Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
"Iya bagus begitu, iya tahan sebentar."
Cekrek cekrek
Suara riuh dan suara kamera terdengar di studio sebuah gedung entertainment dimana Mimi tengah melakukan pemotretan.
Hari ini Mimi mendapatkan undangan untuk mengikuti ajang model dengan tema pakaian Hawaii. Dan saat ini dengan dandanan ala Hawaii, Mimi sedang berpose sebagai model yang profesional.
"Oke, bagus. Aku akan melihat dan memilih foto-fotonya lebih dulu." Ucap sang photographer.
Mimi mengangguk mengerti, dia juga ikut melihat beberapa hasil foto yang sudah di ambil tadi.
"Bagus, bagus. Semua foto kamu melakukannya dengan bagus dan sempurna, Michael." Ucap photographer setelah melihat hasil fotonya pada layar laptop.
"Terima kasih, kau juga sudah bekerja dengan sangat baik." Ucap Mimi.
"Baiklah, pemotretan hari ini sudah cukup. Terima kasih."
Mimi tersenyum dan pergi ke ruang ganti untuk berganti pakaian dengan manajer Junnie.
Setelah berganti pakaian, Mimi di bantu penata rias menghapus bedak yang tadi Mimi pakai, lalu mengaplikasikan make up yang lebih sederhana dan ringan pada wajahnya.
"Mimi, perusahaan MM ingin mengajakmu bekerjasama menjadi model pakaian dalam mereka. Apa kau ingin mengambilnya?" Ucap manager Mimi.
"Kak Junnie, bukankah aku pernah berkata kalau aku tidak akan pernah mengambil pekerjaan seperti itu."
Manajer Junnie mengangguk, dia lalu meletakan kontrak itu di atas meja.
"Lalu, bagaimana dengan perusahaan H. Dia ingin bekerjasama dengan mu untuk iklan mobil terbaru mereka."
Mimi diam, dia seolah sedang berfikir.
"Aku akan membawa kontraknya dulu, dan mempelajarinya."
"Baiklah kalau begitu."
Mimi mengangguk.
"Oh iya kak Junnie, bagaimana dengan keluarga Scott itu?"
"Ah mereka, mereka tadi pagi menghubungi pengacara kita dan memohon untuk menarik tuntutannya. Tuan Scott berkata bahwa istri dan anaknya akan meminta maaf di depan publik dengan mengadakan jumpa pers. Mereka berharap dengan itu kita akan menarik tuntutan yang kita ajukan."
"Hmmm, keluarga tidak tahu malu. Biarkan istri dan anaknya di tahan beberapa hari di dalam penjara. Aku ingin memberikan mereka pelajaran, agar tidak lagi bersikap arogan terhadap orang lain."
"Baik, aku akan mengaturnya."
"Terima kasih banyak kak Junnie."
Mimi menatap dirinya yang sudah selesai di make up pada cermin.
"Oke, hari ini sudah selesai. Aku akan kembali dulu."
"Iya, besok kau harus sudah berada di kantor jam 9 pagi. Aku akan membawamu untuk melihat beberapa pameran."
"Oke kak Junnie."
Mimi lalu keluar dari ruang istirahatnya, dan berjalan keluar dari gedung entertainment di mana dia bekerja selama ini.
Tit tit
Suara klakson membuat Mimi terkejut, dia melihat ke arah mobil yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Mimi berjalan mendekati mobil itu.
"Kau... Kau Leon anak paman dan bibi Damian kan?" Tanya Mimi.
Leon mengangguk "Iya, apa kakak mau pulang?" Ucap Leon.
"Benar."
"Kalau begitu aku akan mengantar kakak, kebetulan aku ingin bertemu dengan Xixi."
"Oh bagus kalau begitu."
Mimi lalu masuk kedalam mobil Leon.
Setelah melihat Mimi memakai seatbelt, Leon melajukan mobilnya menuju rumah keluarga William.
"Kau cukup dekat dengan Xixi sekarang?" Mimi memulai percakapan mereka.
Leon mengangguk "Iya, tapi dia wanita yang sulit di dekati."
"Tentu saja, bahkan aku yang kakaknya saja tidak pernah bisa mengerti dia."
