Aurora Clarissa adalah seorang gadis piatu yang dibesarkan di panti asuhan sejak ia masih bayi, dia tidak pernah tahu siapa orang tuanya.
Suatu hari ibu panti memaksa Aurora untuk menikah dengan salah satu putra donatur panti, bagi kebanyakan orang itu adalah sebuah keberuntungan bisa menikah dengan orang terpandang, tapi tidak dengan Aurora, pernikahan ini bagaikan neraka di hidupnya karena telah merenggut kebebasan dan masa mudanya.
Seperti apa kelanjutan dan perjalanan hidup Aurora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himeka15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Sherly langsung balik menghadap Aurora dan Chelsea. "Gosipnya adalah Aurora anak rahasia dari keluarga Alexander," ucapnya berbisik.
Aku tertawa mendengarnya dia bilang aku anak rahasia keluarga Alexander, oh ayolah satu sekolah tahu aku bisa sekolah di sini karena disponsori oleh keluarga Alexander.
Aku cukup terkejut ketika guru memanggil namaku sudah terpasang nama Alexander di belakang. Papa memang bilang dia akan memasang nama keluarga padaku, tapi tidak kusangka akan secepat ini.
Bisa aku dengar bisik-bisik teman sekelas tentang aku hanya karena ada embel-embel Alexander di nama belakangku.
"Aurora sejak kapan namamu berubah jadi Alexander?" lontar guru tadi bernama Nita melihat buku absennya untuk hari ini.
"Enggak tahu mungkin bagian administrasi salah ngetik bu," jawabku asal.
Setiap guru melakukan absen dari sebuah portal khusus yang disediakan oleh pihak sekolah.
Ibu Nita mengangguk kepalanya mungkin ia pikir apa yang aku katakan tadi benar bisa jadi bagian administrasi melakukan kesalahan dalam meng-update nama para siwa, dia tidak melanjutkan pembahasan nama Alexander di belakang namaku selanjutnya ia memanggil siswa yang lain.
Selesai memanggil para siswa ibu Nita menyuruh kami membuka buku di halaman 189 untuk mengerjakan 20 soal di halaman tersebut.
"Ra, betul enggak gosip dibilang Sherly tadi kau anak rahasia keluarga Alexander?" Chelsea bercelatuk seraya mengukir aksara di atas buku.
Aurora menghentikan kegiatannya lalu menatap Chelsea dengan tangan menopang salah satu pipiku.
"Chel, jika aku anak rahasia keluarga Alexander aku tidak akan tinggal di panti asuhan," ucapku dingin.
Chelsea menopang pipinya dengan kedua tangannya, "iya juga. Kalau kau anak rahasia Alexander ngapain kau tinggal di panti asuhan," ucapnya polos. "Kira-kira siapa sih yang sebarkan itu gosip?" tambahnya.
"Orang yang enggak ada kerjaan," balasku cuek.
Aku dan Chelsea berhenti berbincang kami melanjutkan kegiatan menggores tinta di atas kertas sampai waktu pelajaran ibu Nita habis.
***
Aku membereskan peralatanku dan kubiarkan saja di atas meja. Sherly membalikkan badannya ke belakang sambil memegang tasnya dan tangannya seperti mencari sesuatu di dalamnya.
"Kantin yuk," ajak Sherly pada kami.
"Ayo," balas Chelsea semangat.
Kami bertiga berjalan menuju kantin dan selama perjalanan bisa aku rasakan tatapan tidak suka orang-orang padaku persis seperti tadi pagi.
Aku mengajak mereka untuk duduk di pojok belakang biar aku tidak perlu merasakan tatapan penuh selidik dari para siswa tersebut untung saja mereka tidak keberatan.
"Kalian mau pesan apa?" tanya Chelsea terhadap kami berdua.
Sherly masih mikir sedangkan aku baru teringat jika papa memberikan aku sebuah kartu yang bisa beli apa saja. Aku merogoh saku lalu mengeluarkan dompet terus aku membukanya dan menyodorkan kartu pada Chelsea.
"Hah." Chelsea memasang wajah cengo sambil menggaruk tengkuknya. "Ini apa?" tanyanya.
"Kartu," jawabku apa adanya.
"Ih Chelsea pun tahu ini kartu maksudnya buat apa?" balasnya mencebikkan bibirnya kesal.
"Udah enggak usah banyak tanya. Hari ini aku traktir," ucapku tersenyum.
"Ok kita pesan sepuasnya," sambung Chelsea bersemangat sambil melangkah kakinya menuju stan.
