Ailen kaget setengah mati saat menyadari tengah berbaring di ranjang bersama seorang pria asing. Dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh mereka tidak mengenakan PAKAIAN! Whaatt?? Apa yang terjadi? Bukankah semalam dia sedang berpesta bersama teman-temannya? Dan ... siapakah laki-laki ini? Kenapa mereka berdua bisa terjebak di atas ranjang yang sama? Oh God, ini petaka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 10
"Kita sedang membutuhkan banyak pengeluaran untuk mempromosikan produk terbaru perusahaan, Tuan. Namun, ada sedikit kendala dibagian keuangan. Katanya dana promosi sedikit dipangkas karena perusahaan mengalami kerugian cukup besar. Apakah informasi tersebut benar?"
Derren menyimak dengan seksama laporan dari bawahannya. Mendadak diminta melakukan pertemuan diluar kantor, ternyata karena pembicaraan mereka bersifat serius. Duga-menduga, sepertinya ada tikus busuk yang coba memanipulasi dana perusahaan.
"Maaf jika sikap saya terkesan kurang ajar. Sebagai ketua pelaksana, saya merasa ada yang janggal dengan laporan tersebut. Jadi untuk memastikan, saya nekat menghubungi Tuan Julian dan meminta bertemu Anda di sini."
"Tindakanmu sudah sangat benar. Jika kita berbicara di ruanganku, besar kemungkinan pengkhianat itu akan mengetahui dan memasang ancang-ancang untuk membela diri. Kau cerdik!" puji Derren bangga akan kejujuran dan sikap waspada bawahannya ini.
"Terima kasih banyak untuk pujiannya, Tuan. Saya hanya melakukan yang semestinya saja."
Julian tersenyum ke arah karyawan tersebut. Dari sekian banyak penjilat, akhirnya ada juga orang yang mau bekerja dengan sungguh-sungguh tanpa berharap imbalan apapun. Jika sudah seperti ini, maka promosi kenaikan pangkat akan segera diterimanya. Tuan Derren adalah orang yang sangat murah hati sekali. Julian yakin pertemuan mereka sekarang akan berbuah manis untuk karyawan tersebut.
"Dia sedang apa ya?"
"Ya, Tuan?" Julian segera membuat kode agar karyawan itu diam saja. Jika tak salah menebak, bosnya tidak sedang berfokus pada bisnis, melainkan ....
"Ailen. Tiba-tiba aku ingin melihat wajahnya." Derren bicara tanpa peduli kalau di hadapannya ada orang lain. "Apa dia merindukan aku?"
Nah, benarkan?
"Kau kembalilah bekerja. Jika ada informasi lagi, segera hubungi aku," ucap Julian.
"Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi."
Derren diam tak merespon. Pikirannya sudah dipenuhi bayangan wajah serta bibir Ailen. Entahlah, perasaan ini terlalu sulit untuk sekadar dijelaskan. Padahal, sebelumnya dia begitu menjaga perasaan dengan hanya memikirkan Zara seorang. Tetapi setelah hubungan one night stand dengan Ailen, mendadak dunianya jadi berubah. Kenikmatan yang wanita itu berikan, seperti h*roin yang membuatnya kecanduan.
"Tuan, ponsel ini sudah saya sambungkan dengan CCTV yang ada di rumah sakit. Anda bisa memantau aktifitas Nona Ailen dari sini," ucap Julian sembari memberikan ponsel pada bosnya.
"Kau memang yang paling tahu, Julian," sahut Derren sigap mengambil ponsel Julian dan mulai mencari titik keberadaan Ailen. Senyum semringah tampak mengembang di bibir saat obyek yang dia cari berhasil ditemukan. "Oh, dia sedang makan siang di kantin rupanya. Jadi ingin makan di sana juga,"
Sejujurnya keanehan sikap bosnya membuat Julian merasa aneh. Ketika menjalin hubungan dengan Nona Zara, bosnya ini tidak pernah menunjukkan kebucinan yang terlalu gamblang. Malah terkesan menjaga sikap. Tetapi setelah hubungan tak sengaja dengan Nona Ailen, sikap bosnya berubah 180 derajat. Pria ini bucin tingkat dewa.
"Apa-apaan ini!"
Tiba-tiba Derren berteriak. Hampir saja dia membanting ponsel Julian jika Julian tak sigap menahan tangannya.
"Kendalikan diri Anda, Tuan. Kita sedang berada di tempat umum sekarang."
"Persetan dengan orang-orang yang ada di sini. Lihat ini, Julian! Bedebah tak tahu diri dari mana yang berani menggoda wanitaku. Brengsek!"
Derren menggila. Dia berteriak dengan suara yang cukup lantang hingga menarik perhatian beberapa orang yang sedang berada di restoran. Geram, dia meninju meja di hadapannya lalu kembali menatap layar ponsel.
