Menjadi penanggung jawab atas kesalahan yang tidak dia lakukan, itulah yang harus dilakukan oleh Arumi. Menanggung luka atas goresan yang tak pernah dia ciptakan. Terlebih lagi orang yang menyebabkan lukanya adalah lelaki yang dia cintai. Setiap pembelaan yang dia ucapkan hanya dianggap omong kosong. Kekuasaan membungkam semuanya.
Bintang, polisi tampan yang menangani kasus kematian adik kandungnya sendiri. hingga sebuah fakta dia dapatkan sehingga memaksanya untuk memilih antara cinta dan keluarga.
Pengorbanan, cinta, air mata, dan siksa akan menjadi satu dalam cerita ini. selamat membaca
ig : @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
HAPPY READING
Arumi duduk di sudut sel nya. Semalam dia tidur larut karena terus berpikir mengenai sidang yang terjadi kemarin hari. Dan hari ini dia bangun lebih awal bahkan adzan subuh belum berkumandang menyapa bumi.
Hanya ini yang bisa arumi lakukan untuk menyalurkan rasa sesak di hatinya. Berdiam, merenung di saat semua masih tertidur dan air mata yang menemani kesunyian itu.
“maafin bunda, nak. Kamu harus ikut merasakan tidak nyaman karena hidup bunda yang seperti ini,” gumam arumi lembut dengn suara bergetar menatap perutnya. Diusapnya lembut perut rata itu untuk membuat kenyamanan anaknya di dalam sana.
Arumi menyandarkan kepalanya ke dinding dengan pandangan menatap langit-langit sel tahanan. “mereka kejam sekali, Ya Allah. Sudah jelas jika bukan aku yang melakukannya, kenapa mereka membuat buktinya menjadi ada,” gumam arumi menangis.
“peluk arumi ayah, ibu, hiks,” ucap arumi dengan posisi memeluk dirinya sendiri. Hanya dirinya yang bisa memebri kekuatan sekarang ini. Hanya dirinya sendiri yang tidak akan mengkhianati hatinya. Hanya dirinya sendiri yang tak memberi luka untuk hatinya.
Bahu arumi nampak bergetar. Wanita itu nampak sesegukan dalam tanginya. Suara yang ingin sekali berteriak itu harus tertahan. Hingga membuat hatinya semakin sesak. Hanya air mata yang semakin deras yang bisa mengurangi sakitnya.
“arumi menyesal ayah, ibu. Jika saja arumi tahu akibat dari mencintai lelaki kaya seperti ini, maka arumi tidak akan mau mencintainya. Arumi tidak akan mau. Dia membuat arumi sakit. Dia membuat luka di hati arumi, ayah, ibu, hiks,” ucap arumi mencurahkan isi hatinya dengan tangisitu.
Beruntung jika sel arumi hanya sendiri. Jika bercampur dengan sel dan tahanan yang lain, sudah dipastikan arumi akan babak belur karena mengganggu kenyamanan mereka.
Tidak sadar sudah berapa lama menangis, arumi akhirnya tertidur dalam tangisnya dengan posisi memeluk tubuhnya sendiri.
…..
Matahari telah bekerja menyinari bumi. Pukul Sembilan, agnes sampai di kantor polisi untuk bertemu dengan arumi. agnes menunggu di ruang kunjungan sembari penjaga memanggil arumi.
Beberapa menit, arumi datang di antar oleh penjaga. Agnes tersenyum, namun sedetik kemudian senyumnya berganti khawatir melihat wajah arumi yang sedikit pucat dan mata yang bengkak. Agnes yakin, arumi pasti kurang tidur dan menangis.
Sedangkan arumi menampilkan senyumnya di depan agnes. “selamat pagi ibuk pengacara,” ucap arumi riang menyapa agnes.
Berbeda dengan arumi, agnes menahan tangisnya mendengar sapaan arumi. “se-selamat pagi, cantik,” ucap agnes dengan suara bergetar.
“wah, kau membawakan aku makanan?” tanya arumi menatap paper bag yang ada di atas meja.
Agnes mengangguk. “kamu makan nanti, ya. Aku ingin kamu sehat sampai bebas,” ucap agnes mencoba tersenyum sembari mendorong paper bag it uke depan arumi.
“terimakasih,” jawab arumi menerima paper bag itu.
“apa kamu tidak tidur semalam?” tanya agnes menatap arumi.
“aku tidur,” jawab arumi setengah jujur.
“tapi larut?” tanya agnes yang membuat arumi terdiam. Setelahnya arumi mengangguk.
“arumi,” ucap agnes menggenggam tangan arumi.
“Jangann patah semangat. Aku dan tim akan mengusahakan kebebasanmu. Aku akan mencoba mengungkap kebenaran, arumi. jangan putus asa, arumi. selalu ada harapankan,” ucap agnes lembut dengan mata berkaca-kaca menatap arumi.
Arumi tersenyum. “aku tidak putus asa. Hanya saja sedikit butuh menangis,” jawab arumi tersenyum lembut.
