NovelToon NovelToon
Tawanan Cinta Pria Lumpuh

Tawanan Cinta Pria Lumpuh

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:153.2k
Nilai: 4.6
Nama Author: Susilawati_2393

Kecelakaan menjadikan tertulisnya takdir baru untuk seorang Annasya Atthallah. Berselang dua bulan setelah kecelakaan, gadis yang biasa dipanggil Nasya itu dipinang oleh orang tua lelaki yang merupakan korban kecelakaan.

Airil Ezaz Pradipta, terpaksa menyetujui perjodohan yang diam-diam dilakukan oleh kedua orang tuanya. Tidak ada yang kurang dari seorang Nasya. Namun dirinya yang divonis lumpuh seumur hidup menjadikan Airil merasa tidak pantas bersanding dengan perempuan yang begitu sempurna.

Lelaki yang dulunya hangat itu berubah dingin ketika bersama Nasya. Mampukah Nasya meruntuhkan tembok es itu dan melelehkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 25

Suara alarm yang berasal dari ponsel Nasya berhasil membangunkan sepasang suami istri yang tidur dengan saling memeluk satu sama lain. Alarm yang diatur dua puluh menit sebelum adzan subuh itu membuat Nasya enggan membuka matanya.

Airil tersenyum lembut ketika melihat wajah mempesona Nasya dengan rambut yang acak-acakan. Kadar kecantikannya bertambah tanpa polesan apapun. Pria itu mengelus rambut sang istri, membangunkannya dengan sentuhan lembut.

“Mau bangun sekarang atau aku bangunkan,” bisik Airil dengan suara menggoda.

Wanita yang masih terpejam itu merespon dengan gumaman tidak jelas. Matanya sangat sulit untuk terbuka. Setelah beberapa saat mengumpulkan nyawa yang tercerai berai Nasya akhirnya membuka mata. Senyuman Airil yang pertama kali di dapatinya ketika membuka mata.

“Mas, jangan lihat aku begitu, malu.” Nasya menutupi wajahnya dengan selimut. Di dalam selimut Nasya meraba matanya, menyingkirkan apapun hal yang bisa membuat pesonanya berkurang di depan Airil.

“Malu sama apa sih?” Airil terkekeh, menyingkirkan selimut yang menutupi wajah istrinya. “Malu ada belek atau iler?” Tanyanya yang langsung membuat Nasya menyapu kedua sudut bibirnya gelapan. Aksi itu membuat Airil tertawa lepas.

“Mas, jangan ketawain aku. Malu tahu,” rengek Nasya segera kabur ke kamar mandi.

“Malu sama apa Sya, aku bahkan sudah pernah melihat kamu dari penampilan yang sangat cantik sampai sangat kacau.” Teriak Airil diikuti dengan suara tawanya.

“Tetap aja aku malu Mas, nanti kamu nggak jadi jatuh cinta kalau lihat ilerku ini.” Jawab Nasya sebelum menutup pintu dan mengguyur tubuhnya dengan air hangat.

“Jatuh cinta?” Gumam Airil.

Ia bahkan tidak tahu apakah hatinya ini pernah merasakan jatuh cinta. Terlalu sibuk bekerja dan mengurus percintaan Nefa sampai melupakan percintaannya sendiri. Kalau tidak dipaksa dengan paksaan yang sangat tidak beradab ini mungkin Airil tidak akan pernah menikah.

...🍀🍀🍀...

Usai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah Nasya membereskan apartemen dan menyiapkan sarapan. Airil memang menawarkan pelayan untuk membersihkan rumah namun ia menolak. Nasya masih sanggup untuk membersihkan apartemen. Ia akan membersihkan keseluruhan ruangan di hari libur. Di hari biasa Nasya hanya menyapu seadanya agar tidak berdebu.

