Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.
Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.
Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.
Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?
*
Ig: aca0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Tok...tok..tok..
"Kau baik-baik saja?" Tanya Erlan dari luar pintu.
"Sssh..Yeah, aku baik." Balas Siena dari dalam tetapi sambil meringis, ia tergelincir dan jatuh dalam posisi yang tidak elit sama sekali. Bokongnya menghantam lantai dengan keras. Siena mencoba berdiri, tapi tidak bisa.
"Erl..tolong," Siena tidak punya pilihan selain meminta tolong pada Erlan, selain bokongnya yang sakit, kakinya juga sakit.
"Sebentar, aku akan mengambil kunci cadangan."
Siena dapat mendengar suara langkah kaki menjauhi pintu, mungkin itu Erlan yang pergi mengambil kunci cadangan di ruang kerjanya karena biasanya pria itu menyimpan segala sesuatunya disana.
"Duhhh...kenapa harus jatuh sih?" Gerutu Siena, ia yakin kakinya keseleo, kalau tidak mana mungkin kesulitan untuk berdiri.
Ceklek!
Pintu terbuka, Erlan masuk dengan wajah datar. Erlan berjongkok lalu memeriksa pergelangan kaki Siena dan memijat nya lembut.
Untuk sesaat Siena terpaku pada wajah tampan Erlan yang sedang begitu serius menekan otot kakinya menggunakan ibu jari. Siena tersenyum, tidak bisa di pungkiri jantungnya berdebar kencang mendapatkan perhatian kecil yang diberikan Erlan.
Sedangkan Erlan meskipun fokus pada kaki Siena, sesekali sudut matanya melirik kearah dada Siena yang tercetak jelas, gaun rumahan yang dikenakan Siena basah terkena air saat terjatuh tadi. Erlan pria normal, berada berduaan dengan seorang wanita di tempat tertutup tentu membuat hasrat dalam dirinya terbangun.
Karena itu sebelum ia hilang kendali, Erlan menyudahi kegiatannya dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa.
"Erlan, mau kemana?!" Tanya Siena, ia mencoba berdiri dan ternyata sudah tidak terlalu sakit.
BRAK!
Erlan menjawabnya dengan bantingan pintu.
" Biasa aja dong nutup pintunya, nanti kalau aku jantungan gimana? Mau tanggung jawab?" Omel Siena entah kepada siapa, sebab pintu sudah tertutup dan Erlan sudah pergi.
" Huft...Tapi, terimakasih." Ucapnya sambil senyum-senyum sendiri menatap pergelangan kakinya. Lalu, wanita cantik itu mandi dengan cepat, ia tidak boleh membiarkan Erlan menunggu terlalu lama dan tentu saja juga harus tampil cantik malam ini.
Siena mandi dengan kecepatan kilat, sepuluh menit kemudian ia sudah keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk untuk menutupi bagian sensitif tubuhnya.
Siena menghembuskan nafas lega kala tidak melihat Erlan di kamar, ia melangkah lebar ke meja rias dan mengambil gaun yang ia beli tadi siang.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka lebar dan Erlan muncul disana sudah memakai setelan formal yang lengkap.
"ERLAN! KELUAR DULU!" Pekik Siena, wajahnya memerah karena malu.
Bukannya menurut, Erlan menutup pintu lantas berjalan mendekat. Siena memelototinya seraya berjalan mundur, maksud hati hendak menjauh tetapi punggungnya malah terhalang oleh ranjang.
"Mau menggodaku, hm?" Tanya Erlan dengan suara berat agak serak. Siena panik. Ia harus kabur, jika tidak...
"AAAAA...!" Siena berteriak kaget ketika tangan kekar Erlan tiba-tiba saja sudah memeluk pinggangnya, posesif. Bibirnya menyeringai dan matanya menatap intens.
"A-apa yang kau lakukan? Ki-kita harus berangkat hmpp..."
Bibir penuh Erlan bertemu dengan bibir tipis ranum milik Siena. Tubuh wanita cantik itu membeku, seolah waktu sedang berhenti saat itu juga. Erlan mengubah kecupan singkat itu menjadi lumatan penuh tuntutan, sebelah tangannya menekan tengkuk Siena, ia menggigit kecil bibir Siena lalu menelusupkan lidah nya kedalam mulut Siena.
"Hah..hah!"