Aku menarik tipis sudut bibirku, aku harap Chelsea berbelanja sesuka hatinya karena aku yakin transaksi di kartu itu akan diketahui oleh papa, jika papa melihat menantunya ini begitu boros aku yakin papa pasti akan memulangkan saya ke panti.
"Ra lagi kesambet," ujar Sherly menatapku meringis.
Aku menggeleng pelan, saya merapikan rambut dengan layar ponsel.
"Ra, gosip itu benar enggak?" tanya Sherly nada sungkan.
Ini pertanyaan yang sama seperti Chelsea tadi dan aku menjawabnya sama persis dengan kukatakan pada Chelsea.
Saya juga penasaran sama orang yang menyebarkan gosip dengan judul "Aurora anak rahasia keluarga Alexander" seharusnya highlight beritanya adalah "Menantu rahasia Alexander"
Jika mereka bertanya seperti itu maka aku akan penuh percaya diri bilang: "iya, aku menantu dari keluarga Alexander. Masalah buat kalian."
Tapi sayang itu cuma angan saja yang ada orang-orang mungkin akan menyerang aku dan menilai aku tidak pantas menjadi bagian keluarga itu.
Ada satu nama yang terlintas di benakku yakni, Michael. Apa mungkin dia yang menyebarkannya? Kurasa tidak karena dia pasti malu jika orang-orang tahu aku sudah menjadi bagian keluarganya.
Selama aku berkecamuk dengan batinku Chelsea akhirnya kembali dengan membawa sebuah nampan yang telah penuh dengan berbagai jenis makanan.
Kami mengambil makanan yang ingin kami santap dan baru saja kami ingin mulai makan terdapat gerombolan para siswi yang terdiri dari tiga orang menghampiri meja kami.
Brak...
Kami bertiga kaget mendengar suara gebrakan meja sambil memasang tatapan heran dan tidak suka pada mereka.
"Kalian kenapa?" tanyaku tenang karena tidak mau memercikkan keributan.
Mereka tidak menjawab salah satu gadis name tag Arika mencengkram pipiku erat, bisa aku lihat raut wajahnya seperti menilai aku.
"Ternyata ini anak rahasia keluarga Alexander aku pikir gadis mana rupanya anak panti ini," ujarnya sambil mendorongku dan bisa aku lihat mereka malah tertawa.
"Mau kalian apa!" teriak Chelsea tidak suka pada mereka.
Ketiga gadis itu tidak menjawab pertanyaan dari Chelsea yang ada mereka menatap sinis sambil berdecak.
"Ayo guys cabut," ajak Arika pada antek-anteknya.
Kami menatap kesal pada mereka yang telah berjalan menjauh dari kami.
"Itu orang kenapa sih? Datang-datang main gebrak meja aja," omel Chelsea sambil melipat lengannya.
"Itu orang reseh banget sih," timpal saya sambil meniup poniku.
"Mungkin itu orang iri kali sama Aurora karena dia jadi anak rahasia sedangkan itu mak lampir enggak," balas Chelsea.
"Ini pasti gara-gara gosip itu yang bilang Aurora anak rahasia keluarga Alexander padahal mereka sendiri tahu Aurora tinggal di panti," sambung Sherly memaparkan secara jelas.
"Orang mana sih yang sebarin itu berita," ucapku menghela nafas panjang.
Kami semua berpikir orang mana kemungkinan yang menyebarkan berita seperti itu tentang aku, tapi tidak tertebak juga orangnya.
Akhirnya, kami memilih melanjutkan makan yang sempat tertunda karena kehadiran Arika dan kawan-kawan. Selesai itu, kami memilih kembali saja ke kelas karena mendengar bunyi dering bel yang berbunyi menandakan waktu istirahat telah selesai.
Kami melangkah masuk ke dalam kelas dan kami duduk di bangku masing-masing, teman sekelas bernama Rina mendaratkan sedikit bokongnya di atas mejaku.
"Ra, gosip itu betul enggak?" tanya Rina tersenyum miring.
"Gosip apa?" tanyaku balik.
"Yang bilang kau anak rahasia keluarga Alexander, aku sih enggak percaya karena tahu kau tinggal di panti. Namun, setelah dipikir-pikir berita itu benar juga mungkin aja alasan kau tinggal di panti selama ini untuk menutupi..." Rina menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
Bersambung...
Segi penokohan ya unik biasanya pemeran utama selalu digambarkan secara sempurna tanpa cela. Tapi di cerita ini setiap tokoh memiliki kekurangan masing-masing.