“Aaaa,” Nasya berteriak histeris ketika jarinya tersayat saat mengiris bawang. Perempuan itu panik melihat darah yang keluar dari jari telunjuknya. Detak jantungnya meningkat dengan tubuh bergetar.

“Sya kenapa?” Airil bergegas menyusul istrinya ke dapur.

“Sya,” pria itu menarik tubuh Nasya untuk duduk di pangkuannya saat melihat wajah istrinya pucat dan lemas.

Darah masih menetes di jari Nasya, meskipun tidak banyak namun cukup membuat si empunya sangat ketakutan. Bayangan kecelakaan yang merenggut nyawa sang adik berputar di kepalanya.

Tidak hanya itu, kecelakaan yang Airil alami juga berputar-putar di kepalanya. Nasya mencoba untuk menenangkan diri, tetapi rasa takut membuatnya kesulitan berkonsentrasi.

“Bertahan Sya,” dengan kesusahan Airil membawa istrinya ke ruang keluarga dan menurunkannya di sofa. Pertama-tama yang dilakukannya membersihkan darah dengan tisu. Istrinya itu hampir hilang kesadaran.

“Sya, kamu dengar suaraku.” Airil terus memanggil sambil menepuk pelan pipi Nasya.

“Sya, kamu masih bisa mendengar.” Dalam keadaan khawatir pria itu masih berusaha untuk tetap tenang.

“Mas bantu buangin darahnya.” Lirih Nasya, sudah tidak bertenaga lagi untuk membuka mata.

Airil tidak menjawab, untuk sementara membalut luka Nasya dengan tisu agar darah tidak keluar lagi. Lalu mengambilkannya air putih.

Sambil menunggu kesadaran Nasya membaik, Airil terus memberikan tepukan di pipi istrinya.

“Setakut itu melihat darah?” Tanyanya ketika Nasya sudah membuka mata.

Nasya hanya menggerakkan kepala sebagai jawaban.

“Sebaiknya kamu cerita sama aku, apa yang bikin kamu jadi seperti ini.” Ujar Airil sedikit memaksa, menurutnya ini sudah sangat mengkhawatirkan karena mengganggu sampai aktivitas istrinya.

“Cuma kepikiran kamu Mas, makanya nggak fokus memotong bawang sampai hampir memotong jari sendiri.” Jawab Nasya bercanda, namun Airil tidak menanggapi candaan istrinya. Ia serius sangat khawatir.

“Hari ini nggak usah ke kantor dulu, kamu kayaknya kelelahan.”

“Aku nggak kelelahan Mas,” Nasya duduk setelah tubuhnya sudah lebih baik.

“Aku khawatir Sya, dari tadi malam kamu nggak bisa fokus kalau kenapa-kenapa gimana. Aku nggak bisa langsung ada saat kamu membutuhkan.”

“Cuma kurang minum air putih Mas,” Nasya mengangkat gelas sambil tersenyum. Namun perempuan itu tidak menyadari kalau sang suami memperhatikan dengan jeli tangannya yang bergetar.

“Annasya,” panggil Airil dengan suara berat. Menggenggam tangan istrinya yang bergetar dengan kedua tangannya.

“Aku sebagai suamimu memaksa kamu untuk bercerita. Jangan menyembunyikan ketakutanmu lagi,” ucap Airil dengan suara lebih lembut.

“Aku kalau lihat darah ingat kecelakaan Mas,” jawab Nasya pelan.

“Kecelakaan Nahla,” tebak Airil yang diangguki Nasya. Karena saat sang adik kecelakaan Nasya menyaksikan semua itu dengan mata dan kepalanya sendiri. Wajar kalau istrinya ini memiliki trauma dengan darah. Namun Airil tidak tahu, bukan hanya itu yang membuat Nasya takut dengan darah.

Airil membawa istrinya dalam pelukan. “Sekarang ada aku, jangan takut lagi. Aku akan bantu kamu melawan ketakutan ini,” janji Airil. Nasya mengangguk dengan senyuman kecil.

