Rahasia Menantu Kelas Teri

Akhirnya dengan terpaksa Heru keluar dari kediaman mertuanya. Walaupun sesungguhnya sangat berat hatinya untuk meninggalkan Nia dalam keadaan berbadan dua. Namun apa daya, ibu mertua dan sang istri tak percaya padanya.

Ingin menggunakan kekuasaan yang ia miliki sebagai pewaris tunggal keluarga Pramudya saat ini namun terhalang kembali bahwa kondisi masih belum aman jika membuka jati diri yang sesungguhnya.

"Kalian jaga ketat rumah mertuaku. Pantau segala kegiatan istriku dan keluarganya. Jika ada tamu yang mencurigakan atau hal negatif lainnya segera kabari," titah Heru dengan nada tegas pada pengawalnya yang ia tugaskan menjaga Nia dan keluarganya secara diam-diam.

"Siap, Tuan."

Akhirnya Heru pun kembali ke Jakarta dengan perasaan berkecamuk. Dirinya sengaja tidak langsung pulang ke rumah sang kakek melainkan datang ke kontrakan Asep.

Kebetulan istri Asep tengah pulang kampung untuk beberapa waktu karena mertua Asep sedang sakit. Heru pun menceritakan masalahnya di Bandung pada Asep.

Sebagai sahabat, Asep menyuruh Heru untuk bersabar. Semua pasti ada jalan keluarnya. Bahkan malam itu Heru pun tidur di rumah Asep.

Keesokan harinya Heru pulang dahulu ke kediaman kakek Geraldo dan berganti baju untuk bersiap ke G Corp. Ia bekerja seperti biasa.

Bahkan siang hari ada meeting bersama beberapa pemegang saham, Heru jalani dengan baik. Di sana ia bertemu dengan Agustine, Vivian dan Rey Prakoso maupun Liam palsu.

Semua acara berjalan dengan tenang walaupun disertai dengan beberapa kecanggungan yang ada.

Anak buahnya juga belum memberikan hasil yang jelas tentang latar belakang Liam palsu. Seakan ada seseorang yang cukup punya kuasa untuk menutupinya.

Tok...tok...tok...

Pintu ruangan CEO yang di tempati Heru diketuk beberapa kali. Dirinya sengaja mengunci pintunya sebab ingin memejamkan mata sejenak. Kerinduan dan kekhawatiran dengan kondisi Nia dan bayinya membuatnya cukup cemas.

Ia membuka matanya dan melihat dari cctv bahwa kakek Geraldo yang berada di depan pintu ruangannya. Akhirnya ia bergegas berdiri dan berjalan ke arah pintu lalu membukanya.

"Maaf Kek, tadi Liam ingin istirahat sejenak jadi pintunya aku kunci. Mari masuk, Kek."

"Iya, tidak apa-apa. Kakek paham kondisi hatimu saat ini. Pasti kamu rindu dengan istri dan calon cicit Kakek," tutur kakek Geraldo yang berjalan menuju sofa di ruangan CEO.

Deg...

Heru terkejut mendengar bahwa sang kakek sudah tahu mengenai perihal sang istri yang tengah hamil. Tentu saja kakek Geraldo tahu semua yang terjadi di Bandung.

Sebab anak buah yang mengawasi rumah mertua Heru di Bandung yakni orang kepercayaan Ferhad yang pastinya adalah orangnya juga. Semua hal yang terjadi di sana tentunya dilaporkan juga pada Ferhard dan berujung pada kakek Geraldo yang akhirnya tahu.

Sejujurnya ia menyayangkan keluarga mertua sang cucu menindas Liam sedemikian rupa. Bahkan dirinya melihat foto sang cucu dijadikan sapi perah seperti pelayan yang tak ada harganya di kediaman mertuanya sendiri di Bandung, sungguh miris.

Tentu hatinya sebagai kakek kandung dari Liam sangat sedih. Tetapi semua itu sudah keputusan cucunya. Maka ia akan menghargai apapun yang telah diputuskan oleh Liam.

"Kakek sudah tahu akan hal itu?" tanya Heru lirih.

"Tentu saja kakek tahu. Bahkan di sana kamu dijadikan pelayan pun kakek tahu," tutur kakek Geraldo sendu.

"Maaf, Kek."

Heru hanya bisa menunduk dan meminta maaf pada kakeknya. Ia sangat tahu pasti kakeknya sedih melihat kondisinya yang diperlakukan secara buruk oleh keluarga istrinya. Bahkan kini terusir dari rumah ibu mertuanya sendiri.

"Tidak perlu minta maaf. Ini sudah jalan hidupmu seperti itu. Jika kamu tak ada acara atau jamuan yang penting, kakek ingin mengajakmu ke Singapura."

"Ke Singapura?" tanya Heru.

"Melihat kondisi Papamu yang hingga sekarang belum ada kemajuan. Semoga dengan kedatanganmu ke sana. Mampu membuatnya segera bangun dari tidur panjangnya," tutur kakek Geraldo sendu.

🍁🍁🍁