Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert & Co.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
[REVISI]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Pertempuran Bisnis
David dan Alya baru saja menyelesaikan rapat tentang Project Phoenix. Meskipun mereka sering berdebat, kali ini mereka merasa lega karena proyek tersebut sukses besar.
"Alya," kata David, tersenyum lebar, "aku nggak nyangka kita bisa kerjasama sebaik ini. Selama ini, kita terus berdebat, tapi akhirnya kita bisa menyelesaikan semuanya."
Alya tertawa kecil, merasa bangga dengan pencapaian mereka. "Aku juga nggak menyangka, David. Ternyata, perbedaan gaya kerja kita malah membawa hasil yang luar biasa."
David mendekat ke mejanya dan mengambil secangkir kopi. "Kadang aku berpikir, kita ini seperti dua kutub yang berbeda. Kamu yang terorganisir, aku yang impulsif. Tapi, kalau dipikir-pikir, kita saling melengkapi."
Alya mengangguk. "Memang, sih. Kadang aku merasa kamu ini seperti anak kecil yang suka berimajinasi, sementara aku seperti orang yang selalu menyeimbangkan semuanya supaya nggak jatuh."
"Memang sih," kata David sambil tertawa. "Aku suka berpikir besar, sementara kamu selalu punya rencana cadangan kalau hal-hal nggak berjalan sesuai harapan."
Alya tersenyum. "Itu artinya, kita bekerja dengan cara kita masing-masing, kan? Tapi, yang terpenting adalah tujuan akhirnya. Project Phoenix sukses, dan itu semua karena kerja keras kita berdua."
David mengangguk setuju. "Iya, dan aku nggak sabar untuk merayakan keberhasilan ini denganmu. Gimana kalau kita makan malam di restoran Jepang favoritmu? Aku sudah bicara sama chef di sana. Mereka akan menyiapkan menu spesial buat kamu."
Alya terkejut, sedikit terdiam. "Restoran Jepang? Tapi kamu tahu kan, aku nggak suka sushi."
David tertawa, menganggap reaksi Alya lucu. "Aku tahu. Itu sebabnya aku bilang, mereka akan menyiapkan menu khusus untukmu. Jangan khawatir, kamu nggak akan makan sushi."
Alya tertawa kecil, merasa lega. "Wah, terima kasih, David. Aku benar-benar nggak tahu harus bilang apa. Itu sangat perhatian."
David tersenyum lebar. "Aku hanya ingin memastikan kamu merasa nyaman. Ini malam spesial untuk kita berdua."
Alya merasakan kehangatan dari kata-kata David. "Aku sangat menghargainya, David. Kalau begitu, kita akan makan malam dengan bahagia malam ini."
David melihat jam tangannya. "Aku akan menjemputmu pukul 8 malam. Jangan terlambat, ya?"
"Baik, David," jawab Alya, matanya berbinar. "Aku akan siap tepat waktu."
David berdiri, menghadap Alya dengan senyum yang tak bisa disembunyikan. "Aku suka melihatmu senang, Alya. Aku yakin malam ini akan jadi kenangan indah bagi kita berdua."
Alya tersenyum, merasakan ketulusan dalam kata-kata David. "Aku juga berharap begitu. Terima kasih telah membuat hari ini lebih istimewa."
Mereka saling berpandangan sebentar, merasakan ikatan yang semakin kuat antara mereka. Meskipun tantangan dalam hubungan dan pekerjaan tak jarang datang, mereka tahu bahwa mereka bisa menghadapinya bersama.
---
Pada malam harinya, Alya bersiap-siap untuk makan malam bersama David. Ia mengenakan gaun simpel namun elegan yang membuatnya merasa nyaman dan percaya diri. Saat ia berdiri di depan cermin, ia merasa sedikit gugup, meskipun itu bukan pertemuan pertama mereka. Kali ini, semuanya terasa lebih istimewa.
Alya melihat jam tangannya. "Sudah hampir waktunya. Semoga saja malam ini berjalan lancar."
Beberapa menit kemudian, bel pintu berbunyi. Alya membuka pintu dan melihat David berdiri di sana, mengenakan jas hitam yang tampak sangat cocok dengannya.
"Selamat malam, Alya," kata David dengan senyum lebar. "Kamu terlihat cantik malam ini."
Alya tersenyum malu-malu, sedikit terkejut dengan pujian itu. "Terima kasih, David. Kamu juga terlihat sangat keren malam ini."
David tertawa kecil. "Mau aku antar ke restoran?"
Alya mengangguk, "Tentu. Terima kasih sudah menjemputku."
Mereka berdua pergi ke restoran Jepang yang sudah dikenal oleh Alya, meskipun ia bukan penggemar sushi. Restoran itu memiliki suasana yang nyaman dan tenang, cocok untuk menikmati malam yang penuh dengan kebahagiaan.
Sesampainya di restoran, seorang pelayan menyambut mereka dan mengantar ke meja yang sudah disiapkan. David tersenyum kepada pelayan dan memberikan isyarat agar mereka duduk.
Alya duduk di kursi, sedikit gugup. "Aku nggak tahu apa yang akan mereka siapkan untukku, David."
"Tenang saja," kata David sambil duduk di depan Alya. "Aku sudah pastikan semuanya. Kamu akan menikmati makan malam ini."
Mereka memesan hidangan yang sesuai dengan permintaan David, dan tak lama kemudian, hidangan pertama datang. Itu adalah hidangan pembuka yang disesuaikan dengan preferensi Alya, dengan bahan-bahan segar yang disajikan dengan cara yang sangat menarik.
"Alya, bagaimana? Enak kan?" tanya David sambil menatap wajahnya yang penuh perhatian.
Alya menyantap hidangan itu, dan senyum lebar muncul di wajahnya. "Enak sekali, David! Aku nggak menyangka mereka bisa menyiapkan sesuatu yang begitu lezat."
David merasa bangga mendengar pujian itu. "Aku senang kamu suka. Ini semua buat kamu."
Mereka melanjutkan makan malam dengan ngobrol ringan, membahas Project Phoenix, dan berbagi cerita tentang hari-hari mereka di luar pekerjaan. Selama makan malam, suasana di antara mereka terasa hangat dan penuh kebahagiaan.
Alya merasa sangat bahagia bisa berbagi momen istimewa ini bersama David. Ia tahu bahwa hubungan mereka semakin kuat, dan mereka siap menghadapi tantangan apapun yang datang di masa depan, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi.
"David," kata Alya setelah selesai makan malam, "terima kasih untuk malam yang luar biasa ini."
"Sama-sama, Alya. Aku senang bisa membuatmu bahagia," jawab David sambil tersenyum.
Mereka berjalan keluar restoran, merasa lebih dekat dari sebelumnya. Di luar restoran, udara malam terasa segar, dan mereka berjalan berdampingan menuju mobil David.
"Ini baru awal, Alya," kata David, sambil menggenggam tangan Alya. "Aku yakin kita akan menjalani hidup yang penuh kebahagiaan bersama."
Alya tersenyum, merasa bahwa semua yang telah mereka lewati kini semakin mendekatkan mereka. "Aku juga merasa begitu, David. Terima kasih telah selalu ada untukku."
Mereka saling tersenyum, dan malam itu berakhir dengan janji untuk selalu mendukung satu sama lain, dalam setiap langkah yang mereka ambil bersama.