"Kenapa kau pergi, Al? Bagaimana nasib anak kita yang sebentar lagi akan lahir? Kenapa semesta sangat tega! Kenapa kau meninggalkan kami, Alan!" Angelina Blaire menangis histeris sembari memeluk kemeja yang biasa dipakai oleh suaminya.
Angelina yang terpukul mengalami gangguan mental di penghujung kehamilannya. Ia selalu menganggap bahwa Alan masih hidup. Bahkan, salah mengira jika Adam adalah suaminya.
Hal itu membuat Damian Jackson, menganjurkan agar putra pertamanya itu menikahi istri dari mendiang putra keduanya.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka selanjutnya, setelah Angelina menyadari bahwa selama ini suaminya bukanlah Alan, melainkan Adam?
Sekuel dari novel Salah Kamar ( Adik iparku, Istri ku )
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25. Angelina Kembali Mengamuk.
Angelina terbangun dan langsung duduk. Matanya terbuka lebar lalu bergerak gelisah. Kemudian menaikkan lutut hingga menyentuh dagunya. Wanita yang baru beberapa hari melahirkan itu memeluk kakinya sendiri.
Tak lama dia menangis seraya menenggelamkan kepala di antara lututnya itu. Angelina menangis dalam diam. Hanya terlihat bahunya yang bergetar dan Isak kecil yang tertahan. Entah, apa yang baru saja dilihat dalam mimpinya barusan, atau tepatnya sekelebat ingatan dalam Alan bawah sadar.
"Kenapa aku harus mimpi orang mati yang hidup kembali? Bayiku, Argon!" Mengingat bayinya membuat Angelina segera turun untuk menghampiri box bayi di kamar sebelah yang tembus ke kamarnya ini.
Napasnya terdengar menghela kelegaan, ketika dirinya melihat sosok mungil itu tengah tertidur pulas. Angelina mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah bayinya. Kulit yang begitu halus dan lembut. Membuat hatinya berangsur-angsur tenang setelah menatap raut penuh kedamaian itu.
"Pasti itu hanya bunga tidur kan ya. Mama gak mungkin kehilangan kamu kan sayang? Karena, kamu adalah permata hati Mama. Kamu adalah nyawa papa dan Mama. Kami berdua tidak akan bisa kehilanganmu. Berjanjilah untuk tidak ikut siapapun itu," ucap Angelina pelan pada bayinya yang sedang asik di buai mimpi.
Tak lama, Katie masuk melalui pintu penghubung yang terletak di kamar baby Ar.
"Kamu sudah bangun, Angelina? Kenapa sebentar sekali? Istirahat lagi sana biar Mama dan Nindy yang menjaga Argon," titah Katie.
Tetapi Angelina menggeleng cepat. " Tak apa, Ma. Aku sudah tidak mengantuk. Lagipula, dadaku terasa penuh. Jadi, biarkan aku menyusui Baby Ar secara langsung saja," tutur Angelina. Setelah itu, ia menatap serius pada Katie, Mama mertuanya itu.
"Ma, boleh aku titip Ar setelah ini? Aku ... ingin menemui Alan di kantornya," pinta Angelina yang langsung membuat Katie terkesiap kaget.
"Ada apa? Kenapa tumben sekali?" cecar Katie, menelisik menantunya itu. Tidak seperti biasanya, Angelina minta main ke kantor Alan. Dimana yang ada di sana adalah Adam. Bukan suaminya itu.
"Aku hanya ingin bertemu dengannya. Aku rindu maka siang dengan suamiku. Boleh ya, Ma. Sebentar saja," bujuk Angelina pada Katie. Membuat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu pun memutar otak untuk menutupi hal yang akan membuat Angelia curiga nanti.
Bagaimana ini. Menantuku ingin mengunjungi putraku di kantornya. Bisa-bisa gawat ini. Sebisa mungkin aku harus menahannya
"Bukannya Mama tidak mau menjaga, baby Ar. Tapi, Mama justru khawatir padamu, Nak. Kau kan belum pulih pasca operasi. Biar Mama telepon saja ya, semoga suamimu bisa pulang," bujuk Katie. Karena semua akan kacau kalau Angelina yang datang ke kantor. Sebisa mungkin, Angelina harus tetap jauh dari keramaian hingga traumanya pulih dengan sendirinya.
Perlahan-lahan sebenarnya potongan demi potongan puzzle yang terburai itu hendak menyatu perlahan. Membentuk sebuah kepingan ingatan yang selama ini dipaksa untuk Angelina hilangkan dalam memory kepalanya.
Di sebuah apartemen, seorang putri berbakti yang kini sadar bahwa telah salah mengikuti kemauan sang ibu selama ini. Berusaha membujuk wanita paruh baya yang bernama Meriam untuk segera menyerahkan diri pada pihak yang berwajib.
"Jangan ikut campur urusan Mama! Kalau kau tak punya hati lagi, dan lupa akan jasa wanita yang telah melahirkanmu kedunia, maka tinggalkan aku! Pergi, seperti papamu yang meninggalkanku di sini!" pekik wanita bertubuh kurus dengan rambut tipis karena rontok itu.
"Ma, berkacalah dan lihat keadaanmu saat ini. Aku sangat sedih melihatmu seperti ini. Bukan karena aku jahat, Ma. Tapi, aku ingin Mama mempertanggung jawabkan perbuatan itu," bujuk Lilian dengan linangan yang telah memenuhi pelupuk matanya.