Erlan baru melepaskan nya ketika Siena sudah kesulitan bernafas, dengan rakus Siena meraup oksigen. Erlan gila! Apa dia berniat membunuh Siena saat ini juga dengan kekurangan oksigen!
Namun betapapun jengkelnya Siena saat ini, ia tidak berani bersuara di depan Erlan.
"Aku tunggu di bawah."kata Erlan melepaskan tangannya dari pinggang Siena, pria itu keluar dari kamar tanpa menoleh sedikitpun ke belakang, seolah-olah yang baru saja dia lakukan bukanlah masalah besar.
"Huwaaa!! Mama...ciuman pertamaku di ambil pria sinting!" Jerit Siena saat tersadar akan apa yang baru saja Erlan lakukan.
"Cepat pakai gaunmu atau kau mau aku melakukan lebih dari itu," suara Erlan terdengar dari luar pintu. Siena melotot, buru-buru ia pergi ke ruang ganti sambil membawa gaunnya.
Gaun berwarna hitam sebatas lutut yang tidak terlalu ketat di tubuhnya itu membuat Siena menjelma menjadi Dewi malam ini, terlebih lagi rambut panjangnya di biarkan tergerai menjuntai hingga ke punggungnya. Kecantikan Siena terpancar sempurna.
" Siena benar-benar cantik," puji Siena menatap dirinya di cermin dengan kagum. Kecantikan dan keanggunan keluarga Calliope ternyata memang benar adanya.
Sayang sekali, reputasi buruk akibat tingkah tidak masuk akalnya membuat banyak orang membenci daripada memuja nya. Tapi Siena sudah bertekad untuk memperbaiki semuanya. Setelah ini, tidak ada lagi kebodohan cinta, tidak ada pertengkaran karena memperebutkan pria.
Setengah jam sudah berlalu sedari tadi, Siena memakai jam tangan mewah di pergelangan tangan kiri kemudian segera keluar, menyusul Erlan yang sudah menunggu nya dari tadi. Ia harap pria itu tidak marah karena terlalu lama menunggu.
"Erlan," Panggilnya setelah keluar dari lift, yang di panggil menoleh dan untuk beberapa detik menatapnya terpaku.
"Cantik," gumam Erlan tanpa sadar
"Kau mengatakan sesuatu?" Tanya Siena yang sudah berdiri di depan Erlan.
"Tidak ada. Ayo berangkat." Erlan membuang pandangannya, berdiri lalu keluar dari mansion dengan langkah lebar.
"Kau berjalan terlalu cepat, Erl," ujar Siena menyusul Erlan dengan susah payah.
"Kakimu saja yang pendek," ejek Erlan seraya masuk ke dalam mobil Porsche Panamera nya.
"Apa kau bilang? Jangan sembarangan, aku tinggi. Lagipula kau saja yang kelebihan tinggi, menjelma jadi tiang, huh!" Siena balas mengejek, ia tidak terima di Katai pendek. Hei, tingginya seratus enam puluh delapan centimeter, itu sudah tinggi! Tapi, tentu saja jika di sandingkan dengan Erlan yang memiliki tinggi badan hampir seratus delapan puluh sembilan sentimeter, ia akan kalah.
Erlan tidak membalas, lebih tepatnya mengabaikan Siena yang sudah duduk tenang di sampingnya.
Mereka membuka pintu mobil sendiri-sendiri, jangan berharap ada adegan sang suami yang membukakan pintu untuk istrinya tercinta, itu mustahil Erlan lakukan. Mungkin jika yang menjadi istri nya Cindy, maka itu bisa saja terjadi.
Perjalanan menuju tempat acara diisi dengan keheningan, Erlan sibuk membalas pesan penting dari klien nya, sementara Siena sibuk scroll sosial media. Siena memiliki banyak pengikut di akunnya, dan itu cukup menyenangkan.
Siena mencoba mengambil selfie, hanya sekali take dan hasilnya bagus. Orang cantik memang tidak perlu banyak usaha untuk menghasilkan foto bagus, jemarinya dengan lincah memposting foto tersebut di story nya.
Selesai berkutat dengan sosial media, Siena menyimpan ponselnya lalu mengarahkan pandangan keluar jendela. Jalan di Limerick tidak seramai jakarta, tidak ada kemacetan yang membuat jengah apalagi disini pemandangan kota malam hari sangat indah. Siena suka melihatnya.
...***...
jangan lupa like, komen dan vote...