NovelToon NovelToon
Tumbal Pasung Perjanjian Gaib

Tumbal Pasung Perjanjian Gaib

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror / Suami Hantu / Iblis / Roh Supernatural / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Tumbal
Popularitas:828
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

Hal yang mengejutkan dialami oleh Nurhalina, gadis penjaga toko swalayan. Ia menjadi korban penculikan dan dijadikan tumbal untuk sebuah perjanjian dengan sebelas iblis. Namun ada satu iblis yang melanggar kesepakatan dan justru mencintai Nurhalina.

Hari demi hari berlalu dengan kasih sayang dan perhatian sang iblis, Nurhalina pun menaruh hati padanya dan membuatnya dilema. Karena iblis tidak boleh ada di dunia manusia, maka dia harus memiliki inang untuk dirasukinya.

Akankah cinta mereka bertahan selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gadis Bernama Nurhalina

...Panca...

...────୨ৎ────...

11 hari yang lalu...

"Pakai uang kecil aja, mas!" begitu kata si tukang tambal ban, saat aku menyodorkan lembaran merah muda bergambar Soekarno  kepadanya.

"Yah, Pak. Kalau begitu saya tukarkan dulu, sebentar!" Bapak tukang tambal ban hanya mengangguk kemudian mengerjakan motor Mbak-mbak yang kebetulan juga mengalami ban bocor.

Untung saja ada Indomarket di seberangnya, jadi aku tak perlu bingung harus kemana lagi untuk menukarkan lembaran terakhir yang ada di dompetku itu.

HPku berbunyi waktu aku bersiap membayar belanjaaanku. Ternyata Bayu, teman satu kelompokku di kelas.

"Hallo."

"Wei,  Panca kamu di mana? Giliran kita habis ini!"

"Ban ku bocor, loh Bay."

"Halah, alesan! Bilang aja mau kabur!"

...Ctakkkkk,...

Permintaan panggilan video: Bayu.

"Lah, wong di toko, gitu kok katanya ban bocor!"

Suara Bayu begitu keras sehingga Mbak kasir di depanku juga ikut mendengarnya.

"Ini saja, kak? Atau sekalian cokelatnya, beli satu gratis satu?" tawar mbak kasir kepadaku. Sedang HP yang kupegang masih ribut dengan teriakan Bayu dan keramaian dalam kelas.

Aku mengangguk, dan menaruh uang di mejanya untuk satu botol air mineral. Tapi Mbak kasir yang memakai masker hitam itu tiba-tiba menyatukan kedua tangannya, "Maaf, kak. Kami baru saja buka, jadi belum ada uang kecil untuk kembaliannya."

"Ya, udah beliin kita jajan aja, kalau kamu gak bisa presentasi Panca!"

Bayu yang mendengar pembicaraan kami, ikutan nyaut.

Akhirnya aku kembali menyusuri rak snack dan kembali ke meja kasir dengan menayangkan kamera belakang sebagai bukti ke Bayu, kalau hari ini jelas tidak bisa datang ke presentasi mereka.

"Nih, loh! Puas, kan sekarang?"

"Bagus! Kita tunggu di tempat biasa!"

Iya begitu lah, Bayu. Datang tanpa salam, hilang pun tanpa kabar. Tiba-tiba saja layar HPku balik ke beranda, tanda dia mengakhiri panggilannya.

Tapi, aku cukup lega karena tak harus bertemu dengan dosen yang, iya bisa dibilang bikin ngantuk. Cuma satu orang yang nggak pernah kelihatan ngantuk di kelas, iya Yoana namanya.

Cewek, dia tuh kayak bisa mendeteksi makhluk lain gitu, iya mungkin dia menganggap Pak Anzwar, dosen Metafisika kita adalah makhluk ghaib jadi selalu waspada adalah cara dia mempertahankan diri.

"Terima kasih, selamat berbelanja kembali," ucap Mbak kasir sambil menyatukan kedua tangannya lagi.

"Sama-sam...."

...DOOOOAARRR...

...Bruuakkkk Brakkkkkk...

Kami sama-sama menoleh ke pintu kaca. Beberapa orang berlarian, beberapa lainya merapikan motor-motor yang berserakan di tepi jalan.

"Astagfirulahh...." jerit Mbak kasir memelototiku. "Mas, apa itu?"

Kami pun berjalan ke luar pintu. Banyak ibu-ibu menangis sambil memegang erat anak-anaknya, sebagian lagi berteriak histeris. Sedang yang muda berhamburan menonton, merekam dengan HPnya dan yang lain berlari mendekati yang berjatuhan.

Aku baru baru ingat.

Motorku?

Mereka semua berlari ke arah sana. Ke arah lapak tambal ban yang ada di ujung pertigaan lampu merah. Banyak orang tampak berdarah-darah memegangi tangannya, kakinya.

Ya, tuhan.

Mengapa Bus Pariwisata itu hanya menampakan seperempat dari body nya dengan ke-4 ban belakang menukik ke atas?

Kemana perginya lapak tambal ban bertenda biru yang semula ada di ujung jalan sana?

Aku pun berlari untuk memastikan. Banyak orang berlarian mengerubungi Bus Pariwisata itu, mencoba memanjat dan mengeluarkan yang masih menjerit-jerit dari dalam Bus.

Motorku?

Hanya helem Bogo berwarna biru muda yang masih tertata rapi di samping trotoar. Aku rasa itu milik perempuan yang menembel ban bersamaku tadi.

