***
Karena kebodohannya sendiri, Grace harus menghadapi sebuah insiden tak terduga di dalam hidupnya. Dimana dia terpaksa harus terlibat dengan seorang laki-laki yang ia temui disebuah club. Saat itu dia mendapatkan dare untuk mencium seorang pria random disana. Namun sayangnya karena ciuman sialan itu mengantarkannya pada sebuah penyesalan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pria yang ia cium itu ternyata bukan orang yang sembarangan. Dia merupakan CEO dari sebuah perusahaan besar yang sangat berpengaruh sekali. Karena pengaruhnya itulah mau tak mau Grace harus membayar mahal atas tindakan bodohnya malam itu.
Akankah Grace sanggup membayar hal tersebut?
***
HALLO GUYS IM BACK!!!
BIJAK DALAM MEMBACA YA! BANYAK MENGANDUNG UMPATAN, DAN TENTU SAJA ADEGAN YG HM-HM. DOSA DITANGGUNG SENDIRI. SIAP-SIAP BAPER WKWK.
Ig : oviealkhsndi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ovie NurAisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
***
Tepat setelah menyelesaikan suapan terakhir nasi gorengnya, waktu untuk pulang pun tiba. Namun disini Grace tidak langsung pulang, dia memilih diam sebentar sembari membereskan barang bawaannya. Tak lupa ia juga membereskan bekas makannya.
Sekitar sepuluh menit dia diam, tepatnya di pukul empat lebih sepuluh menit, Grace pun keluar dari dalam ruangan kerjanya. Cukup sudah di hari pertamanya bekerja. Rasanya dia sudah kehilangan banyak energi hari ini. Dan tentu saja dia membutuhkan istirahat yang cukup. Karena tidak biasanya dia kelelahan seperti ini.
"Nona."
Grace melirik ke arah pintu ruangannya, disana ada Daren yang sedang berdiri menatap ke arahnya.
"Ya, ada apa?" tanya Grace pelan.
"Tuan meminta anda ke ruangannya sekarang."
"Sekarang? Bukankah ini waktunya pulang?"
Daren hanya tersenyum tipis lalu pergi begitu saja. Tugasnya hanya menyampaikan hal itu saja, selebihnya terserah gadis ini saja. Sementara Grace langsung mendengus kesal. Ia pun melirik ke arah samping, arah dimana ruangan kerja Atlas berada. Pria itu tengah duduk di kursi kerjanya sembari memainkan ponselnya. Dengan gemas Grace melayangkan tinjuan angin ke arah Atlas,
"Tukang korupsi waktu!" umpatnya kesal.
Ia pun segera berdiri dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam ruangan Atlas. Dan tentu saja dia mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk.
"Ada apa, pak?" tanya Grace setelah sampai di dalam ruangan Atlas.
"Malam ini temani saya bertemu dengan klien."
"Saya? Bukankah dengan Daren saja cukup?"
"Tidak, saya membutuhkan sekretaris pribadi saya. Selain itu pertemuannya juga bukan hanya dengan satu orang."
"Pesta?"
"Ya bisa dibilang seperti itu."
"Jam berapa?"
"Jam tujuh malam saya jemput."
"Tidak perlu jemput, katakan saja tempatnya. Saya akan berangkat sendiri."
"Baiklah terserah."
"Kalau begitu saya permisi," pamit Grace.
"Ingat, ini pesta."
Grace menganggukan kepalanya cepat dan segera keluar dari dalam ruangan ini. Hapus sudah keinginannya untuk tidur lebih awal. Malam ini dia malah harus menemani Atlas pergi ke pesta. Seumur hidupnya, Grace tidak pernah sekali pun datang ke pesta. Bahkan ketika beliau mengundangnya, Grace tetap tidak datang. Tapi kali ini, dia malah harus datang karena kemauan bos besarnya. Astaga, hidup macam apa ini?!
Beberapa jam pun berlalu, setelah menemui Atlas diruangannya tadi, Grace memang langsung pulang. Dia hanya mampir sebentar ke kedai es krim kesukaannya yang kebetulan terlewati saat jalan pulang. Sebenarnya tadi dia ingin tidur barang satu atau dua jam, tapi sayangnya dia tidak bisa melakukannya. Sebab ada pekerjaan yang diberikan oleh Jill.
Awalnya Grace ingin menolaknya, tapi Jill mengatakan jika pekerjaan itu diberikan oleh beliau. Jadi ya mau tidak mau Grace harus kembali bekerja untuk menyelesaikannya. Kurang lebih dua jam lamanya dia menyelesaikannya, akhirnya dia bisa bersantai sebentar sebelum mandi dan bersiap-siap ke pesta. Tadi Atlas sudah mengirimkan alamatnya melalui chat.
"Nak, makan dulu yuk? Kerjaannya dikerjain nanti lagi."
Grace menoleh ke sumber suara dimana sang ibu tengah berdiri menatap dengan tersenyum ke arahnya.
