NovelToon NovelToon
Battle Scars

Battle Scars

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Irma pratama

Apa jadinya kalo seorang anak ketua Organisasi hitam jatuh cinta dengan seorang Gus?

Karena ada masalah di dalam Organisasi itu jadi ada beberapa pihak yang menentang kepemimpinan Hans ayah dari BAlqis, sehingga penyerangan pun tak terhindarkan lagi...
Balqis yang selamat diperintahkan sang ayah untuk diam dan bersembunyi di sebuah pondok pesantren punya teman baiknya.

vagaimanakah kisah selanjutnya?
Baca terus ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belajar

"Qis, kok ngelamun? apa terjadi sesuatu?"

Lamunan Balqis seketika buyar. Dia menggelengkan kepalanya sambil bersikap biasa saja.

"Nggak ada. cuma gue lagi nggak mau ke kobong aja, Mel... di sana gerah,"

"Hah... Iya, kamu bener sih!"

Balqis dan Melodi memutuskan duduk di bawah pohon. Mereka mengobrol banyak hal yang disukai. Tidak hanya itu, Melodi juga menceritakan tentang pertama kalinya dia masuk pesantren.

"Gus Zaigham!"

Obrolan Balqis dan Melodi terpotong. Mereka melirik bersamaan pada laki-laki yang tengah diteriaki santri lain.

"Gus Zaigham sangat tampan!"

Balqis melirik Melodi yang matanya masih memperhatikan laki-laki itu.

"Lo suka sama dia, Mel?"

"Hah?? Ti-tidak. Mana mungkin!" Melodi gelagapan saat mendengar pertanyaan Balqis yang tidak di duganya.

"Bohong kan lo. Lo suka sama dia kan?" desak Balqis tudak percaya dengan jawaban Melodi.

Melodi menggelengkan kepalanya. Kemudian berubah menjadi anggukan pelan. Balqis pun seketika tertawa melihat kelakuan Melodi.

"Ya kalo lo suka kenapa nggak bilang sama orangnya?"

"Mana berani aku, Qis."

"Holly.... Mel... Mel... Ternyata lo pemalu juga ya. Lo tuh harusnya bilang cinta sama dia, biar Gus Zaigham tau. Jangan disimpan kayak gitu, tar diambil orang nyesel loh..."

"Memangnya kamu tahu tentang cinta, Qis?"

"Nggak. Gue juga nggak tau cinta itu apa? Gue cuma tau kalo liat cowok ganteng mata gue langsung warna warni aja, kayak ada pelangi gitu.."

Melodi tersenyum mendengar celotehan Balqis yang seperti bocah. Dia kira Balqis berpengalaman soal itu. Ternyata tidak sama sekali.

"Tapi Daddy pernah bilang ke gue, jangan pernah mencintai seseorang kalau lo takut sakit. Soalnya katanya kalo gue udah jatuh cinta gue harus siap sama resiko sakit hati itu, soalnya cinta itu memang terkadang manis, tapi terkadang pahit juga. Trus Daddy juga bilang, kalo lo sekalinya udah cinta ya lo harus dapetin dia."

"Serius Daddy kamu bilang begitu?"

Balqis mengangguk. "Daddy juga bilang, kejar, tangkap, ikat dan jangan lepasin, kalo kita mencintai seseorang. Kalo dia berontak baru kita lepasin dia soalnya itu tandanya dia nggak menginginkan kita."

Melodi terdiam sambil meremas jari-jarinya. Matanya kembali melirik Zaigham yang tengah mengobrol di teras.

Dia seorang Gus dan aku hanya perempuan biasa, kita tidak akan mungkin bisa bersama. Dan aku tau diri untuk tidak menyatakan perasaanku ini...

Sedari tadi Balqis memperhatikan Melodi yang tengah melamun sambil matanya terus melirik kearah Gus Zaigham secara diam-diam.

"Hadeuh, ternyata cinta itu memabukkan ya!"

***

Waktu begitu cepat berlalu. Siang sudah berganti sore. Semua santri kembali mengaji kelasan masing-masing. Mereka membawa kitab ke tempat yang berbeda.

Termasuk Balqis yang pergi ke rumah Ustadzah Maryam. Dia sudah ditentukan masuk kelasan mana. Mengaji seperti ini adalah hal yang tidak disukai Balqis. Apalagi harus membawa buku dan pensil, dia merasa seperti anak kecil. Tapi bila ikut kelasan Melodi pun tidak bisa, karena dia belum bisa apa-apa.

Eh, mau ke mana Om Gus?

Balqis membelokkan langkah kakinya. Dia malah menghampiri Alditra yang diam di dekat mobil.

