Ratu Gyeo Wol adalah ratu yang tidak pernah mendapat kasih sayang Yang Mulia Raja Hyeon. Mereka menikah karena politik. Raja Hyeon menikahi Ratu Gyeo karena mebutuhkan kekuatan militer dari panglima perang Kyung Sam yang tidak lain adalah kakak kandung sang ratu.
Selama menjadi ratu, Gyeo Wol tidak pernah disentuh oleh Hyeon. Hal tersebut tentu saja ia sembunyikan dari sang kakak karena dia tidak ingin membuat kakaknya khawatir.
Gyeo Wol pun memilih diam hingga sebuah peristiwa membuat dirinya bangkit dan melawan.
" Akan ku buat kau bertekuk lutut di hadapanku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 25. Berbagi
Hyeon membawa Wool ke tenda pribadi milikbnya dengan tanpa melepaskan tangannya yang menggandeng tangan Wool. Wool hanya tersenyum simpul melihat tingkah Hyeon yang seperti itu. Mereka kemudian duduk bersama.
" Naik apa kamu kesini?"
" Hamba mengendarai Si Hitam."
" Bisakah tidak berbicara formal saat kau bersamaku? Aku hanya ingin kita bersikap biasa. Jangan begitu kaku?"
Wool tersenyum simpul. Sebenarnya apa yang diinginkan pria ini? Mengapa dia tiba-tiba berubah? Wool memang ingin membuat Hyeon bertekuk lutut padanya, tapi ini terlalu cepat. Bahkan saat Wool merasa belum melakukan apapun.
Haish, bukankah ini terlalu cepat. Bukannya dia begitu memegang teguh janjinya? Mengapa sepertinya tidak begitu?
Hyeo kemudian berdiri dan mengambilkan air utuk Wool. Ia tahu pasti Wool sangat lelah berkuda semalaman. Tapi dalam hati Hyeon sungguh kagum terhadap ratunya tersebut.
" Istirahatlah di sini. Kamu pasti lelah. Aku akan kembali ke luar untuk melihat pekerjaan mereka."
" Tapi?"
" Tidak ada tapi, tidak ada penolakan, istirahatlah dulu."
Hyeon mengusap kepala Wool lalu melenggang keluar tenda pribadi miliknya. Tenda itu adalah tenda khusus yang dibuat prajurit untuk raja mereka. Tidak ada yang menempati selain Hyeon. Bahkan Da Eun pun tidak.
" Haish pria ini benar-benar manis saat bersikap. Sayangnya dia begitu dingin saat di istana. Bagaiman para selirnya bisa punya anak kalau dia tidak ada ramah-ramah nya dengan wanita. Padahal jika dia mau, dengan sikapnya yang sungguh manis itu para selir pasti berusaha memikat perhatiannya agar bisa naik ke ranjangnya. Oh astaga, apa yang aku pikirkan."
Gyeo Wool menggelengkan kepalanya dengan cepat mengusir pikiran-pikiran yang tidak penting menurutnya. Gyeo Wool menaruh kembali gelas pemberian Hyeon yang sudah dia tenggak habis airnya.
Wool lalu membaringkan tubuhnya menuruti perintah Hyeon. Sebenarnya bukan karena Hyeon yang meminta melainkan dia memang merasa lelah karena sudah berkuda semalaman. Hanya dengan hitungan jari Wool pun sudah tertidur pulas.
Hyeon yang berada di luar masih terus berusaha menyelesaikan parit-parit itu. Sore hari ini ia sudah harus bisa menyelesaikan menambal bendungan sungai agar air tidak lagi mengalir ke pemukiman warga.
Tampak gurat lelah di wajah Hyeon. Bukan hanya tubuh yang lelah tapi pikirannya juga lelah. Hyeon pun memutuskan kembali ke tenda dulu untuk istirahat. Lumayan siang ini kabupaten Ding sungguh terik jadi mereka bisa menyelesaikan parit-parit itu lebih cepat.
" Ternyata begitu panas."
Hyeon lupa jika di dalam ada Gyeo Wool atau mungkin ia sengaja, entahlah. Hyeon membuka baju yang ia kenakan dan hanya menyisakan bagian bawah pakaiannya. Tubuhnya benar-benar bagus. Perutnya terlihat berkotak-kotak. Bila dijumlah sekitar ada 6 kotak. Tubuh putih nan mulus Hyeon benar-benar terlihat bersinar siang itu.
Gyeo Wool yang baru saja terbangun tentu sangat terkejut melihat penampakan tubuh Hyeon yang begitu memesona itu. Bahkan terlihat sangat menggoda. Berkali kali Gyeo Wool menjepit hidungnya dengan kedua jari agar tetap sadar. Ia pun kembali memejamkan matanya saat Hyeon mendekat.
