Brian Carlos adalah seorang presiden direktur sekaligus pewaris tunggal salah satu perusahaan terbesar di suatu negara. Ia diterpa gosip miring tentang minatnya pada wanita.
Valerie, seorang wanita yang bekerja sebagai instruktur senam dengan keahlian beladiri yang mumpuni serta kehidupan penuh rahasia.
Keduanya terlibat masalah karena sebuah kesalahpahaman, hingga Brian menuntut Valerie atas kasus penganiayaan.
Demi menyelamatkan nama baiknya, Valerie menerima tawaran Brian untuk bekerja sebagai bodyguard. Namun tidak menyangka jika Brian sudah memiliki maksud lain sejak pertama kali mereka bertemu.
Akankah kisah mereka berakhir manis seperti kisah dalam novel pada umumnya?
Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuh Cinta?
Mendengar suara berat, khas dan lantang yang sangat ia kenali, Valerie lagi-lagi menelan ludah. Ia tertangkap basah.
"Hai, Boss!" sapa Max sambil mengangkat sebelah tangan.
"Hmm." Brian mengangguk. Ia menyeret kursi dan duduk di samping Valerie.
"Kalian sedang membicarakanku?" tanya Brian sambil menatap Max dan Valerie bergantian.
"Tidak!" jawab tegas Valerie.
"Aku bisa tahu saat namaku di sebut. Kau datang ke sini untuk mengadu pada Max dan memohon padanya agar aku mencabut tuntutan serta memberikan maaf padamu secara cuma-cuma? Itu tidak akan terjadi," terang Brian.
"Tapi, Boss. Ini hanya kesalahpahaman. Aku juga bersalah dalam hal ini," bantah Max.
"Max, beruntung hanya tulang bahumu yang patah, selangkanganmu yang sedikit cidera. Bagaimana jika terjadi sesuatu lebih buruk?" tanya Brian. "Sudahlah, turuti saja apa kataku," lanjutnya.
Max menatap Valerie sambil menggelengkan kepala pelan. Itu menandakan jika Valerie tidak ada harapan untuk lari dalam masalah ini.
"Baik, kau mau aku menjadi bodyguardmu? Fine! Aku akan melakukannya!" seru Valerie. Ia bangkit dari tempat duduknya dengan perasaan jengkel dan keluar dari ruangan itu.
Melihat tingkah Valerie, Brian tersenyum samar.
Max menatap Brian dengan pandangan aneh. Selama ini, ia jarang melihat Brian menanggapi serius hal sepele seperti ini. Apa lagi yang berhubungan dengan wanita, Brian selalu menganggap remeh setiap masalah.
"Boss, apa yang ada di wajahmu?" tanya Max.
"Apa? Memangnya ada apa di wajahku?" Brian balik bertanya.
"Aku seperti melihat ada perona merah di pipimu. Dan lihat, ada bunga-bunga di matamu," goda Max.
"Hah, apa yang kau bicarakan." Brian mengelak.
"Kita sudah kenal sejak kecil, aku sangat tahu makna wajah itu meski sangat langka terlihat. Apa kau jatuh cinta padanya?" tanya Max.
"Jangan bercanda. Apa kau sudah membaik?" Brian mengalihkan pembicaraan.
"Dua atau tiga hari lagi aku pasti sudah diperbolehkan pulang, jangan khawatir. Aku akan cepat kembali bekerja."
"Jangan terburu-buru, kau bisa libur sampai kapanpun kau mau, bersantailah. Pulihkan dulu kesehatanmu."
"Aku merasa baik-baik saja, Boss. Sepertinya kau berlebihan menanggapi ini."
"Max, kau sudah seperti saudara bagiku, kau adikku. Tentu saja semua hal yang berkaitan denganmu akan menjadi hal yang serius bagiku!" tegas Brian.
Max tersenyum menatap Brian. Mereka sudah saling kenal sejak kecil, keduanya berteman baik bahkan sudah seperti saudara yang tidak terpisahkan.
Brian selalu bersikap overprotective pada Max, terlebih soal kesehatan dan keselamatannya. Karena Brian memiliki trauma masa lalu serta rasa bersalah mendalam pada Max, membuatnya sangat menjaga orang yang sudah ia anggap seperti saudara.
"Kau tidak mengganti pakaianmu selama berhari-hari. Kemarilah, aku akan membantumu," ujar Brian. Max hanya tersenyum dan tidak menolak saat Brian membantunya berganti pakaian.
Di luar, Brian memang tampak tegas, keras dan acuh. Namun saat mereka hanya berdua, Brian selalu bersikap layaknya seorang kakak pada Max.
Max paham, apa yang Brian lakukan adalah demi menjaga hubungan mereka.
"Wanita itu bilang kau menawarkan jalan Damai dengan menjadikannya bodyguard? Apa kau serius, Bos?" tanya Max.
"Hmm." Brian mengangguk. "Apa lagi yang bisa dia lakukan? Dia bahkan mematahkan tulangmu, dia juga pasti bisa menjadi bodyguard," jawabnya.
"Aku rasa itu bukan pilihan bijak, dia wanita, Bos."
"Lalu apa masalahnya, Max? Dia harus bertanggungjawab!"
"Kau yakin?" Max menatap Brian dengan senyum aneh.
"Hei, kenapa senyummu seperti itu?" Brian melotot.
"Aku tahu ada udang di balik batu," ucap Max sambil dilanjutkan dengan gelak tawanya.
Brian hanya menggelengkan kepala pelan. Entah apa sebabnya, ia begitu tertarik saat pertama kali melihat wanita yang menjadi pelaku penganiayaan pada Max.
🖤🖤🖤