"Hahaha benarkah?"
Mimi mengangguk "Dia kadang bersikap dingin, tapi juga kadang bersikap seperti seorang kepala keluarga yang melindungi kami semua."
Leon terdiam, dia bisa mengerti itu dari sikap Xixi yang tidak banyak tingkah, dan memilih menjadi wanita culun demi keluarganya.
"Leon, kau menyukai Xixi bukan?"
Leon tersentak dengan pertanyaan Mimi.
"Ti... Tidak, kakak jangan...."
"Tidak apa-apa jika kau menyukainya. Selama ini dia selalu bertindak sesuka hati, dan belum pernah ada laki-laki yang bisa membuatnya merasa di lindungi."
Leon mengeratkan tangannya pada setir mobil.
"Aku... Memang menyukai Xixi. Tapi... Aku tidak tahu harus bagaimana terhadap Xixi. Dia sangat sulit di pahami."
"Apa kau pernah merasa seperti sedang di tekan olehnya, saat dia menatapmu?"
"Iya, aku pernah merasakannya. Tatapannya sangat tajam, aku seperti seorang prajurit yang sedang di tatap oleh raja."
"Hahaha itu bagus, artinya dia peduli padamu."
Leon menatap Mimi sejenak sebelum akhirnya kembali melihat jalanan.
"Peduli padaku?"
Mimi mengangguk "Jika dia tidak peduli, dia tidak akan pernah memberikan tatapan yang menekan sebagai perlindungan dan peringatan pada orang lain yang dia kenal."
Leon diam, dia merasa itu benar-benar sulit di pahami. Dengan tatapan tajam itu, Xixi memberikan kepeduliannya pada orang lain. Bukanlah itu sangat langka?
Mobil terus melaju hingga akhirnya mereka sampai di depan rumah keluarga William.
Leon dan Mimi turun dari mobil, mereka lalu berjalan menuju pintu rumah.
Ting tong
Mimi menekan bell rumah. Berbeda dengan Xixi yang menekan kode rumahnya, Mimi lebih memilih menekan bell.
Tak berselang lama, pintu terbuka.
"Nona sudah kembali." Ucap seorang pelayan yang membukakan pintu.
"Tolong buatkan tuan muda Damian minum."
"Baik nona."
Mimi dan Leon masuk kedalam rumah.
"Tunggu disini, aku akan memanggil Xixi." Ucap Mimi pada Leon.
"Iya, terima kasih kak."
Mimi lalu naik ke lantai atas untuk memanggil Xixi, sementara Leon duduk sofa ruang tamu.
Seorang pelayan datang dan membawakan minuman untuk Leon, dan setelah itu dia pergi lagi.
"Kau disini?"
Leon melihat ke arah suara, Leon tak berkedip menatap Xixi dengan rambut tergerai dan tanpa kacamata seperti biasanya. Dia juga memakai kaos pendek yang biasa dia pakai di dalam rumah.
"Leon!"
"Ah, iya. Maaf."
Xixi duduk di salah satu sofa dengan santai.
"Ada apa kau ke sini?" Tanya Xixi.
Leon yang mendengar pertanyaan Xixi, mengambil sesuatu dari dalam saku celananya lalu meletakan sebuah flashdisk di atas meja.
Xixi melihat flashdisk itu dan mengambilnya.
"Apa ini?"
"Aku meminta seseorang untuk menyelidiki keluarga Gabriel, dan kemarin orang yang aku suruh mendapatkan beberapa hal yang tidak terduga."
"Leon, bukankah aku pernah bilang kalau kau tidak perlu ikut campur urusanku?"
Leon tahu itu, tapi dia juga tidak bisa diam saja melihat Xixi di incar dan terluka oleh keluarga itu.
"Aku tahu, aku hanya ingin...."
"Leon, lebih kau tidak perlu lagi ikut cam...."
Cup
Leon membungkam bibir Xixi dengan bibirnya, entah kenapa dia sangat tidak suka saat Xixi memintanya menjauh atau tidak boleh ikut campur dalam urusanya.
Beberapa saat kemudian, Leon menjauhkan bibirnya dari bibir Xixi lalu menatap kedua mata Xixi dengan serius.
