Lara telah menghabiskan tiga belas tahun hidupnya sebagai wanita simpanan, terperangkap dalam cinta yang terlarang dengan kekasihnya, seorang pria yang telah menikah dengan wanita lain. Meski hatinya terluka, Lara tetap bertahan dalam hubungan penuh rahasia dan ketidakpastian itu. Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu Firman, seorang pria yang berbeda. Di tengah kehampaan dan kerapuhan emosinya, Lara menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka.
Kisahnya berubah menjadi lebih rumit saat Lara mengandung anak Firman, tanpa ada ikatan pernikahan yang mengesahkan hubungan mereka. Dalam pergolakan batin, Lara harus menghadapi keputusan-keputusan berat, tentang masa depannya, anaknya, dan cinta yang selama ini ia perjuangkan. Apakah ia akan terus terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya, atau memilih lembaran baru bersama Firman dan anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah🖤, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
Jangan Lupa like komen dan votenya yah
Terimakasih
_
Hari-hari berlalu, dan David merasakan tekanan yang semakin meningkat. Setiap detik terasa seperti sebuah keputusan yang harus diambil, tetapi ia merasa terjebak di antara dua cinta. Di satu sisi, ada Arini yang selalu memberinya dukungan dan pengertian, dan di sisi lain, ada Lara yang membangkitkan semangat dan gairah yang telah lama hilang.
Suatu malam, David memutuskan untuk keluar dari rutinitasnya. Ia mengunjungi kafe kecil yang biasa ia datangi bersama Lara. Suasana di sana masih sama; aroma kopi yang menggoda dan musik lembut yang mengalun di latar belakang mengingatkannya pada momen-momen indah mereka. Namun, kali ini, David merasa seolah terasing dari semua itu.
Saat ia duduk di sudut, dengan secangkir kopi di tangannya, pikirannya kembali melayang kepada Arini. Ia teringat senyumnya, tawa ceria mereka, dan semua kenangan yang telah mereka ciptakan bersama. Namun, tak lama kemudian, bayangan Lara muncul dalam benaknya—senyuman menggoda dan pengertian yang selalu ada saat mereka bersama dan dukungannya selama ia merintis karir begitu terngiang di kepalanya.
David merasa frustasi. Kenapa semua ini begitu rumit? Ia merasa seolah terjebak dalam labirin emosinya sendiri. Dalam keputusasaan, ia mengeluarkan ponselnya dan membuka pesan yang belum dibalas dari Lara.
🗨️ Lara: "Aku harap kamu baik-baik saja. Aku masih menunggu."
Batin David berkonflik. Apakah ia seharusnya membalas? Apa yang bisa ia katakan? Ia merasakan berat di dadanya, dan akhirnya menutup ponsel itu.
Tak jauh dari tempat David duduk, seorang teman lama, Ali, tiba-tiba muncul. “Hey, David! Lama tak jumpa! Kenapa kamu terlihat murung?” tanya Ali, menyadari ekspresi wajah David.
“Oh, hanya banyak pikiran,” jawab David, berusaha tersenyum meski hatinya terasa berat.
“Kadang-kadang, berbagi cerita bisa membantu. Apa kamu mau bercerita?” tawar Ali, duduk di samping David.
David merasa ragu. Ia jarang berbagi perasaannya dengan orang lain. Namun, ada sesuatu tentang Ali yang membuatnya merasa nyaman. “Sebenarnya, aku terjebak dalam situasi yang sulit. Aku punya dua wanita yang sangat berarti dalam hidupku, dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.”
Ali mengangguk, seolah memahami. “Cinta memang rumit. Apa yang membuatmu bingung?”
“Arini adalah istriku. Dia selalu ada untukku, dan aku mencintainya. Tetapi Lara… dia telah ada di hatiku sebelum pernikahan ku dengan Arini menghidupkan kembali bagian dari diriku yang hilang waktu itu. Setiap kali aku bersamanya, aku merasa hidup kembali,” jelas David, suaranya penuh penyesalan.
Ali menghela napas. “Itu sulit. Tapi satu hal yang penting—kamu harus jujur pada perasaanmu. Jangan sampai keputusanmu merugikan orang lain.”
