Idzam Maliq Barzakh seorang pengusaha muda yang sukses dalam karir nya namun tidak dalam urusan asmara. Karena jenuh dengan kisah asmaranya yang selalu bertemu wanita yang salah, ia berganti profesi menjadi penjual kebab di sebuah mini market atas saran sahabatnya Davin. Ia ingin mencari Bidadari yang tulus mencintainya tanpa memandang harta. Namun perjalanan kisah cintanya ketika menjadi penjual kebab selalu mengalami kegagalan. Karena rata-rata orang tua sang wanita langsung tidak setuju ketika tahu apa profesi Izam sebenarnya. Mereka beralasan jika anak mereka menikah dengan Izam akan menderita dan melarat karena tidak punya harta dari menjual kebab tersebut. Karena hampir putus asa, ia di sarankan sahabatnya fahri untuk tinggal di sebuah pesantren sederhana untuk memperdalam ilmu agama dan di sana lah ia bertemu bidadari yang sesungguhnya yang mau menerimanya apa adanya bukan ada apanya.
Mohon untuk tidak Boomlike teman-teman, untuk menghargai karya para author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke pesantren 2...
"Aulia, Pak lek??? " ucap Amay dengan wajah terkejut.
Aulia langsung memeluk Amay ketika Amay membuka pintu tanpa banyak bicara, ia menangis haru karena lega Amay baik-baik saja.
"Kamu tega, jantung aku hampir mau copot waktu Pak lek datang nyari kamu ke rumah! Aku sudah berpikir kemana-mana, aku takut kamu kenapa-kenapa di luar sana! " ucap Aulia masih dengan isakan tangis.
Amay mengelus lembut punggung sahabat nya itu, ia merasa bersalah tidak memberitahu terlebih dahulu tentang rencana nya itu.
"Maaf ya? Aku hanya tidak mau nanti Bude Maryam membawa orang-orang nya ke rumah kamu nyariin aku! " jawab Amay merasa bersalah.
"Kau tahu, Pak lek sangat terpukul sekali ketika tahu kau tidak datang ke rumah, May ! " ucap Aulia dengan lirih.
"Ya Allah... Maafin Amay Pak lek ! Sudah bikin Pak lek khawatir dan cemas! " ucap Amay semakin bersalah dan langsung menyalami tangan Pak lek nya sambil menangis.
"Ya sudah! Tidak apa-apa! Yang penting sekarang kamu baik-baik saja, Nduk? Pak lek cuma sedih saja kalau seandainya kamu tidak ketemu, Pak lek mau ngomong apa sama Bulek mu kalau ia tanya kenapa kau tidak ikut pulang! " jawab Pak lek Rohim dengan menyeka air matanya.
"Wah, ada tamu rupanya! Kenapa gak di suruh masuk, Nak! Ayo Nak, Pak, masuk dulu! Masa di teras ngobrol nya! " ucap Mama Lia datang menemui mereka.
Amay langsung menyeka air matanya dan langsung mengajak Aulia dan Pak lek Rohim masuk kedalam rumah sesuai perintah Mama Lia.
"Ma, ini Pak lek Amay! Dan ini sahabat Amay Aulia namanya! " ucap Amay memperkenalkan mereka.
Mama Lia pun menangkup kedua tangannya di dada ketika menyapa Pak lek Rohim dan memeluk Aulia setelah Aulia menyalami nya.
"Terimakasih banyak, Bu Lia. Sudah membiarkan keponakan saya tinggal di rumah Bu Lia. " ucap Pak lek Rohim dengan sungkan.
"Tidak usah berterimakasih begitu Pak Kyai! Apa yang saya lakukan tidak sebanding dengan apa yang di lakukan Amay untuk saya! " jawab Mama Lia dengan penuh ketulusan.
"Maksud Bu Lia apa ya?? Saya tidak mengerti! " sahut Pak lek Rohim dengan wajah bingung.
Mama Lia pun dengan lancar menceritakan awal pertemuan nya dengan Amay, serta menceritakan ketika Amay mendonorkan darahnya tanpa seorang pun yang tahu termasuk ia sendiri kecuali suaminya. Bahkan ia baru mengetahui nya dua hari yang lalu ketika Amay datang ke rumah ini dan bertemu dengan suaminya.
"MasyaAllah... Ternyata begitu indah rupanya takdir Allah mempertemukan orang-orang baik seperti Bu Lia dengan Amay. " jawab Pak lek Rohim dengan penuh syukur.
"Loh, ada tamu rupanya! Kenapa Papa gak di panggil? " sahut Papa Idris datang dari arah belakang.
"Gimana mau manggil, orang Papa asyik mainin burung aja di taman belakang! " sindir istrinya dengan wajah cemberut.
"He... He... He.... Nama nya juga hobi, ya gak Pak Kyai? " tanya Papa Idris dengan kekehan nya.