“tapi jangan banya-banyak, ya. Air matamu sangat berharga,” ucap agnes penuh perhatian.
Arumi hanya tersenyum dan mengangguk. Dirinya, air matanya dan hidupnya akan berharga jika nanti dia berhasil melahirkan anaknya ke dunia dan mereka akan menciptakan keluarga yang Bahagia.
“arumi,” panggil agnes pelan.
“iya.”
“izinkan aku memeriksa rumahmu yang di desa,” ucap agnes meminta izin.
“untuk apa?” tanya arumi bingung.
“aku perlu mencari bukti disana kalau kau tidak bersekolah di sekolah yang sama dengan almarhumah kintani,” ucap agnes memberitahu.
Benar juga. Kenapa arumi tidak berpikir ini dari kemarin? Dengan cepat arumi mengangguk. "Datanglah kesana. Di kamar paling depan adalah kamarku. Disana semua berkas Pendidikan ada disana,” jawab arumi jujur dan mengizinkan agnes ke rumahnya.
Bagai angin segar, agnes tersenyum cerah. Dia serasa mendapat jalan di dalam hutan. “aku akan kesana. Kita akan buktikan semuanya bahwa kamu tidak bersalah,” ucap agnes menyemangati arumi.
“terimakasih banyak, agnes. Bantuanmu sangat berarti untukku,” ucap arumi tulus.
“sama-sama, arumi.”
“di rumah nanti, ambilah barang berharga yang ada di dalam lemari kamarku. Nanti barang itu bisa kamu gunakan. Ambil itu sebagai bayaran dariku untukmu, Rendi dan tasya,” ucap arumi yang dibalas gelengan oleh agnes.
“aku dan tim sangat ikhlas membantumu, arumi. selesaikan ini dulu baru pikirkan soal itu. Bagi aku, tasya dan rendi, kejujuran dan semangatmu saja sudah jadi bayaran untuk kami,” ucap agnes tulus.
“Allah baik karena mempertemukan aku dengan kalian,” jawab arumi terharu.
“kita berjodoh sebagai pengacara dan kliennya,” ucap agnes yang mengundang tawa mereka berdua.
Karena waktu yang terbatas, agnes pamit kepada arumi untuk segera pergi ke tempat yang tadi dia sebutkan, desa arumi. lebih spesifiknya sekolah dan rumah arumi.
…..
Tasya dan rendi sudah mengantongi surat dari pengadilan. Mereka bertugas datang ke sekolah tempat kejadian untuk meminjam bukti, yaitu buku identitas siswa. Tidak akan ada penolakan dari pihak sekolah karena surat ini sangat kuat kegunaanya.
Sampai di sekolah, mereka diantar satpam ke ruang kepala sekolah.
“ini ruang kepala sekolahnya, Nak,” ucap satpam paruh baya itu.
“terimakasih banyak, pak,” jawab tasya sopan. Sedangkan rendi tersenyum dan mengangguk.
“kau yang ketuk,” ucap tasya setelah pak satpam pergi.
Rendi menurut. Dia mengetuk pintu yang tertutup itu.
“MASUK.”
Handel pintu digerakkan ke bawah dan pintu terbuka. “selamat pagi, pak,” ucap rendi masuk dengan sopan.
Pak Abdi yang sedang bekerja dengan laptopnya mengangkat kepala. “selamat pagi,” ucap pak abdi sopan.
“begini, pak. Saya rendi, dan ini rekan saya tasya. Kami dari tim pengacara ingin meminjam bukti dari sekolah untuk kasus kematian siswa yang Bernama kintani empat tahun lalu,” ucap rendi memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan maksud kedatangan mereka.
“bukti apa?” tanya pak abdi bingung.
“buku identitas siswa, pak,” jawab tasya.
“sesuai aturan sekolah, buku identitas itu tidak bisa di pinjam. Jika di fotokopi bisa,” jawab pak abdi.
“kami punya ini, pak,” ucap tasya mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya dan memberikan pada pak abdi.
Pak abdi menerima sebuah amplop bertuliskan logo pengadilan itu dan langsung membukanya. Dengan seksama pak abdi membaca dan mengetahui maksud dari surat ini.
Pak abdi menghela nafas pelan. “baiklah. Mari ikut saya,” ucap pak abdi yang membuat rendi dan tasya tersenyum senang.
Mereka berjalan mengikuti Langkah pak abdi untuk mengambil buku identitas itu. Dengan sambil berjalan tasya mengirimkan pesan pada agnes.
Kita dapat bukunya.
...****************...
anakku setiap harinya juga gitu "dedek sayang mama"
"mama lebih sayang dedek"
yg sabar ya jihan. derita ibumu berat
cerita yang alurnya banyak menguras emosi dan sumpah serapah karna kelakuan dua pria. yang satu bintang nyaris tak berhati. kedua kakeknya yang emang ga punya hati. harus off lama? ahh semoga saja setelah ini kamu ator akan rajin Up