NovelToon NovelToon
Kisah Cinta Kaisar Dewa Pedang

Kisah Cinta Kaisar Dewa Pedang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Raja Tentara/Dewa Perang / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Aang Albasia

Novel ini adalah novel fiktif yang dipenugi cerita kocak, serius, peperangan, perebutan kekuasaan, penuh misteri, kalimat-kalimat bijak dengan alur cerita yang akan membuka misteri satu persatu.
Tokoh Utama bernama Satriya dan Permata yang keduanya adalah ahli pedang tak terkalahkan.
Bagaimana cerita lengkapnya?
Siapa Satriya itu?
Seberapa besar kekuatan Satriya dan Permata?
Jangan sampai ketinggalan untuk selalu membaca novel ini
Novel ini akan di update setiap hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan Airlangga, Wijaya, Permata, Zuria dan Satriya ke kerajaan Biru langit

“Adikku, kita harus menuju ke kerajan Biru Langit secara diam-diam, agar tidak diketahui oleh paman Wurawari”. Kata Airlangga.

“Benar kakak, aku khawatir ada yang mengikuti kita nanti”. Jawab Wijaya.

Diruangan Wurawari.

“Aku dengar pangeran pertama dan pangeran kedua akan ditugaskan ke kerajaan biru langit? Apakah mereka akan meminta bantuan dari kerajaan itu?”. Tanya seorang adipati yang bekerja sama dengan Wurawari.

“Jangan sampai mereka keluar dari kerajaan ini, Bisa jadi mereka akan menemui beberapa orang, bukan menemui raja dari kerajaan Biru langit, ikuti seluruh gerakan mereka, dan laporkan siapa saja yang mereka temui.” Kata Wurawari.

“Baiklah akan aku tugaskan orang-orangku untuk mengikuti mereka”. Jawab adipati itu.

“Mau pergi kemanakah mereka?, lima belas hari lagi akan ada pengangkatan raja baru, apakah raja yang baru adalah pangeran ketiga? Bukan mereka berdua? Ataukah memang benar mereka akan meminta bantuan kepada kerajaan Biru Langit?, ataukah mereka berdua sengaja keluar dari kerajaan ini untuk memancing pasukanku mengikutinya?”. Gumam Wurawari dalam hatinya dengan raut wajah serius

“hm,,,, sepertinya memang mereka pergi ke kerajaan Biru langit, aku yakin mereka akan menolak permintaan bantuan ini, aku sangat tahu betul keadaan kerajaan biru langit saat ini, disana sedang ada pemberontakan juga, bahkan pangeran kesatu dan kedua sudah berhasil dibunuh, tinggal satu pangeran lagi yang sedang dalam pengejaran, mungkinkah pangeran itu sedang menuju kerajaan ini?”. Gumamnya semakin serius.

“Sangat mungkin sekali pangeran ketiga sedang menuju ke kerajaan ini, hubungan antara kerajaan biru langit dengan kerajaan Sono keling ini sudah sangat baik sejak dahulu”.

“hm,,,, cukup rumit juga permasalahan yang ada, tapi ini adalah kesempatan baik untukku untuk segera menghabisi kedua pangeran itu diperjalanan mereka nanti”.

“Aku harus secepatnya menghubungi aliran hitam untuk menghadang mereka berdua ditengah jalan”.

Malam hari pun tiba, terlihat Satriya dan Zuria sedang mempersiapkan pakaian dan perlengkapan yang akan mereka bawa besok menuju ke kerajaan Biru Langit.

“Zuria, jika besok kita menemukan masalah dijalan, sebaiknya kau diam saja dulu sampai aku memintamu untuk membantuku”.

“Baik tuan”.

Dikamar Permata.

“Apakah gadis serigala itu akan ikut juga besok? Ah manamungkin dia tak ikut? Dia kan sudah menjadi pelayan Satriya yang selalu mengikutinya dimanapun dan kapanpun, padahal aku ingin berduaan dengan Satriya”. Gumam Permata yang terlihat juga sedang menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya besok.

WUzh!, Wuzh! Airlangga dan wijaya keluar dari istana kerajaan menuju ke kerajaan Biru Langit.

“Sepertinya tidak ada yang mengikuti kita adikku”. Kata Airlangga

“Tetaplah waspada, aku merasakan firasat buruk saat ini”.

“Firasat apa adikku?”.

“Sepertinya seseorang sudah mengetahui rencana ayah yang memerintahkan kita berdua pergi ke kerajaan Biru Langit”.

“Mungkinkah Arya yang membocorkannya?”.

“Sudahlah, tak usah berfikir yang macam-macam”. Jawab Wijaya sembari terus melesat dengan cepat diatas atap dan kini mereka berdua sudah berada di hutan.

“Berhenti!”. Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang ditelinga Airlangga dan Wijaya.

“Sepertinya memang benar kakak ada seseorang yang sudah membocorkan rahasia ini”. Kata wijaya

“Sudah kau tenang saja, mereka akan aku hadapi, kau lanjutkanlah perjalananmu, aku akan menyusulmu nanti”. Kata Airlangga yang langsung masang kuda-kuda.

