Kali ini Khalisa memilih melipir ke balkon yang ada diruangan pimpinan Wiranata Group.
Khalisa menghirup udara pagi yang segar, namun tidak terlalu bersih akibat pencemaran asap kendaraan. Khalisa juga merasakan sinar matahari yang hangat. Keduanya cukup membantu Khalisa menyegarkan pikirannya yang saat ini sedang dipenuhi banyak hal. Seperti benang kusut, yang butuh kesabaran untuk mengurainya.
Dia memang meminta Darel untuk bersikap seolah tidak tahu tentang siapa Sonia yang sebenarnya. Namun tidak dapat Khalisa pungkiri, dia jadi penasaran dan ingin tahu siapa orang tua Sonia sebenarnya. Andai saja ayah Arsyad masih ada, Khalisa pasti bisa bertanya dengan cinta pertamanya itu.
"Apakah kak Nia tahu, dia bukanlah anak kandung papa dan mama?" tanya Khalisa pada dirinya sendiri.
Sejak kemarin nomor saudaranya itu tidak aktif. Membuat Khalisa tidak bisa menghubungi Sonia. Terakhir mereka berkomunikasi hanya sebuah pesan yang dikirimkan Sonia. Setelahnya Khalisa sibuk dengan mami Aulia yang mengajaknya makan siang, lalu perawatan di salon, ke butik, dan berakhir dengan acara pertunangannya dengan Narendra. Yang merubah status Khalisa menjadi calon istri pria itu.
"Mas Rendra itu benar-benar." gumam Khalisa. Hanya karena dia menjawab, 'Iya' kemarin pagi, pria itu langsung mengadakan acara pertunangan.
Khalisa menoleh pada Narendra yang masih bicara dengan Wildan. Menatap lekat pria yang beberapa hari yang lalu menyatakan cinta padanya.
"Benarkah kamu mencintai Ica, Mas? Secepat itu berpaling? Ada apa?" gumam Khalisa yang penuh dengan pertanyaan. Dan Khalisa butuh jawaban untuk semua itu.
Jujur Khalisa belum yakin dengan perasaan Narendra. Rasanya semua terlalu cepat. Namun dia tidak menolak untuk bertunangan dan menikah dengan Narendra. Khalisa hanya mengikuti kata hatinya saja 'mengiyakan dan menerima' ajakan Narendra untuk menikah. Padahal Khalisa sendiri belum yakin dengan perasaanya terhadap Narendra. 'Apakah dia juga mencintai Narendra?'
Satu hal yang tidak bisa Khalisa pungkiri. Semua perhatian dan kasih sayang yang Narendra berikan padanya selama ini, mampu membuat Khalisa nyaman berada didekat pria itu.
Selain mengikuti kata hatinya. Nasehat yang diberikan paman Kamal, juga menjadi salah satu alasan. 'Mengapa Khalisa menerima permintaan Narendra.'
"Ayah, semoga kali ini Ica tidak salah menentukan arah." ucap Khalisa. Matanya menatap langit yang cukup cerah pagi ini, sambil mengingat pesan terakhir ayah Arsyad.
"Jika suatu hari ayah sudah tidak ada. Maka dengarkanlah dan ikuti apa yang menurut paman kamu baik, Nak." ucap ayah Arsyad. Waktu itu mereka membicarakan sesuatu yang pasti, yaitu kematian.
Ting. Satu notifikasi masuk dari nomor tidak dikenal, "Devan?" gumam Khalisa setelah membaca isi pesan tersebut.
Pria itu mengucapkan selamat atas pertunangan Khalisa dan Narendra. 'Meski masih begitu besar rasa cinta ini untuk kamu, tapi aku tahu, aku bukan pria yang pantas untuk kamu, Khalisa Aulia Arsyad.'
"CK, kalau cinta tidak akan semudah itu tidur dengan wanita lain." ucap Khalisa dalam hati. Apalagi Devan bukan hanya tidur dengan Viola saja.
Segera saja Khalisa menghapus pesan itu. Tidak ada niatan Khalisa untuk membalas pesan dari Devan. Tidak ada kata maaf untuk sebuah peselingkuhan. Khalisa yakin, suatu hari nanti Devan pasti akan mengulanginya lagi. Dari pada terluka, lebih baik Khalisa mengakhirinya bukan?
Tidak perlu nanti, sekarang pun Devan baru bangun dari tidurnya. Setelah semalaman dia berbagi peluh dengan model yang sejak dulu mencoba mendekati Devan. Bukan membersihkan diri, Devan justru mengirim pesan pada Khalisa. Entah apa maksud pria itu? Apa dia menyadari, apa yang dia lakukan salah? Tapi tetap saja pria itu lakukan.
"Apa yang kamu pikirkan sayang?" tanya Narendra sambil memeluk Khalisa dari belakang. Dikecupnya pipi chubby Khalisa, yang dimata Narendra selalu mengemaskan. Jika dulu Narendra hanya mencubitnya, kini dia berani mencium pipi yang sekarang merona itu.
"Mas geli." ucap Khalisa karena Narendra mengusap usap jambangnya yang belum sempat dicukur, di pipi mulus Khalisa.
Narendra terkekeh melihat Khalisa yang mendorong wajahnya untuk menjauh. "Jadi apa yang kamu pikirkan, hemmm?" tanya Narendra lagi.
"Kak Nia, sampai sekarang dia tidak bisa dihubungi." jawab Khalisa.
"Doakan saja, dia baik-baik saja." ucap Narendra. Padahal dia tidak begitu suka Khalisa memikirkan Sonia yang sudah berniat jahat pada mereka.
"Semoga saja. Amin." balas Khalisa.
"Ayo!" ucap Narendra sambil melepaskan pelukannya.
