Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Serangan Jantung
Kinara tidak dapat lagi membendung air matanya yang kini mengalir deras dipipi mulusnya. Kini ia sedang berada di dalam sebuah mobil taksi.
Hatinya sangat sakit dan hancur, seolah-olah semua orang kini memojokkan posisinya. Kinara merasa dunia ini sangatlah tidak adil untuknya. Bagaimana bisa, dia yang menjadi korban atas perselingkuhan sang suami, justru malah dia yang disalahkan atas semua ini?
Ia sungguh sudah tidak mengenal lagi suaminya kini. Digo yang dulu sangat mencintainya dan mendukung semua yang ia lakukan, tapi justru ia menikam Kinara dari belakang.
Hati dan dunianya hancur dan runtuh seketika, kini yang ia inginkan hanyalah kembali ke masa lalu saat ayahnya masih hidup.
Kinara meraih ponselnya, dan menelfon nomor seseorang. Ia merasa saat ini tengah amat membutuhkan seseorang sebagai sandaran.
"Halo, Hariz?"
("Ya Kinara,)
"Apa kamu sedang berada di rumah?"
("ya, aku dirumah sekarang? Ada apa Nara, suaramu terdengar lain? Kamu.. Apa kamu sedang menangis?")
"Aku akan kesitu sekarang."
("Aku saja yang jemput. Kamu masih dirumah orang tua Digo bukan?")
"Tidak, aku sedang didalam taksi. Aku kesana sekarang."
Tut!
Beberapa menit kemudian, Kinara sampai di depan rumah Hariz. wanita itu langsung dibukakan pintu gerbang oleh scurity, karena sebelumnya Hariz yang sudah berpesan.
"Mari nona, Silahkan." ucap scurity tersebut.
"Terimakasih pak." ucap Kinara.
Kinara segera masuk dan menekan bel rumah tersebut ketika telah sampai didepan pintu utama.
Hariz yang cemas dan telah menunggunya sedari tadi langsung membukakan pintu untuk Kinara.
Begitu pintu terbuka, Kinara langsung memeluk erat tubuh Hariz sambil menangis sejadi-jadinya.
Hariz mengusap lembut punggung Kinara sebagai bentuk dukungan, ia tidak tau apa yang terjadi pada Nara. Tapi ia mencoba memberikan pundaknya dan membiarkan Kinara meluapkan semua rasa sakit lewat airmatanya terlebih dahulu.
Setelah Kinara mulai memelankan suaranya tangisnya, Hariz membawa Kinara masuk dan duduk di ruang utama.
"Ceritakan, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanya Hariz.
"Aku tidak tau, apa yang harus aku katakan. Digo.. Dia sudah menikah lagi dengan wanita lain, tapi semua orang menyalakanku atas semua yang terjadi." kembali Kinara menangis.
Hariz meraih tubuhnya dan memeluknya lagi. "Sudahlah.. Sudah." Hariz mencoba menenangkan Kinara.
Hariz memang sempat melihat wajah wanita yang bersama Digo tadi, tapi ia tidak menyangka jika Digo tengah membawa istri barunya. Jika ia tau, mungkin Hariz tidak akan buru-buru pergi malam ini.
"Katakan Hariz, apa aku ini adalah wanita yang sangat buruk. Hingga semua orang menyalakanku? Padahal, bukankah aku yang paling terluka disini!" ucap Kinara.
"Tidak Nara, kamu tidak buruk. Hanya saja, kamu dan Digo belum bisa sepenuhnya terbuka satu sama lain." ujar Hariz.
Hariz menarik pundak Kinara dari pelukannya. "Sekarang katakan padaku, apa kamu benar-benar mencintainya?" tanya Hariz, menatap kedua bola mata Kinara dengan serius.
Kinara terdiam sejenak. "Aku tidak tau, aku tidak bisa merasakan apapun saat ini. Hatiku sangat hancur Hariz." jawabnya.
"Baiklah, aku tau.. Kamu pasti masih membutuhkan banyak waktu." ucap Hariz.
......................
Didalam apartemen, kini Digo tampak termenung duduk disofa ruang tengah.
"Maafkan sikap kedua orangtuaku Renata, mereka tidak bermaksud untuk menyakitimu. Hanya saja, mereka masih membutuhkan waktu untuk menerima ini semua." ucap Digo.
"Tidak apa-apa mas, aku mengerti. Lagipula ini sudah menjadi konsekuensi untukku, dan aku sadar akan hal itu. Kamu tidak perlu khawatir, aku memakluminya." ucap Renata.
Renata memang selalu mengerti akan keadaan Digo, membuat pria itu semakin merasa beruntung memiliki Renata dihidupnya kini.
"Lalu apa rencanamu selanjutnya mas?" tanya Renata.
"Aku akan tetap pulang malam ini Ren, aku butuh waktu untuk bicara dengan Kinara berdua." ujar Digo.
Renata mengangguk. "Mmh... Baiklah." jawabnya.