"Tidak bisakah aku membantumu dan melindungi mu?" Tanya Leon dengan lembut.
"Leon, kau...."
Leon memeluk tubuh Xixi dengan erat, suara degup jantung Leon terdengar sangat kencang dan begitu terasa oleh Xixi yang sedang di peluknya.
"Aku tidak ingin kau terluka lagi, aku tidak mau kau terus berurusan dengan keluarga itu." Ucap Leon.
Xixi merasakan ketulusan dari ucapan Leon, dia juga merasa tubuh Leon sedikit gemetar seolah dia tengah merasa ketakutan.
Dengan ragu, Xixi mengangkat kedua tangannya lalu membalas pelukan Leon.
Leon yang merasa tubuhnya di peluk tersentak, namun sesaat kemudian dia memper-erat pelukannya pada Xixi.
"Biarkan aku membantumu dan melindungimu, aku benar-benar tidak ingin kau terluka. Aku.... aku mencintaimu Cicilia."
Mata Xixi terbuka lebar mendengar pengakuan cinta dari orang yang pernah membuatnya terhina karena di jadikan barang taruhan.
"Leon, kau...."
Leon melepaskan pelukannya dan menatap kedua mata Xixi dengan penuh perasaan.
"Aku mengatakan yang sebenarnya, aku tidak ingin orang yang aku cintai terluka oleh orang lain."
prok prok prok prok prok
Suara tepuk tangan orang terdengar, dan itu membuat Xixi juga Leon tersentak.
"Akhirnya kau menyatakannya juga tuan muda Damian." Ucap Lulu yang ternyata sejak tadi ada di depan pintu rumah Xixi yang terbuka.
Di samping Lulu juga ada Joseph yang melihat temannya menyatakan cinta pada seorang wanita untuk pertama kalinya.
"Ka... kalian?"
Lulu dan Joseph berjalan masuk ke dalam rumah.
"Kak Michael, apa kakak sudah selesai merekam semuanya?" Tanya Lulu yang tahu jika Mimi diam-diam bersembunyi, dan merekam apa yang telah Leon lakukan pada adiknya.
"Ah.. ketahuan ya." Ucap Mimi sambil tersenyum.
"Kalian benar-benar tidak ada kerjaan." Ucap Xixi.
Mimi berjalan dan duduk di samping Xixi.
"Sekarang kau sudah mempunyai orang yang akan melindungimu dengan nyawanya. Apa kau akan menyia-nyiakannya begitu saja, Xixi?" Ucap Mimi menggoda.
"Kak!"
Leon yang masih duduk di samping Xixi merasa sedikit canggung pada Mimi, dan lainnya yang sudah melihat dirinya menyatakan cinta pada Xixi.
"Xixi, kau belum menjawab Leon." Lulu ikut menggoda Xixi.
"Kalin berhenti mengatakan semuanya. Ini adalah urusanku."
Xixi berdiri dan berjalan meninggalkan ruang tamu itu dengan kesal dan juga malu.
Leon yang melihat Xixi pergi merasa khawatir, jika apa yang sudah dia lakukan akan membuat Xixi menghindarinya.
Mimi menepuk bahu Leon "Jangan khawatir, dia bukan orang yang tidak mempunyai perasaan padamu. Aku sudah pernah berkata padamu bukan, jika Xixi peduli dengan mu."
"Kak Michael."
Mimi mengangguk dan tersenyum pada Leon, sebagai dukungannya.
"Kau tenang saja, Xixi orang yang baik. Dia hanya ingin membereskan semuanya sesuai dengan apa yang sudah dia rencanakan. Aku sangat mengenalnya, kau bersabar saja." Ucap Lulu mencoba menghibur Leon.
"Lulu benar, kau masih punya banyak waktu. Dia juga tidak akan pergi kemana-mana." Joseph pun ikut memberi dukungan pada Leon.
"Em, aku mengerti." Ucap Leon.
Meski Leon mencoba untuk tenang dengan dukungan mereka, tapi hati Leon tetap saja tidak bisa semudah itu untuk tenang. Dia benar-benar tidak ingin jika Xixi menjauh darinya setelah apa yang dia katakan pada Xixi tadi.