“Baik kak, jaga dirimu baik-baik”. Kata Wijaya yang langsung melesat melanjutkan perjalanannya

“Slep! Sebuah anak panah mengenai lengan kanan Wijaya yang membuatnya langsung sempoyongan dan berjalan tertatih-tatih.

“Siapa kalian? Apakah paman Wurawari yang menyuruh kalian?”. Tanya Airlangga

“Tak penting bagimu mengetahui siapa yang menyuruh kami!”.  Kata orang yang memakai ninja dan langsung menerjang Airlangga yang memang sudah bersiap untuk melawannya.

Airlangga mulai mengeluarkan kekuatannya, dari tubuhnya keluar cahaya hijau yang menyilaukan mata

DWAR!, sebuah ledakan besar terjadi disana

Tubuh Airlangga terlihat terpelanting sangat jauh kebelakang, sementara Wijaya kini masih dalam pengejaran para ninja dari aliran hitam, wijaya tiba-tiba menghentikan kakinya dan langsung menusuk dirinya sendiri dengan belati yang ia bawa disakunya dan membuatnya langsung terkapar dipinggir jalan.

“Sepertinya pangeran kedua sudah tewas, kita tinggalkan saja mayatnya disini!”. Kata salah satu anggota aliran jahat dan merekapun pergi menjauh dari Wijaya.

Sementara dihadapan Airlangga, dia sudah terlihat babak belur penuh luka disekujur tubuhnya

“Kau, mau kemanakah kau pangeran lemah!”. Tanya salah satu anggota Aliran hitam yang kakinya sudah berada diatas kepala Airlangga.

“Apa urusan kalian dengan itu? Ada apa urusan kalian denganku?”. Tanya Airlangga

“Kau tinggal jawab saja pertanyaanku, tak usah balik bertanya!, sebentar lagi hidupmu akan berakhir, bersiaplah!”. Bentak orang itu dan

Clep!, Clep! Beberapa tusukan mengenai tubuh Airlangga yang seketika itu langsung meninggal dunia.

Keesokan paginya, terlihat Satriya bersama Zuria sudah berkumpul dengan Permata yang membawa tas sangat besar seperti orang mau pindah rumah saja.

“Hey, kamu!, memangnya kita mau pindah rumah? Dan kau apakah tak kasihan dengan kudamu itu? Membawa bawaan yang sangat banyak seperti itu?”. Tanya Satriya kepada Permata

“Diamlah, berisik amat jadi laki-laki, udah kayak emak-emak arisan aja, apapun kau komentari!”. Jawab Permata ketus

“Walaaaah, kau ini!”. Jawab Satriya dengan wajah geramnya.

“Sudah, saatnya kita berangkaaaat”. Teriak satriya yang seakan malah akan pergi berpiknik ria.

“Paman guru, kami pamit pergi dulu”. Satriya berpamitan

“Jaga diri kalian baik-baik dijalan, jika kau butuh bantuan hancurkan saja kerikil yang ku berikan padamu kemarin”. Kata ki Gede

“Kerikil? Kerikil apa paman guru? Paman guru kemarin hanya menitipkan surat ini saja, mana ada kerikil yang kau berikan?!”. Jawab Satriya sambil garuk-garuk kepalanya dan wajah kebingungan.

“Memangnya belum aku kasihkankah?”. Tanya ki gede yang ternyata sudah mulai pikun

“Guruuu, guru hanya memberikan kerikil itu padaku, Satriya belum dikasih apapun kecuali sepucuk surat yang harus dibawa ke teman guru itu”. Jawab Purwati

“Owalaaaaah, yasudah ini, bawalah, gunakan hanya saat kau benar-benar membutuhkan bantuan!,  dan ini liontin ini aku titipkan padamu saja!”. Bentak ki Gede.

“Baik guru”. Jawab Satriya dan mulai berlalu menjauh dari pandangan ki Gede.

“Tuan puteri, perjalananmu kali ini adalah untuk menyelamatkanmu sementara waktu disana, dan kau tak akan melihat pemberontakan yang mungkin akan terjadi sebentar lagi”. Gumam ki Gede dialam hatinya.

“Jagalah diri kalian baik-baik”. Gumam ki Gede yang masih saja melambaikan tangannya seakan tak mau ditinggalkan oleh kedua murid kesayangannya.

Sementara keadaan digunung, terlihat wijaya yang masih bernyawa berjalan tertatih menuju sebuah goa yang sudah berada tidak jauh lagi darinya saat ini, dengan memegang dadanya yang terluka karena tusukan yang dia lakukan sendiri.

“Uhuk!, Uhuk!”. Suara batuk mulai keluar dari mulut Wijaya yang sudah berada di pintu Goa

“Pangeran, sepertinya ada seseorang yang memasuki goa ini!”. Bisik seorang pengawal yang ternyata sedang mengawal pangeran ketiga yang saat ini sedang menjauh dari kerajaan Biru langit dan sedang dalam pencarian para pemberontak untuk dihabisi.

“Tetaplah Waspada, intiplah siapa yang datang!”. Kata Pangeran ketiga

“Sepertinya dia juga seorang pangeran, tapi entah dari kerajaan apa, dia sedang terluka parah didadanya”.

“Tolonglah dia, bawalah dia masuk kemari”. Perintah Pangeran ketiga untuk membawa Wijaya menemuinya

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!