Apa orang ini sengaja. Memangnya dia tidak tahu aku ada di dalam tendanya. Huft.
Wool mendengus kesal. Ia sungguh ingin segera pergi dari tempat itu tapi dia tidak kuasa untuk bergerak. Karena jika bergerak maka ia akan ketahuan kalau sudah bangun dan pastinya ia akan merasa sangat malu.
Sesaat kemudian akhirnya Hyeon kembali memakai pakaiannya. Ia menghampiri Wool lalu membangunkan ratunya tersebut.
" Ge, bangun. Ini sudah sangat siang. Kau harus makan."
Gyeo Wool sedikit terkejut saat mendengar nama panggilan miliknya itu. Hanya kedua kakaknya yang memanggilnya begitu. Tapi ia kemudian ingat bahwa Hyeon juga dulu beberapa kali memanggilnya dengan nama Gege.
Gyeo Wool pun pura-pura bahwa ia baru bangun tidur. Padahal dia sudah bangun saat Hyeon masuk kedalam tenda.
" Mari makan dulu."
Wool hanya mengangguk. Ia masih berusaha menetralkan irama jantungnya yang sangat cepat.
Mereka akhirnya makan bersama para prajurit dan warga. Kini semua tahu bahwa yang baru saja datang dengan menunggang kuda adalah ratu mereka. Para warga sungguh sangat senang bisa melihat ratu negara ini. Tak henti-hentinya mereka memberi doa kepada Hyeon dan Gyeo Wool.
" Semoga yang mulia raja dan ratu selalu bahagia dan sehat."
" Semoga yang mulia raja dan ratu segera mendapatkan momongan."
Doa terkahir membuat Hyeon dan Gyeo Wool salah tingkah. Bagaimana mau mendapat momongan dimana hubungan keduanya hanya sebatas kesepakatan belaka dan belum berkembang hingga saat ini. Mereka pun hanya mengangguk dan tersenyum.
Usai makan Hyeon kembali mengawasi apa yang sudah di lakukan oleh para prajuritnya sedangkan Wool dia bercengkrama bersama warga. Tak lupa Du Ho selalu menemani ratunya tersebut.
" Yang mulia, anda sungguh luar biasa. Cantik, rendah hati dan baik. Anda juga tidak sungkan duduk bersama kami. Tidak seperti selir yang kemarin datang bersama raja."
Ucapan salah satu warga membuat Wool memicingkan matanya. Ia tentu penasaran apa yang Da Eun lakukan selama di sini.
" Iya yang mulia, selir yang datang kemarin sama sekali tidak mau berbicara dengan kami. Bahkan terkesan jijik pada kami. Sampai hamba dengar yang mulia raja memintanya untuk kembali ke istana."
Perkataan lancar dari mulut warga itu membuat Wool mengulum senyumnya sendiri. Ia berusaha untuk tidak tertawa. Sedangkan Du Ho, pengawalnya itu sudah cekikan.
" Ekhem, mungkin selir Da Eun sedang tidak sehat jadi beliau takut untuk dekat karena tidak ingin kalian semua tertular."
Sungguh jawaban bijak Wool dikagumi oleh Du Ho. Meskipun Da Eun bersikap buruk kepada Wool tapi Wool tidak menjelekkan Da Eun di luar.
Malam mulai larut. Sesuai perintah Hyeon, Wool akan tidur di tenda milik Hyeon. Hyeon tidak mungkin membiarkan ratunya untuk tidur di kamp prajurit. Hyeon tentu tidak rela ratunya tidur bersama para pria lain.
Wool menganti pakaiannya. Ia mengenakan hanbook putih tipis yang memang biasa digunakan untuk tidur. Ia memposisikan tubuhnya di atas tempat tidur sederhana itu tapi tetap terasa nyaman. Rasa kantuk mulai menggelayut membuat Wool lebih cepat tertidur.
Tak berselang lama Hyeon pun datang. Setelah membersihkan diri, Hyeon juga mengganti bajunya. Ia sungguh merasa lelah dan langsung merebahkan tubuhnya di samping Wool.
" Maafkan aku ratuku, ini tempat tidur hanya satu dan aku sungguh lelah. Aku harap kau tidak keberatan berbagi denganku."
Hanya dengan hitungan jari Hyeon pun tertidur juga. Setelah menikah secara kerajaan, baru kali ini suami istri itu tidur bersama di satu tempat tidur. Bahkan di malam pertama pun mereka tidur terpisah. Sang raja memilih pindah ke tempat sang selir dari pada ratunya.
TBC