Bagaimanapun, ia harus tetap menyelesaikan masalah ini dengan Kinara. Digo tau, kini mereka semua tengah dalam posisi hancur. Tapi disini Digo tidak ingin egois, ia masih memiliki Renata yang akan selalu mengerti dan ada untuknya. Digo pun sangat mencintai Renata.
Tapi Kinara? Dia sudah tidak memiliki siapapun didunia ini. Digo tidak mau Kinara akan merasa semakin sedih dengan keadaan ini.
Digo tau, ia yang bersalah dan dia yang memulai semuanya. Kini Digo ingin menyelesaikannya satu persatu.
Malam ini Digo pun langsung pulang kerumahnya. Setelah menghabiskan waktu beberapa saat bersama Renata dengan memeluk tubuh istri keduanya. Itu membuat Digo merasa sangat lebih baik.
Begitu sampai, ia langsung mencari keberadaan Kinara.
"Kinara? Aku butuh bicara." seru Digo.
Dari dalam dapur, Bi Ika tampak mendekati Digo. "Nyonya belum pulang Tuan." ucapnya. Bi Ika adalah kepala pelayan di rumah itu.
"Jadi Kinara belum pulang Bi?" tanya Digo.
"Belum Tuan." jawab Bi Ika.
"Kalau begitu terimakasih Bi." ucap Digo.
Digo segera meraih ponselnya untuk menghubungi Kinara. Sampai beberapa kali, tidak Kinara tidak mengangkatnya juga.
Digo mulai frustasi, sampai tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti didepan pagar pintu gerbang rumahnya.
Digo yang masih berdiri diruang utama pun bisa melihat sorot lampu mobil tersebut. Sementara scurity langsung membuka pintu gerbang.
Terlihat jelas, itu bukan mobil Kinara, tapi wanita itu turun dari sana bersama seorang lelaki.
Digo buru-buru berjalan mendekati mereka berdua dengan langkah lebar.
"Aku hanya bisa mengantarkanmu sampai sini. Pulanglah, selesaikan masalah kalian. Jika ada apa-apa hubungi aku." ucap Hariz sambil mengusap pipi Kinara lembut.
"Terimakasih Hariz." Kinara tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia langsung memeluk tubuh Hariz saat itu juga.
"Kurang ajar!" Digo menarik baju Hariz dengan kasar dan melayangkan satu tinju diwajahnya.
Bugh!
"Digo, hentikan!" teriak Kinara histeris, karena Digo terus saja menghajar Haris dengan pukulan-pukulan diwajahnya.
Digo mencengkram krah baju Hariz dan berteriak didepan wajahnya. "Beraninya kamu menyentuh istriku!" kembali Digo menghajarnya sampai Hariz tersungkur di jalan.
Hariz tersenyum menyeringai sambil mengusap darah tipis disudut bibirnya.
"Aneh.. Kamu yang menyalakan api terlebih dahulu, tapi kamu juga yang sekarang terbakar." sindir Hariz.
Digo menarik baju Hariz. "Apa maksudmu hah?!" ucap Digo dengan nada tinggi.
"Bukankah kamu yang mengkhianati Kinara lebih dulu, lalu sekarang kamu cemburu melihat Kinara bersama lelaki lain?" ucap Hariz.
"Digo Melviano, jangan suka bermain api jika kamu tidak ingin dibuat hangus olehnya." lanjut Hariz.
"Itu bukan urusanmu!" ucap Digo lalu kembali mengangkat kepalan tangannya.
"Hentikan Digo!" teriak Kinara.
Drrt!
drrt!
Ponsel Digo bergetar, perlahan ia mulai menurunkan tangannya dan mengangkat telfon tersebut.
"Halo ma?"
("Digo cepat kerumah sakit sekarang, papamu terkena serangan jantung!")
"Apa! papa terkena serangan jantung?"
"Iya, cepat kesini sekarang juga!"
tut!
"Apa yang terjadi, ada apa Digo?" tanya Kinara yang ikut panik.
"Papa dirumah sakit, ia terkena serangan jantung." ucap Digo hambar dan lemah.
"Apa?!" Kinara menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Aku harus pergi sekarang." ucap Digo segera berbalik untuk melangkah ke dalam mengambil mobilnya.
"Aku ikut!" sela Kinara.
"Pakai mobilku saja, aku akan antar kalian kesana." ujar Hariz.
"Tidak perlu! Singkirkan saja mobilmu dari sini." ketus Digo.
"Hariz, aku harus pergi." ucap Kinara memegang tangan Hariz.
"Iya, pergilah." jawab Hariz sambil tersenyum tipis.
Kinara segera mengejar langkah Digo dan masuk ke dalam mobilnya. Digo langsung menyalakan mobilnya, sementara Hariz mengundurkan mobilnya dari pintu gerbang.
Begitu mobil Digo pergi, diam-diam Hariz mengikuti mereka sampai ke rumah sakit yang dituju.
dan Kinara jika benar itu ulahmu tunggu saja karma datang padamu