"Om Gus!" teriak Balqis menghampiri Alditra.

Alditra memutar matanya malas. Lagi-lagi dia harus dipertemukan dengan Balqis yang pada akhirnya meminta tukaran bila membantunya.

"Om Gus, mau ke mana?"

Kening Alditra mengeryit saat mendengar pertanyaannya. Kemudian menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.

"Mau jalan-jalan, ya? Atau mau shopping?"

Alditra kembali menggelengkan kepalanya.

"Terus mau ke mana? Kok diem di deket mobil?"

Alditra terdiam. Dia tidak melirik Balqis sama sekali sejak tadi. Dia hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Om Gus, mau pergi ke mana sih?"

Alditra terlihat kesal. Balqis mendadak bawel padanya. Padahal dia tidak mengenalnya sama sekali.

Kenapa dengan anak ini? Kenapa mendadak menjadi bawel?!

"Eh, ada siapa ini?"

Balqis menoleh. Dia menatap wajah bunda Halimah yang datang sambil tersenyum. Wajahnya secantik bunga mawar. Bibirnya merah berpadu dengan kulit putihnya. Dia benar-benar cantik seperti seorang gadis yang belum menikah.

"Siapa nama kamu, Nak?" tanya Halimah.

"Balqis. Nama saya Balqis, tante." mata Balqis tidak bisa berpaling dari Halimah. Senyumannya sangat manis. Balqis pun teringat wajah alm. Nadin yang sering dilihatnya di galery photonya.

"Balqis, boleh minggir dulu? Bunda mau bantu Al masuk mobil," pinta Halimah.

"Emangnya Om Gus mau dibawa ke mana Tan?" tanya Balqis sok dekat.

"Ke rumah bunda. Dia akan melakukan terapi dulu agar kakinya bisa digerakkan." jawab Halimah.

"Berapa lama tante?"

"Mmh... Bisa dua sampai tiga harian... Memangnya kenapa?"

Balqis pun hanya terdiam. Karena itu tandanya dia tidak akan bertemu dengan Alditra selama beberapa hari. Bukan itu yang jadi masalahnya, melainkan dia tidak bisa bertukar makanan enak lagi dengannya.

Setelah Alditra masuk ke mobil. Dia melirik Balqis yang sedang cemberut seperti anak kecil. Dia hanya mematung memperhatikan bundanya.

Kenapa sama bocah ini? Seperti tidak rela saya pergi?! Padahal kita tidak dekat sama sekali! Dia saja yang terus mengganggu saya!

"Nah Balqis, bunda pergi dulu ya. Assalamu'alaikum," pamit Halimah.

"Wa'alaikumussalam." balas Balqis sambil memunduran dirinya.

Brum!

Balqis menatap mobil yang membawa Alditra pergi. Di satu sisi hatinya sangat sebal karena mau tidak mau dia harus memakan masakan Melodi yang lagi-lagi tumis mie dan ikan asin.

Hah... fine mungkin gue kudu belajar makan nasi pake garem.

Balqis kembali melanjutkan langkahnya. Sesampainya di rumah Maryam. Dia langsung bergabung dengan beberapa santri.

Dia kira akan mengaji bersama anak-anak kecil, tapi ternyata dia mengaji bersama teman-teman sekobongnya. Ada sekitar 12 orang yang kini duduk bersamanya.

"Eh... Jangan dekat-dekat dengan dia. Bicaranya tidak bisa dijaga,"

"Iya. Dia sampai berani melawan rois,"

"Mungkin watak orang kota begitu kali. Etika sopan santunnya benar-benar kurang."

Balqis menatap tajam orang-orang di depannya. Bisikan mereka membuat telinganya gatal.

"Cih.. Kalian itu mau ngaji apa mau ngegosip?" sarkas Balqis.

Semua perempuan di depannya diam. Mereka pura-pura tidak mendengar sahutan Balqis.

"Heh... Kalian pikir gue nggak denger apa yang kalian omongin barusan?" Dengan geram Balqis menarik belakang kerudung salah satu dari mereka. "Ayo, sekarang sekalian aja ngomong langsung di depan gue!?"

"Astaghfirullah! Balqis! Lepaskan, kamu menyakitinya,"

Balqis tidak mendengar. Dia tetap menarik kerudung perempuan itu. "Ayo, cepet bilang sekali lagi?"

"Balqis, lepaskan tangan kamu! Kamu menyakiti Indah,"

Bukannya melepaskan, Balqis semakin kuat menarik kerudung perempuan bernama Indah itu.

"Astaghfirullah, ada apa ini?"