“Kalau darah haid takut?” Tanyanya lagi.

“Awalnya takut tapi sekarang sudah terbiasa.”

“Berarti besar peluang kamu bisa melawan ketakutan ini. Hanya perlu terbiasa dan tidak panik ketika melihat darah. Diam di sini, aku obati dulu lukanya.”

Nasya menghela napas lega setelah suaminya pergi ke kamar. Jantungnya seakan hampir berhenti berdetak. Setiap detik selalu ada peluang dirinya terjebak oleh pertanyaan Airil.

“Mungkin akan sedikit perih, kamu tutup mata aja.” Airil meletakkan kotak obat di atas meja dan membuka balutan tisu yang telah ternoda.

“Auww!!” Pekik Nasya terkejut.

“Sakit,” Airil yang sedang membersihkan luka dengan kapas beralkohol menghentikan kegiatannya.

“Cuma kaget,” jawab Nasya masih dengan mata terpejam.

Airil terkekeh mendengar jawaban yang terlontar dari mulut istrinya.

“Kamu belum siap-siap Mas, sekarang sudah jam tujuh lewat. Nanti aku minta Nefa siapkan sarapan di kantor.”

“Nggak akan ada yang memecat aku kalau telat Sya, tapi kalau aku tinggalin kamu sendirian nggak ada yang ngurusin kamu di rumah.”

“Mas, aku ini cuma luka di ujung telunjuk.” Protes Nasya dengan kekhawatiran suaminya yang berlebihan.

“Cuma luka di ujung telunjuk aja bikin kamu pingsan Sya.”

“Aku selemah itu ya Mas,” Nasya memutar-mutar jarinya yang sudah terbalut plester.

“Memang ada manusia yang kuat tak tertandingi, yang sok kuat gini aja bisa lumpuh.” Airil terkekeh menunjuk dirinya sendiri.

“Aku akan membalas perbuatannya,” gumam Nasya pelan namun Airil masih bisa mendengarnya.

“Ngomong apa?” Tanya Airil tidak suka.

“Nggak ada Mas.”

“Jangan melakukan hal yang membuatmu berada dalam bahaya Sya. Kamu tahu sendiri bagaimana kalau aku marah.”

Nasya tidak menjawab, dengan kepala tertunduk.

“Istirahat di kamar, aku pesankan sarapan.” Airil membereskan kotak obat, sementara Nasya masuk ke kamar sesuai perintah suaminya.

“Apa ini yang dipikirkannya?” Airil menatap lutut sampai ke ujung kakinya. Hampir setengah tahun ia terduduk di kursi roda. Beruntung keluarganya memiliki banyak uang sehingga hidupnya bisa terfasilitasi dengan baik sehingga tidak terlalu merepotkan orang lain.

1
Rumini Parto Sentono
Luar biasa
e fr
seruu.. romantis..lucu.. konflik tdk terlalu berat.. jd gak cape mikir😂
Kiki
Lumayan
Rswt Slv
Biasa
Nani Suryani
ah ga oernah sijawab
Linda Wati
next
Tiwik
Luar biasa
Nani Suryani
ceritaa ttg keluarhaa ofion ga ada?
Nani Suryani
novel ttg hubungan nefa dan Arazz apa judulnya?
Nani Suryani
cerita tentang keluarga Orion di bab berapa ya?
Adinda Bramantio
Luar biasa
Nur Solihat
baru mampir setelah baca novel sebelah 🤭
Nani Suryani
kameknya Airiil daro pihak ibjnya siapa namanya.
Nani Suryani: mira, kskeknya erwan
total 1 replies
Arindaa
wkkwkw
sabar ya sa
Arindaa
aduhh abiii
Arindaa
wkwkkw
key diamm
Arindaa
waduhh waduhhh
Arindaa
hohoo
Arindaa
saya
sblm.terkmabat
Arindaa
akankah Nasya dalam bahaya?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!