Lalu, kemana perempuan itu?

Jangan-jangan....

Benar saja, selain motorku yang menjadi korban, tampak perempuan yang menembel bersamaku tadi terjepit di antara bemper Bus dan beton pembatas parit.

Aku tak yakin apakah bisa membantu sesuatu untuknya, bahkan darah itu sangat deras mengalir dari sisi perut yang tampak tertusuk besi-besi patahan.

Mual.

Pusing.

Itu yang kurasakan saat ini. Dengan napas yang tersenggal kupaksakan mendekati motorku yang tertindas. Tak ada tanda-tanda motor itu bisa kuperbaiki lagi, bahkan batok lampunya saja terpental jauh ke parit.

"Ya Allahhh," jerit wanita di depanku mengharap pertolongan. Tapi aku dan orang-orang disekitarku tak bisa berbuat apa-apa. Banyak yang menjerit dari dalam Bus, Sedangkan aku masih shock, karena satu-satunya motor si Mbah, hancur lebur di sana.

"Mas! Tolong tahan ini, biar kutarik Mbak itu!" ujar pemuda disampingku.

Aku pun lekas melakukan perintahnya, kupegang besi pipa itu untuk memberikan rongga agar korban bisa keluar dari sana. Sementara si pria jangkung mencoba merayap masuk melepaskan robekan-robekan celana yang menyangkut pada patahan bemper Bus.

"Arrhh," jerit si wanita melihat kakinya yang berlumuran darah. Mencoba melepaskan besi tajam yang menancap dari paha sampai perutnya.

"Terus mbak, tahan!" ucapnya sambil menahan besi agar terlepas dari tubuh itu.

"Sakiittttt! Aaaargghhh!" pekiknya. Sayangnya setelah beberapa kali percobaan, besi itu belum juga menyerah dari tubuhnya. Bahkan darah makin mengucur dari pinggangnya.

"Ayoo mbak! Pasti bisaaaaaaarggghh!" teriak pria jangkung membantu mengeluarkan tancapan itu sekuat tenaga.

Aku menutup sedikit mata, sambil menahan besi penopang, agar mereka berdua memiliki stand untuk bergerak.

"Ya, Allahhhh! Sakittt!!" jerit wanita itu, air di matanya mulai deras. "Gak kuaat, arghh."

Aku tak kuasa melihat darah. Sedang si pria jangkung masih sekuat tenaga berusaha mengeluarkan korban.

...Plakkk......

...Pangngggggg... Tanggg Tlangtang...

Gelap.

Aku jatuh, hidungku panas.

Dari bawah, aku melihat wanita itu berhasil keluar.

Hitam.

...Nginggggg...

"Mas," bisik seseorang di telingaku.

"Mas!" Makin keras.

"Mas, sadar! Mas.!" Begitu aku membuka mata, Mbak-mbak dengan seragam Indomarket menyodorkanku Air mineral. Tangannya menopang kepalaku di lantai. Aku berada di teras tokonya.

Tampak beberapa orang juga berjatuhan di parkiran, memegangi kaki, kepala, tangan dan bagian yang lain dari mereka yang berdarah.

Mobil ambulan juga sudah ramai di pertigaan jalan. Satu terparkir di depan pandanganku dengan tandu yang mengangkut para korban.

Semua orang berhamburan, berlumuran, entah berapa yang menjadi korban dari kecelakaan ini. Sedangkan Bus Pariwisata sebesar itu masih menukik di ujung pertigaan, seluruh jendelanya pecah, bodynya ringsek, bagian depannya sudah nggak berbentuk lagi, dan asap hitam masih mengepul di atasnya.

Motorku?

Tentunya sudah tak selamat.

"Minum dulu, mas!" kata wanita yang menopang kepalaku. Dia membukakan tutup botolnya dan lekas meminumkannya ke mulutku.

Dia tampak sangat panik melihatku, entah apa yang ada di dalam pikirannya. Padahal aku bukanlah korban sebenarnya yang perlu dia khawatirkan.

"Ohhh, iya. Makasih." Aku masih mual dan sedikit nyeri di bagian hidung. Sebisanya aku mencoba menggantikan tangannya untuk menyangga kepalaku sendiri, karena aku tak ingin merepotkan orang lain.

Ya, begitulah aku ketika melihat darah yang begitu banyak.

Pingsan.

"Mas, kalau gitu saya tinggal ke dalam dulu, ya?" ucapnya. Tampak di kasir ada seseorang yang mengantri menunggunya.

Dia masih memakai masker hitamnya sama seperti saat melayaniku tadi. Meski aku tak tahu seperti apa rupa wajahnya, tapi dengan adanya Nametag yang terpasang pada saku kanannya, setidaknya aku bisa mengingat namanya.

Nurhalina.

1
Ani
Sungguh wanita bodoh, sudah ada peluang utkmkabur, masih sja mau menuruti aturan. Rasakan, itu krn kebodohan mu, wanita bodoh.
Ani
Bodoh sekali wanita ini, jelas2 dia sudah mendengar tadi bahwa dia mau di jadikan tumbal, ada kesempatan utk. Lari, eh malah mikir nya berulang - ulang, berarti dia memang mau mati percuma, di jadikan tumbal. Dasar wanita bodoh.
Yuli a
loh kk,, disini lagi...
Yuli a: oh... sip lah... biar bisa baca lagi...🥰
Tya 🎀: iya balik lagi, di sebelah nge bug sistemnya
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!