Balqis menoleh. Dia melihat perempuan bercadar menghampiri, sontak kedatangannya membuat dia melepaskan tangannya. Ya... Dia bernama Maryam.

"Balqis, apa yang kamu lakukan?" tanya Maryam dengan suara yang lembut.

"Nggak ada Ustadzah. Barusan aku cuma bantu dia buang ulet. Tapi mereka pikir kalo aku melukai dia," jawab Balqis bohong.

"Lain kali kalau mau membantu jangan ditarik seperti itu, kasian Indah sampai kesakitan," ujar Maryam.

"Baik Ustadzah." balas Balqis sambil melirik mereka yang menatap tidak suka.

Tidak lama dari itu, mengaji pun dimulai. Balqis yang duduk di belakang tersenyum kecil, dia sangat puas melihat wajah Indah yang sebal padanya. Bahkan dia sesekali mencoleknya dengan pensil.

"Hahaha. Kenapa mereka? Wajahnya empet banget kayaknya?"

Bukannya memperhatikan, Balqis malah sibuk sendiri. Dia sibuk dengan dunianya yang memperhatikan lingkungan sekitar.

"Tugas ini kalian kerjakan di kobong. Besok Ustadzah akan cek,"

"Hah? Apa? Tugas apaan?"

Mata Balqis membulat. Dia terkejut karena tiba-tiba mendapatkan tugas. Sedangkan dia saja tidak mengerti harus mengisinya dengan jawaban apa?

"Nggak nggak di sini, nggak diluar, ternyata si tugas selalu ikut campur menuhin buku gue."

Sebelum soal dihapus, Balqis segera menulis dengan malas. Tulisannya juga tidak serapih orang lain.

Dia sangat malas bila harus menulis seperti itu. Dulu ketika masih sekolah, dia selalu memerintah orang lain untuk menulis di bukunya. Setelah selesai dia akan membayar mereka sebagai upah.

Setelah beberapa menit, mengaji telah selesai. Balqis pulang lebih dulu dan bahkan tidak bersalaman dengan Maryam seperti yang lain. Tapi untung saja, Maryam tahu seperti apa Balqis? Bila tidak mungkin dia sudah menceramahinya.

"Melodi!"

Balqis berlari kecil sambil mengangkat roknya. Memang kesulitan untuknya memakai rok panjang, tapi sebisa mungkin dia memakainya agar tidak diceramahi Azizah.

"Hey... Jangan lari. Nanti kamu jatuh!"

Tap!

Langkah Balqis terhenti. Dia melirik seseorang yang bicara padanya. Matanya membulat, dia begitu tertegun melihat seorang laki-laki memakai peci tersenyum manis padanya.

Hah... Siapa dia?

Balqis masih menatapnya. Ini untuk pertama kalinya dia melihat laki-laki itu.

"Jangan lari. Nanti kamu jatuh!"

Setelah mengatakan kalimat itu untuk kedua kalinya. Laki-laki itu pergi menghampiri motornya. Detik kemudian, melesat cepat meninggalkan lingkungan pesantren.

Apaan sih?

"Balqis!"

"Dia siapa sih, Mel?"

Balqis menunjuk laki-laki barusan pada Melodi. "kok gue belum pernah liat dia ya,"

"Dia Ustadz Fairuz. Keponakan aby Arshalan. Dia datang ke sini untuk menyampaikan pesan pada keluarga,"

"Kok lo bisa tau?"

"Ya karena itu sudah biasa."

Balqis mengangguk-ngangguk. "Ayo kita beli makanan yang bisa dimakan? Hari ini Om Gus nggak ada, gue jadi nggak bisa dapet makanan lagi jadinya,"

"Baiklah."

Balqis dan Melodi berlalu pergi. Mereka juga terlihat begitu akrab satu sama lain.

"Aku enggak suka ada Balqis di kelasan kita," Indah masih kesal karena perlakuan Balqis tadi. "Aku akan bilang sama umi kalau Balqis harus dipindahkan,"

"Santri baru itu bikin kesel. Mana bicaranya seenak jidat pula," timpal Ningsih.

"Lihat kerudungku sampe penyok begini gara-gara dia," Indah memperlihatkan kerudungnya yang tidak serapih tadi.

"Sebaiknya kita adukan hal ini pada Umi," usul Anisa.

"Aku setuju!" balas Ningsih.

Karena kesal, mereka bertiga bergegas ke rumah Fatimah untuk mengadukan perlakuan Balqis.

1
sukronbersyar'i
mantap seru, gan , jgn lupa mampir juga ya
Tara
wah...dasar preman Yach😅😂
Tara
hope happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!