Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Lepaskan Rania
Dua hari berlalu, Farhan tidak pernah datang lagi ke rumah sejak Rania mengatakan kalau ia membencinya. Rania berpikir Farhan mengikuti perkataannya, bahwa ia tak ingin berada di dekat laki-laki itu selama kehamilan. Dan kalau bisa selamanya.
Namun pagi itu berbeda. Hari itu Rania sarapan seperti biasa. Ia mulai bisa mengontrol rasa mualnya dengan lebih selektif memilih makanan. Ia pun hanya memakan telur rebus dan beberapa ubi yang juga direbus.
Ia juga memakan sayur bayam yang lengkap dengan jagungnya, tanpa makan nasi. Karena ia merasa tidak ingin makan nasi jika di pagi hari.
Saat sedang sarapan, Farhan datang dengan mengenakan kaos hitam dan celana pendek selutut. Rania terkejut, ia kira Farhan tidak akan datang lagi karena ingin menurutinya, namun kenapa mahluk ini datang lagi?
Lagi dan lagi, Farhan memilih duduk di samping Rania. Tanpa berkata apapun, ia ikut sarapan bersama keluarga itu. Mama Laura dan papa Rangga hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah laku putranya yang tidak jelas.
Farhan memperhatikan makanan Rania melalui sudut matanya. "Kenapa kau memakan makanan orang diet?"
Rania diam saja, ia tak berniat menjawab pertanyaan Farhan. Kehadiran laki-laki itu pun sangat tidak diinginkannya.
Karena merasa diabaikan, Farhan pun mengulurkan tangannya ke pinggang Rania. Ia melingkarkan tangannya hingga menyentuh perut Rania. Diusapnya beberapa kali perut wanita di sebelahnya itu.
Rania terkejut, ia pun berhenti mengunyah makanannya. Ia menatap Farhan tak suka.
"Aku bertanya padamu Rania, apa ada masalah dalam perutmu sehingga memakan makanan seperti itu?" Farhan mengulangi pertanyaannya, lalu mengusap perut wanita itu.
"Aku hanya tidak mau makan nasi di pagi hari, aku mual," jawab Rania pada akhirnya.
Setelah mengatakan itu, ia pun tersadar akan sesuatu.
"Tapi mengapa aku tidak mual berada di dekat Farhan ya?" batin Rania.
"Kenapa?" tanya Farhan yang melihat Rania seperti memikirkan sesuatu.
"Apa kau mengganti parfum mu?" tanya Rania.
"Aku tidak menggunakannya," sahut Farhan masih mengusap perut Rania.
Rania tertegun. Pantas saja ia tak lagi merasa mual di dekat Farhan. Rupanya laki-laki itu tak lagi menggunakan parfumnya. Namun ia segera menepis rasa itu.
Rania pun menurunkan tangannya dan menyentuh tangan Farhan. Ia berusaha untuk melepaskan tangan besar itu dari dirinya. Tapi bukannya lepas, Farhan malah menggenggam tangan Rania.
Rania merasa frustasi menghadapi Farhan. Akhirnya jalan satu-satunya adalah ia harus menghentikan sarapannya.
"Ma, pa, aku sudah selesai makannya, bolehkah aku kembali ke kamar? Kepala ku sedikit pusing," ucap Rania mencari alasan.
"Kamu sakit sayang?" tanya mama Laura.
"Tidak ma, aku hanya ingin istirahat sebentar," sahut Rania sambil berusaha menurunkan tangan Farhan yang tak kunjung lepas.
Ia pun berdiri dan beranjak pergi dari kursi itu, sehingga mau tak mau Farhan melepaskan genggamannya. Farhan menatap Rania hingga wanita itu masuk ke dalam kamarnya.
"Farhan, mengapa kau datang dan mengganggu Rania?" tanya mama Laura.
"Aku tidak mengganggunya," jawab Farhan cuek.
Mama Laura hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban Farhan.
Setelah selesai sarapan, Farhan pun memilih duduk di ruang tengah sambil mengecek pekerjaan kantornya melalui tablet. Namun tak lama kemudian, ia melihat Rania keluar dari kamarnya. Sesaat mata mereka bertemu, namun wanita itu segera memalingkan wajahnya dan berjalan melewati Farhan.
Farhan memperhatikan Rania dengan tatapan tajam. Ia memperhatikan gerak-gerik wanita itu dalam diam.
Rania berjalan menuju dapur, ia ingin memakan makanan yang segar. Ia pun mencari buah di dalam kulkas dan menemukan buah anggur dan juga nanas yang sudah dipotong-potong.
Rania mengambil beberapa potongan buah nanas dan beberapa butir anggur lalu diletakkan di atas piring. Baru saja Rania hendak memakan buah nanas, Farhan datang dan menarik tangan Rania hingga wanita itu terkejut dan membentur tubuh Farhan.
"Apa yang kau lakukan Rania?" tanya Farhan marah.
Rania terperanjat. Ia merasa jantungnya seperti mau copot dengan perlakuan Farhan yang secara tiba-tiba itu.
"Aku hanya ingin makan buah Farhan," jawab Rania dengan wajah yang masih terkejut.
"Kau tahu nanas tidak baik untuk ibu yang sedang hamil muda? Apa kau sengaja ingin melenyapkannya dari dunia ini? Begitu?" tanya Farhan.
"Aku hanya..aku tidak bermaksud seperti itu," jawab Rania bingung.
Ia hanya ingin memakan buah, mengapa jadi seperti ini?
Farhan pun menarik tangan Rania dengan paksa, namun tidak dengan kasar. Rania yang masih bingung berusaha melepaskan dirinya.
"Farhan lepas!" teriak Rania dengan mencoba meronta.
Namun Farhan hanya diam dan tetap membawa Rania pergi.
"Farhan! Lepaskan aku! Lepaskan aku!" teriak Rania.
"Tolong.... Mama Laura, papa Rangga, tolong aku. Lepaskan aku Farhan!" pinta Rania hampir menangis.
Beberapa pelayan yang melihat pun ingin membantu Rania, namun mereka takut dengan Farhan.
Suara gaduh itu pun membuat mama Laura keluar dari kamar dan terkejut melihat Rania sedang dibawa oleh Farhan.
"Farhan! Mau kau bawa kemana Rania?" sentak mama Laura.
"Mama jangan ikut campur. Rania adalah istriku, dan aku berhak atas dirinya!" jawab Farhan dengan terus berjalan.
"Tidak! Aku tidak mau ikut denganmu! Mama tolong aku ma, aku tidak mau ikut bersamanya," jerit Rania yang masih mengikuti langkah Farhan.
"Rania.. Sayang..." mama Laura mengikuti langkah mereka.
"Farhan! Lepaskan Rania," pinta mama Laura.
Namun karena usianya tidak muda lagi, ia pun tak mampu mengejar Farhan yang telah membawa Rania masuk dalam mobilnya.
"Farhan! Lepaskan Rania!" teriak mama Laura.
"Rania..Rania," panggil mama Laura ketika mobil Farhan telah meninggalkan halaman rumahnya.
Farhan benar-benar membawa Rania.
kirain ..
malam harinya Rania menemani Farhan tidur..
😀😀😀❤❤❤
jagn sampai mimpimu jadi nyata..
maafkan farhan..
dia juga terluka dan menderita...
ayo bantu satukan ortu kalian..❤❤❤❤❤❤
akankah Rania mau kembali pada farhan?