"Mau kemana? Ica mau ke ruangan." tanya Khalisa.
"Mami minta kita datang ke butik temannya." jawab Narendra.
"Ke butik lagi? Mau apa?" tanya Khalisa lagi.
"Sayang, kita mau menikah kurang dari tiga minggu lagi. Kamu....
"Ica butuh pakaian pengantin." ucap Khalisa memotong ucapan Narendra.
"Itu tahu." sahut Narendra sambil mencubit gemas hidung mancung calon istrinya.
"Ayo!" ajak Khalisa. Dia tidak ingin mami Aulia menunggu lama di butik. Karena Khalisa tahu bagaimana tidak sukanya wanita paruh baya itu dengan kata menunggu dan terlambat.
Namun Narendra menahan langkah Khalisa, "Cium dulu." ucap Narendra menunjuk pipinya.
"Modus." sahut Khalisa sambil berlari meninggalkan Narendra yang tertawa, lalu berjalan menyusul gadisnya.
***
"Lho, Ica?" ucap tante Karlina, begitu Khalisa masuk ke dalam butik temannya yang menyediakan khusus pakaian pengantin.
"Tante apa kabar?" balas Khalisa sambil meraih punggung wanita paruh baya itu.
Meski hubungannya dengan Devan sudah berakhir, bukan berarti dia memutus hubungan baiknya dengan tante Karlina. Wanita itu tidak bersalah, bahkan sangat baik selama dia menjadi tunangan Devan.
"Mana Sonia? Dia izin untuk mengurus pernikahannya, tapi kenapa kamu yang sibuk mengurus pakaian pengantin untuk dia?" tanya tante Karlina yang masih mengira Sonia akan menikah dengan Narendra.
"Siapa bilang Ica ngurusin pakaian untuk Sonia. Dia datang untuk membuat gaun pengantinnya sendiri." Mami Aulia yang menjawab mewakili Khalisa, sambil memberikan punggung tangannya pada Khalisa yang akan salim.
"Tapi saya sudah bilang jeng Intan, Ica tidak jadi membuat gaun pengantin. Karena tidak jadi menikah dengan Devan." balas tante Karlina.
"Ica akan menikah dengan saya." ucap Narendra.
Tante Karlina menoleh pada Narendra, "Jangan bercanda, kamu kan calon suami Sonia." ucap tante Karlina yang sebenarnya belum rela melepas Khalisa sebagai calon menantunya.
Andai saja dia memiliki satu orang putra lagi yang sebaya dengan Khalisa, pasti akan dia jodohkan dengan putranya itu. Sayang, adiknya Devan masih duduk dibangku sekolah menengah atas.
"Mereka tidak bercanda Ma." sahut om Ridwan, suami tante Karlina, Ayah sambung Devan.
"Khalisa, sekarang kamu mengertikan, mengapa saya dulu tidak ingin pertunangan kamu dan Devan diketahui oleh banyak orang?" ucap om Ridwan. Khalisa mengangguk.
Dulu Khalisa pikir, om Ridwan malu memiliki calon menantu orang biasa seperti dia. Tapi ternyata, pria itu memikirkan kebaikan untuk dirinya. Khalisa sangat berterima kasih untuk itu.
"Saya senang, akhirnya kamu menyadari perasaan kamu." ucap om Ridwan pada Narendra sambil tersenyum tulus dan menepuk nepuk punggung calon suami Khalisa itu.
Tante Karlina memeluk Khalisa dengan erat. "Berbahagialah Nak. Apa pun hubungan kita saat ini, jangan lupakan Mama. Bagi Mama kamu tetaplah putri kesayangan keluarga kami." ucap tante Karlina yang masih berharap Khalisa mau memanggilnya mama.
"Ica tidak akan pernah lupa dengan Tante. Selama ini, Tante suda sangat baik dan tulus menyayangi Ica. Terima kasih, Tante" balas Khalisa, sambil tersenyum lembut pada wanita yang baik hati itu. Sayang putranya tidak sebaik mamanya.
Om Ridwan mengajak tante Karlina untuk pulang. Mereka pun berpamitan meninggalkan mami Aulia, Khalisa dan Narendra yang akan melanjutkan tujuan mereka datang ke butik ini.
"Ayo sayang, kita temui jeng Intan. Tadi Mami sudah kasih lihat gambar hasil rancangan kamu sama jeng Intan. Katanya kamu berbakat jadi perancang busana." ucap mami Aulia sambil berjalan menuju ruangan pemilik butik.
Narendra mengikuti langkah kedua wanita yang dia sayangi. Dia memperhatikan serta membandingkan bagaimana sikap mami Aulia pada Khalisa dan Sonia. Jelas, mami Aulia lebih terlihat bahagia saat bersama Khalisa. Begitupun dirinya. Semua orang benar, Narendra sangat terlambat menyadari perasaanya.
"Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali." gumam Narendra menghibur diri.
Khalisa dan mami Aulia sibuk bicara dengan jeng Intan. Mereka membahas rancangan yang khalisa gambar, lalu asisten jeng Intan mengukur tubuh Khalisa.
Pakaian pengantin Khalisa akan siap dalam waktu satu minggu. Mami Aulia bisa tersenyum lebar. Karena sebelumnya dia ragu, apa bisa siap dalam waktu dekat? Dia ingin pernikahan Narendra dan Khalisa menjadi pernikahan yang sangat istimewa. Semua karena bentuk rasa syukur mami Aulia, karena doanya yang inginkan Khalisa menjadi menantunya dikabulkan yang maha kuasa.
Begitu semangatnya, mami Aulia mengambil alih mengatur pernikahan Narendra dan Khalisa. Bahkan mengganti lokasi tempat akad dan resepsi pernikahan ketempat yang lebih terjamin keamanannya.
...◇◇◇...