"Cari, kemudian singkirkan bedebah sialan ini dari dekat Ailen. Aku tidak sudi wanitaku berhubungan dengan pria selain aku. Lakukan sekarang juga, Julian!" perintah Derren tak terbantahkan. Kedua matanya memerah dan rahangnya mengetat. Niat hati ingin memantau aktifitas Ailen, dia malah disuguhkan satu pemandangan yang menyakitkan hati. Siapa yang tidak jengkel coba.
"Tuan, sebaiknya kita langsung susul mereka saja. Melihat wajah orang itu, saya merasa tidak asing." Julian membujuk dengan harapan emosi bosnya akan sedikit mereda. Mereka sedang berada di tempat umum, tak baik jika sampai ada yang merekam kemudian mengunggahnya ke media sosial. Nama baik bosnya bisa tercemar.
Tanpa mengatakan sepatah kata pun Derren langsung beranjak pergi dari sana. Wajahnya merah padam menahan amarah. Dalam hati dia bersumpah akan mengasingkan pria berdebah itu ke hutan rimba jika sampai berani menggoda Ailen.
"Kau bisa mengemudi mobil tidak?"
"Bisa, Tuan."
"Lalu kenapa mobilnya tidak bergerak? Tenaga macam apa yang dipakai kendaraan ini? Argghhhh, tidak berguna. Ganti mobil yang baru saja!" amuk Derren kian menggila. Dia merasa mobil ini bergerak pelan sekali seperti siput.
Julian menghela nafas panjang. Hanya bisa bersabar menghadapi kegilaan bosnya yang sedang kebakaran jenggot setelah melihat Nona Ailen didekati pria lain. Diam-diam Julian membatin. Belum berhubungan saja sudah sebegini posesif, lalu bagaimana dengan nasib Nona Ailen jika menjadi kekasih bosnya? Jadi kasihan. Pasti akan sangat terkekang.
"Yakkkk!!!!"
"Ada apalagi, Tuan?"
"Julian, kita naik helikopter saja. Lihat, bedebah ini semakin kurang ajar. Berani sekali dia mengelus puncak kepala Ailen. Kau harus memotong tangannya nanti. ARGGGGGHHH sialan!" amuk Derren panik melihat Ailen tersipu malu saat kepalanya diusap oleh pria lain. Kesal, dia meninju belakang kursi yang diduduki oleh Julian. Setelah itu Derren mengumpat, meninju lagi, kemudian mengumpat kembali. Dia seperti hilang kewarasan. "Cepat tukar mobil ini dengan helikopter. Aku bisa mati jika terlalu lama membiarkan mereka bersama. Cepat!"
"Akan sangat membuang waktu jika kita harus putar arah dan menaiki helikopter. Jarak dari tempat ini ke rumah sakit tidak terlalu jauh, Tuan. Lebih baik Anda bersabar dulu sebentar. Oke?" bujuk Julian tenang menghadapi keanehan sikap bosnya.
"Bersabar kau bilang?"
Derren naik pitam. Ditariknya kerah baju Julian dari belakang. "Kau lancang sekali memintaku untuk sabar disaat Ailen sedang digoda laki-laki lain. Sudah bosan hidup apa bagaimana? Hah?"
"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak akan bicara seperti itu lagi."
"Cihhh!"
Perjalanan menuju rumah sakit dihiasi teriakan serta umpatan dari bibir Derren. Dia seperti orang gila menyaksikan Ailen yang seperti sengaja menebar kemesraan dengan pria asing tersebut. Sementara Julian, dia diam dan memilih fokus mengemudi. Tak ada guna membujuk orang yang sedang kasmaran untuk tenang. Yang ada dia malah akan ikut menjadi gila. Jadi lebih baik diam saja.
"Besok-besok jangan gunakan siput ini lagi untuk mengantarku pergi. Terlalu lelet!" protes Derren saat mobil sudah hampir sampai di rumah sakit. Sambil mengomel dia menggulung lengan kemejanya sampai ke atas. Sudah siap untuk bergulat menyingkirkan hama penyakit yang mengelilingi wanitanya.
"Baik, Tuan."
"Jangan hanya baik baik saja. Harus dilakukan!"
"Iya. Malam ini juga saya akan mengganti mobil ini dengan merk lain. Anda jangan khawatir," sahut Julian patuh.
Sreett
Mobil berhenti di halaman depan rumah sakit. Sebelum keluar, Julian bicara pada bosnya.
"Tolong jaga emosi Anda. Di dalam ada banyak sekali mata yang menyaksikan. Nama baik Nona Ailen bisa tercemar jika sampai terjadi keributan yang disebabkan olehnya. Maaf jika lancang, tapi ini demi kebaikan kalian berdua."
Derren menyeringai. "Apa kau pernah melihat induk jantan diam saja saat betinanya didekati oleh pejantan lain? Jika pernah, aku akan dengan senang hati mengikuti saranmu. Cepat jawab!"
Dan Julian pun tak bisa menjawab. Dia hanya bisa membuang napas saat bosnya keluar dengan begitu terburu-buru.
(Inikah yang disebut cinta gila? Bahkan orang disekitar mereka pun ikut menjadi gila)
***