Sering menjadi korban bullying di sekolah karena penampilannya yang cupu, gadis berusia 18 tahun bernama Zea Sadiya menjadi sosok pendiam dan lebih banyak menghabiskan masa-masa di sekolah dengan menjadi gadis kuper dan kutu buku.
Tak cukup penderitaan di sekolah yang sama sekali tidak mempunyai teman karena penampilannya yang cupu, bahkan hal yang sama dialami di rumah karena hidup dengan ibu tiri serta kakak tirinya yang selalu membuatnya seperti pembantu.
Hidupnya semakin hancur saat sang ayah meninggal dan ibu tirinya menjualnya pada pria tua kaya raya untuk menebus hutang.
Akankah Zea Sadiya akan menemukan kebahagiaan di usianya yang terbilang sangat belia? Apakah ia akan membalas dendam pada orang-orang yang pernah membuatnya menderita?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dejavu
Saat makan malam, Aaron memilih turun karena tadi bertanya pada sang ibu apakah Anindya akan-makan di kamar atau ruang makan dan begitu mendengar jawaban yang diinginkan, membuatnya merasa sangat senang karena tidak berhadapan dengan gadis belia itu.
Ia sangat tidak suka jika harus berinteraksi seperti layaknya adik kakak, sedangkan status mereka sama sekali tidak ada hubungan darah.
Kini, Aaron pun berjalan keluar dari kamar dan menatap pintu yang tertutup dan sama sekali tidak ada suara. 'Sepertinya ia tertidur pulas di atas ranjang empuk yang nyaman.'
Saat Aaron berjalan menuju ke arah anak tangga, ia tidak jadi melakukannya karena berbalik pada dan berniat untuk berbicara empat mata pada gadis muda yang membuat pemikiran orang tuanya dipenuhi oleh kekhawatiran.
'Benar, aku harus bicara padanya. Bahkan meskipun aku masuk ke dalam kamar yang sekarang dan melihatnya telanjang bulat, tidak akan pernah tertarik karena ia hanyalah seorang gadis kecil.'
Baginya, wanita yang paling cantik hanyalah sang kekasih yang sangat dicintai. Apalagi besok ia akan fitting gaun pengantin. Bahkan persiapan pernikahan sudah 50 persen.
"Daripada gadis itu membuat masalah saat aku menikah lebih baik menasehatinya sekarang karena tidak ada salahnya membuatnya sadar diri bahwa hanyalah seorang tamu di rumah."
Aaron saat ini mengetuk pintu dan berharap segera dibuka dari dalam karena jujur saja tidak ingin ia dimarahi oleh sang ibu serta ayahnya ketika berbicara berdua saja.
Sementara itu, di dalam ruangan kamar, Zea yang dari tadi hanya berbaring di atas ranjang karena masih sangat pusing pada bagian belakang kepala. Hingga ia mendengar suara orang mengetuk pintu dan berpikir itu adalah pelayan.
"Masuk saja!" teriak Zea yang saat ini mencoba untuk merapikan anak rambut yang berantakan karena efek tidur tadi.
Tadi, ia memang beristirahat dan baru bangun, tapi sangat malas untuk beranjak dari tempat tidur. Saat Zea menatap ke arah pintu dan menunggu hingga pelayan masuk ke dalam, seketika membulatkan mata karena pemikirannya salah.
Ia bisa melihat sosok pria yang saat ini benar-benar berada di hadapannya.
"Tuan Aaron? Apa yang Anda lakukan di sini?" Zea tiba-tiba merasa bulu kuduknya melemang karena sangat ketakutan.
Ia sangat takut jika pria itu menghambur ke arahnya seperti yang dilakukan oleh pria yang telah membelinya dari ibu dan kakak tirinya.
Namun, ia masih ingin mendengar penjelasan dari pria yang langsung mengarahkan tangan ke hadapannya agar tidak berteriak. Tentu saja ia tidak akan berteriak karenanya mempermalukan orang tua pria itu yang selalu baik padanya.
"Maafkan aku karena tiba-tiba masuk ke sini. Aku hanya ingin mengatakan satu hal penting padamu. Cepatlah sembuh dan jangan pernah berpikir untuk menjadi adikku yang sesungguhnya dan bisa tinggal di sini selamanya hanya karena orang tuaku menyayangimu."
Aaron bahkan saat ini tidak peduli dengan kesehatan wanita yang masih terbaring di atas ranjang king size tersebut.
"Anda tenang saja karena aku akan pergi setelah mengingat keluargaku. Jadi, sekarang lebih baik pergi dari ruangan kamar seorang wanita karena itu sangat tidak pantas." Zea merasa tidak nyaman berada dalam satu ruangan bersama seorang pria karena membuatnya trauma.
'Rasanya seperti aku mengalami Dejavu saja saat bersama dengan pria ini dalam satu kamar.'
To be continued....