Rachel seorang mualaf mantan kupu-kupu malam dan dinikahi oleh seorang anak ustad, berharap pernikahannya akan membawanya ke surga yang indah.
Namun, ternyata semua tidak seindah yang dia bayangkan. Farhan menikahi Rachel hanyalah untuk menolongnya keluar dari dunia hitam.
Mampukah Rachel bertahan dalam rumah tangga yang tanpa cinta?
Jangan lupa subcribe sebelum melanjutkan membaca.
info tentang novel mama bisa di dapat di
ig reni_nofita79
fb reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Maaf
Mereka bertiga kembali menyantap makanan. Ketiganya hanya diam. Tidak ada yang bersuara. Entah apa yang ada dalam pikiran ketiga orang itu.
"Mbak Andin, aku boleh tanya sesuatu?" tanya Rachel saat ketiganya baru saja selesai makan.
"Silakan! Apa yang ingin kamu tahu?" tanya Andin balik.
"Kenapa Mbak Andin datang sendirian? Mana suami atau anak Mbak Andin. Jika aku tidak ikut dengan suamiku, berarti kalian bertemu hanya berdua. Itu tidak benar. Bisa menimbulkan fitnah," ucap Rachel.
Andin menatap Rachel dengan mata tajam. Mungkin kurang suka mendengar ucapan wanita itu. Andin mengusap matanya. Berusaha mengeluarkan air matanya.
"Aku tahu ini salah, tapi aku harus bagaimana? Jika saja suamiku sebaik Farhan pasti akan aku bawa. Aku tidak seberuntung kamu. Aku juga tidak ada maksud ingin merebut Farhan, kamu jangan salah paham. Walau rumah tanggaku sedang ada masalah. Aku bukan wanita murahan yang sukanya merayu suami orang. Jika kamu memang tidak suka, sekali lagi aku minta maaf," ucap Andin sambil mengusap matanya.
Andin berdiri dari duduknya. Memandangi Farhan dengan mata sendu. Dia tahu benar kelemahan pria itu. Empat tahun mereka pacaran, dia selalu bisa membuat Farhan luluh. Kali ini dia akan mencobanya lagi. Pasti akan bisa.
"Farhan, Rachel benar. Seharusnya aku memang tidak menemui kamu. Sebaiknya aku pergi. Maaf sekali lagi karena membuat istrimu merasa tidak nyaman," ucap Andin terisak.
Farhan lalu berdiri dari duduknya. Mendekati Andin. Dari dulu, dia tidak bisa melihat wanitanya itu menangis.
"Duduklah lagi. Bukankah banyak yang ingin kamu katakan," ucap Farhan. Memegang kedua bahu Andin, memintanya duduk kembali.
"Rachel, aku harap kamu bisa menjaga ucapanmu. Kamu pasti tahu jika Andin dan suaminya sedang ada masalah. Jadi tidak pantas mulut kamu bicara seperti tadi. Jika kamu memang tidak suka, kamu bisa diam dan hanya mendengar saja. Andin, katakan saja apa yang ingin kamu ceritakan," ucap Farhan.
Mendengar ucapan Farhan, Andin lalu tersenyum mengejek ke arah Rachel. Seolah ingin mengatakan jika dialah pemenangnya walau statusnya Rachel yang sebagai istri sah.
Rachel menarik napas dalam. Dadanya terasa sesak mendengar ucapan suaminya. Walau dia telah menduga jika pria itu pasti lebih membela Andin, tapi menerima kenyataan langsung, ternyata lebih perih dari yang dia bayangkan. Kembali Rachel menarik napas, dia harus menahan air mata yang ingin tumpah.
"Maaf, Mas jika kata-kataku tadi salah. Maaf Mbak Andin, aku ini mualaf, aku belum begitu paham agama. Aku pikir wanita dan pria yang telah berkeluarga tidak boleh bertemu. Tapi mungkin itu salah ya, Mas? Boleh ternyata bertemu jika keduanya masih menyimpan rasa. Kalau begitu, aku yang pamit. Sekali lagi aku minta maaf karena tidak paham dengan semuanya," ucap Rachel. Dia sengaja menyindir kedua orang itu.
Rachel berdiri dari duduknya. Baru saja akan melangkah, tangannya di tahan suaminya.
"Tidak ada yang harus pergi. Baik kamu atau Andin. Dia hanya ingin bicara, sebagai wanita seharusnya kamu empati pada Andin. Karena dia lagi butuh teman cerita," ucap Farhan.
Dia kembali menarik tangan Rachel memintanya duduk kembali. Andin tersenyum sinis melihat itu.
"Farhan, Rachel, maaf jika kalian bertengkar karena aku. Sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat untuk kita bicara. Lain kali saja. Lagi pula sudah malam. Aku nggak bisa meninggalkan anakku lama. Takut dia menangis," ucap Andin.
"Anakmu ..? Kenapa kamu nggak bawa sekalian. Kasihan harus ditinggalkan. Lain kali kalau kamu pergi bawa aja sekalian," ucap Farhan dengan lembut.
"Besok akan aku bawa jika kita bertemu lagi. Aku mau pesan taksi dulu," ucap Andin. Dia mengambil ponselnya. Seperti mengetik sesuatu.
Rachel mendengar ponsel Farhan yang ada di tas dia berdering tanda ada pesan masuk. Melihat ke layar ada nama Andin. Dia nekat membuka pesan itu, walau nanti suaminya marah. Tadi Farhan memang menitipkan ponselnya.
"Farhan, bisa kamu mengantarku pulang. Aku takut. Besok kalau bertemu lagi aku harap kamu datang sendiri bukan dengan istrimu." Itulah isi pesan yang dikirimkan Andin.
"Mas, Mbak Andin minta kamu antar. Dia takut pulang sendiri. Dan jika kalian bertemu lagi, aku jangan dibawa. Ini pesannya," ucap Rachel dengan menyerahkan ponsel Farhan.
Wajah Andin memerah karena malu. Dia tidak menduga jika ponsel Farhan ada dengan istrinya.
...----------------...