"Iya ibu."
Grace segera bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar bersama dengan sang ibu. Ibunya hanya tersenyum sembari menepuk pelan bahunya. Akhirnya mereka pun makan bersama di meja makan. Hanya berdua saja.
"Bu, malam ini Cece ijin keluar."
"Mau kemana?"
"Katanya pesta, tapi gak tahu sih. Disuruh yang punya kantor tempat Cece kerja sekarang."
"Oh ya? Kok bisa?"
"Bisa, soalnya Cece kerjanya jadi sekretaris dia."
"Pantesan kalo gitu ceritanya. Ya sudah, hati-hati di jalan ya? Jangan ngebut dan jangan pulang terlalu malam. Ibu bakalan nunggu kamu."
"Jangan ibu, takutnya kemaleman. Ibu mending tidur aja, nanti Cece bawa kunci rumah cadangan."
"Baiklah. Ingat ya, hati-hati."
Grace kembali menganggukan kepalanya mantap. Ia pun melanjutkan makannya sampai perutnya benar-benar kenyang.
***
Berulang kali Atlas melirik ke arah arloji mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah lewat sepuluh menit dari waktu yang ditentukan, tapi gadis itu masih belum menampakan wujudnya. Seharusnya tadi dia tidak usah percaya dengan ucapannya yang akan pergi sendiri. Bisa jadi dia kan bohong dan tidak mau pergi kesini.
"Daren, hubungi wanita itu. Kenapa dia terlambat sekali," titah Atlas.
"Baik tuan."
Daren pun mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Grace. Tetapi sebelum itu, ada yang lebih dulu mengetuk kaca mobil Atlas. Dan ternyata itu adalah Grace. Atlas dengan cepat menurunkan kaca mobilnya dan menatap jengah ke arah Grace.
"Baru hari pertama sudah telat," rutuknya.
"Saya tidak telat. Sejak lima menit yang lalu saya sudah sampai disini. Anda justru yang terlambat."
Atlas menghiraukan ucapan Grace. Pria itu pun keluar dari dalam mobilnya dan berdiri di depan Grace. sebelum benar-benar berjalan, Atlas lebih dulu membetulkan letak jas yang ia gunakan.
Tatapannya tiba-tiba melirik ke arah Grace yang ada disampingnya. Ternyata tampilan gadis ini tidak lebay juga. Ia kira dia akan berdandan seperti kebanyakan wanita yang selalu ia temui. Dress gonjreng ditambah dengan make up tebal.
"Ada masalah?" tanya Grace saat menyadari Atlas terus menatapnya.
"Ya. Potongan dress bagian dada mu sangat rendah. Itu cukup menganggu."
"Hanya pria tidak normal yang mengatakan hal demikian," putus Grace acuh.
Atlas pun segera berjalan pergi menuju ke area pesta tersebut dan tentu saja diikuti oleh Grace dan juga Daren. Area pesta ini sepertinya privat, karena tidak banyak yang datang. Hanya beberapa saja yang hadir. Itu pun sudah pasti dari kalangan atas.
"WOW, KING ATLAS!! Aku kira kau tidak akan datang, men!"
"Tentu saja aku datang, Ron."
Atlas nampak bersalaman dengan pria yang dipanggil Ron ini. Mereka sepertinya akrab, terlihat dari interaksinya. Grace sendiri hanya diam dengan bosan. Demi apapun dia ingin pergi sekarang juga.
"Siapa dia? Kekasih mu atau hanya teman tidur mu?" tanyanya dengan ekspresi menyebalkan.
"No. Dia sekretaris pribadi ku."
"Ou, sekretaris pribadi ya? Pribadi untuk urusan ranjang?"
Shut up!! Apa mulut pria ini dirancang untuk mengatakan hal yang kotor seperti itu? Menjijikan sekali.
"Bukan. Dia hanya bekerja."
"Lumayan juga selera mu. Kalau kau sudah bosan, jangan langsung membuangnya. Aku dengan sigap akan mengambilnya."
Grace benar-benar sudah tidak tahan. Tapi dia juga tidak bisa melakukan apa-apa selain diam. Padahal ingin sekali dia menghajar wajah pria itu.
"Sudah lah, Ron. Kau membuatnya tidak nyaman," ucap Atlas.
"Nona, mari." Ajak Daren tiba-tiba, suaranya memang pelan tapi Grace masih bisa mendengarnya.
Sepertinya Daren menyadari situasinya. Untung lah Grace dibawa pergi, jika tidak mungkin dia sudah menghajar pria itu detik ini juga. Grace benar-benar tidak suka dengan tatapannya yang seolah sedang menelusuri tubuhnya ini.
tbc.
kalau mau kan mesti Sah in dulu aduhhh bang sabar Napa bang
cuman belum sampai perkenalan aja ini duh Thor lanjut
sorry Thor Baru sempet baca
takut kecebur dalam cinta karena kepura-puraan .....💪💪