Jika tak ingat akan jasa wanita yang telah mengandung dan melahirkannya itu, mungkin sudah sejak awal Lilian melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Karena, kejahatan sang Mama sudah tidak bisa dimaklumi lagi. Pria yang selama ini dia cintai telah tiada dengan sangat tragis.
Meskipun, ia merasa sedih karena tak bisa bersama dengannya. Akan tetapi, Lilian sadar jika semua orang sudah seharusnya. Semua sudah kehendak takdir. Caranya untuk mendapatkan pria itu memang salah. Sehingga, cinta itu kembali pada pemilik yang sesungguhnya.
"Pergilah, Lilian. Jangan mengatur hidup Mama lagi!" usirnya pada sang anak yang sangat ia sayangi, hingga dirinya rela melakukan apa saja demi kebahagiaan Lilian. "Pergi kataku! Anggap saja jika Mama sudah mati!" pekik Meriam kemudian, seraya mengarahkan tangan menuju pintu keluar.
Merasa usahanya sia-sia. Lilian pun memutuskan pergi setelah meletakkan berbagai bahan makanan di atas meja. Ia tak lagi memberikan uang banyak kepada sang mama. Semenjak tau, jika wanita itu telah menyalahgunakannya untuk kejahatan.
Lilian meninggalkan, apartemen itu dengan berat hati. Sambil berlinang air mata, wanita itu melakukan sesuatu menggunakan ponselnya. "Halo, Pa. Mama sudah mengakuinya. Tapi Lilian tidak tega," ucapnya pada seseorang di balik telepon.
"Biar Papa yang melakukan sisanya. Kau kirim saja bukti-bukti itu," ucap pria paruh baya di balik telepon. Pria itu nampak memejamkan matanya. Tak mengira bahwa inilah hal terakhir yang harus ia lakukan pada mantan istrinya itu.
"Maafkan aku, Meri sayang. Tetapi, kau sudah sangat keterlaluan," desahnya penuh penyesalan.
Lilian menggenggam ponselnya dengan tetesan air mata, sebelum akhirnya wanita itu melangkah masuk ke dalam kendaraan beroda empat miliknya itu. Berharap sang Mama bertobat setelah menerima hukuman atas perbuatannya.
Terdengar kegaduhan di sebuah kamar mewah pada kediaman keluarga Jackson.
"Ada apa, Clara?" tanya heran kedua penjaga di depan gerbang. Karena salah satu dari mereka di panggil ke dalam.
"Nyonya muda mengamuk lagi," jelas Clara.
Sementara itu, di beranda balkon kamarnya. Katie terlihat mondar-mandir sambil memegangi ponselnya. Entah kenapa, hari ini terjadi lagi. Keinginan Angelina tak dapat ia hentikan. Menantunya itu, justru menangis histeris karena ingin keluar menemui suaminya.
"Adam, kenapa kau lama sekali, Nak!" Katie terlihat sangat gusar. Ia tau jika baru saja ada yang terjadi pada Angelina, meskipun itu dari alam bawah sadarnya. Karena begitulah yang telah jelaskan oleh Laura. Psikiater yang menangani Angelina.
Bahwa, ketika potongan ingatan itu kembali maka Angelina akan mengalami tahapan emosi yang tak terkendali. Karena, pasien tersebut mengalami kebingungan terhadap kondisi memorinya yang acak.
"Sampai kapan kau akan seperti ini, Angel? Mama tau kau pasti sangat menderita," lirih Katie sambil mengintip kamar menantunya yang acak-acakan lewat CCTV. Terlihat dari ponselnya jika Angelina masih mengamuk dengan melempar semua benda yang ada di kamarnya itu.
Untung saja, para pelayan telah memindahkan barang-barang yang sekiranya berbahaya. Sementara, baby Ar di bawa oleh suster Nindy ke kamar Katie.
"Tuan muda kecil tidak mau menyusu Nyonya. Sepertinya, tuan muda kecil tau jika sang ibu sedang mengalami masalah," lapor suster Nindy pada Katie.
"Sini, berikan dia padaku," pinta Katie, seraya mengambil alih cucunya itu dari gendongan suster pengasuh.
"Cup cup, sayang. Granny ada di sini. Minum susu ya. Agar kamu cepat besar dan menjadi lelaki hebat yang dapat melindungi semua orang yang kamu cintai. Supaya, Mama tidak sedih lagi," bisik Katie di telinga bayi laki-laki tampan itu.
"Mungkin, aku harus menunda dulu rencana pensiun dini," gumam Damian pada Aziel sang asisten.
"Siap, Tuan. Semua, karena keadaan nyonya Angelina belum stabil. Saya, akan selalu berada di sisi anda. Jangan khawatir," tegas Aziel yang pada akhirnya mendapat tepukan di bahu dari Damian.
Klik!
Sebuah email baru dengan alamat email asing masuk.
"Apa ini? Mengungkap kecelakaan dua bulan yang lalu?" Damian mengernyitkan keningnya.
"Aziel!"
"Ya, Tuan.
"Selidiki, siapa pengirim email ini!"
...Bersambung ...
akhir yg membahagiakan utk semuanya
terimakasih author
Author kreji up hari ini .
Mohon dukungannya ya, like, komen, gift dan juga votenya.
Beri rating bintang lima juga.
Terimakasih.
Nantikan sekuelnya yang akan menceritakan tentang Laura dan Asisten kaku Aziel.
Sayang kalian banyak-banyak.