David mengangguk, meresapi kata-kata Ali. “Aku tahu. Tapi bagaimana jika keputusanku melukai salah satu dari mereka? Aku tidak bisa membayangkan menyakiti Arini atau Lara.”
“Kadang, memilih itu menyakitkan. Tapi kamu tidak bisa terus menerus menunda keputusan. Mungkin kamu perlu memberi dirimu batas waktu untuk menentukan apa yang benar-benar kamu inginkan,” saran Ali.
David merasa terinspirasi oleh saran itu. “Kau mungkin benar. Aku perlu memberi diri waktu untuk merenung dan membuat pilihan yang bijak.”
Setelah berbincang beberapa saat, David merasa sedikit lega. Ia pergi dari kafe dengan tekad baru. Ia memutuskan untuk memberi diri waktu hingga akhir minggu ini untuk mempertimbangkan segala sesuatunya.
***
Di sisi lain, Arini berusaha menjalani harinya dengan semangat baru. Ia mulai mengikuti kelas yoga yang ditawarkan di taman, bertemu orang-orang baru, dan berusaha menemukan kembali kebahagiaan dalam hidupnya. Namun, di balik senyumnya, hatinya masih merindukan David.
Suatu hari, setelah kelas yoga, Arini bertemu dengan instruktur yang bernama Maya. “Kamu sangat berbakat, Arini. Saya suka energi positif yang kamu bawa,” puji Maya, tersenyum lebar.
“Terima kasih,” jawab Arini, merasakan sedikit rasa percaya diri. “Aku masih belajar, tapi ini terasa menyenangkan.”
“Jika kamu ingin, kita bisa melakukan latihan bersama lagi. Saya bisa membantu kamu lebih jauh,” tawar Maya.
Arini merasa terharu. “Baiklah, aku akan mempertimbangkan tawaran itu.”
Setelah berbincang, Arini merasa lebih ringan. Ia mulai menyadari bahwa ada banyak hal baik dalam hidup yang bisa dinikmati. Namun, pikirannya masih berputar di sekitar David.
***
Malam tiba, dan David duduk di sofa, menatap kosong ke arah dinding. Ia merasa terasing dari semua yang ada di sekitarnya. Ia tahu bahwa waktu semakin menipis, dan ia harus segera membuat keputusan.
Dalam kebisuan malam, ia teringat pada semua momen indah bersama Arini dan Lara. Namun, satu hal yang mengganggu pikirannya adalah kenyataan bahwa ia tidak bisa terus-menerus menyakiti hati orang-orang yang dicintainya.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Lara muncul di layar.
🗨️ Lara: "David, apakah kita bisa berbicara? Aku merasa semakin bingung."
David menatap pesan itu, hatinya bergetar. Ia tahu saatnya telah tiba untuk menghadapi kebenaran. Ia menjawab pesan itu dengan cepat.
🗨️ David: "Ya, kita bisa. Kapan dan di mana?"
Setelah mengatur waktu untuk bertemu, David merasakan campuran harapan dan ketakutan. Pertemuan itu akan menjadi momen penting, dan ia harus siap untuk mengambil keputusan yang bisa mengubah hidupnya selamanya.
***
Di sisi lain, Lara merasakan campuran perasaan yang sama. Ia tahu bahwa pertemuan itu sangat penting. Meskipun hatinya penuh keraguan, ia bertekad untuk jujur dengan perasaannya.
Saat malam berakhir, David dan Lara masing-masing merasakan ketegangan yang mengisi ruang di antara mereka. Mereka tahu bahwa keputusan yang akan diambil di pertemuan itu akan menentukan arah hidup mereka selanjutnya.
Dengan tekad yang bulat, David berjanji pada dirinya sendiri untuk bersikap jujur dan berani menghadapi apa pun yang terjadi. Baginya, inilah saat untuk keluar dari kegelapan dan menuju ke arah yang jelas.
Katanya perlu bicara ujung2nya perlu waktu lagi dan lagi baik sama lara juga sama arini beberapa bab muter itu2 aja, Maaf ya Thor kayak ceritanya hanya jalan di tempat aja 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