"Kok Papa tahu kalau Pak lek Amay di panggil Pak Kyai? " tanya Mama Lia dengan heran.
"Feeling aja, soalnya cuma Pak Haji yang kemana-mana pakai sorban dan peci putih! " jawab Papa Idris santai.
"Ha... Ha... Ha... Bapak bisa aja! " sahut Pak lek Rohim ikutan ketawa.
"Iya nih! Papa sok tau! " cibir Mama Lia.
Amay dan Aulia terkekeh melihat perbincangan mereka dengan penuh canda tawa.
"Oh ya Pak Kyai, ini suami saya! " ucap Mama Lia memperkenalkan Papa Idris dengan Pak lek Rohim.
"Idris "
"Rohim "
"Mohon maaf sebelumnya Pak Idris, Bu Lia. Kedatangan saya kesini ingin menjemput Amay, karena permasalahan di desa kami sudah selesai. Sudah di atasi dengan pengacara kenalan saya. Dan insyaallah akan selesai dalam satu bulan ini! " ucap Pak lek Rohim dengan hati-hati.
"Sebenarnya saya sedih kalau Amay pergi dari rumah ini, tapi kalau itu demi semua santri di sana, saya dan suami saya ikhlas melepaskan Amay pulang ke desa. " jawab Mama Lia dengan wajah sedih.
"Terimakasih Bu Lia, kapan pun Amay mau datang ke sini tidak masalah. Ataupun Pak Idris dan Bu Lia silahkan datang ke desa kami, ke Ponpes Mutmainnah milik Amay. Pintu nya selalu terbuka lebar untuk Pak Idris dan Bu Lia sekeluarga. " ujar Pak lek Rohim dengan tersenyum kecil.
"InsyaAllah Pak Kyai, kami main ke sana! Kalau pengacara yang membantu Pak Kyai belum juga ada hasilnya bulan depan, silahkan hubungi saya Pak Kyai, biar pengacara saya yang menanganinya. " jawab Papa Idris dengan tulus.
"MasyaAllah... Terimakasih banyak Pak Idris! " ucap Pak lek Rohim dengan wajah penuh haru.
Mama Lia pun menyuruh Amay membereskan pakaiannya, karena hanya membawa ransel Amay kembali ke ruang tamu dengan sangat cepat.
"Mama, Papa, Amay pamit dulu ya? InsyaAllah kalau Amay ke kota lagi, Amay akan langsung datang ke sini! " pamit Amay dengan di iringi isakan tangis Mama Lia.
Amay dan Pak lek Rohim serta Aulia di antar sampai ke desa oleh sopir keluarga Papa Idris. Pak lek Rohim sudah berusaha menolak secara halus, namun Papa Idris dan Mama Lia bersikeras agar mereka di antar sopir keluarga. Dan Aulia juga ikut Amay pulang ke desa karena ia sudah ikut resign dari kerjaannya yang lama.
🌾🌾🌾
Keesokan harinya...
Izam yang sedang menata barang-barang untuk berjualan di kejutkan dengan suara ketukan pintu yang amat keras.
"Siapa sih yang bertamu pagi-pagi begini? " gumam Izam pelan.
Ia pun menghentikan kegiatan nya dan melangkahkan kakinya ke ruang depan untuk membukakan pintu.
"Loh Anita?? Ngapain kamu pagi-pagi datang ke sini? " tanya Izam dengan wajah terkejut.
"Boleh aku masuk Mas? " pinta nya tanpa menjawab pertanyaan Izam.
"Maaf Anita, aku tidak bisa menerima kamu masuk ke dalam rumah! Aku tidak mau ada fitnah nanti, karena kita bukan mahram! " jawab Izam menolak.
"Baiklah, kalau begitu di teras saja! " ucap Anita dengan wajah kecewa.
Izam pun mempersilahkan Anita untuk duduk di kursi teras dan ia juga ikutan duduk di kursi yang satunya.
"Ada maksud apa kamu datang kesini pagi-pagi begini Anita? " tanya Izam tanpa basa basi.
"Mas, ayo kita kawin lari! Kita pergi dari kota ini Mas, dan menikah di kota lain yang tidak mengenali kita! " ucapnya dengan penuh harap.
"Apa maksud mu berkata begitu, Anita? Apa kau sadar dengan apa yang kau ucapkan tadi ? " tanya Izam dengan raut muka kaget dengan penuturan Anita.
"Mas, aku berkata dalam keadaan sadar! Aku ingin kita menikah! Aku tidak mau punya suami selain kamu, Mas! Aku mencintaimu! " jawab nya sungguh-sungguh dengan linangan air mata di pipinya.
"Maaf kan aku Anita, aku juga menyayangi mu, tapi aku belum yakin apakah aku mencintaimu! Lagi pula aku tidak mau menikah tanpa restu kedua orang tua. Karena bagaimana pun juga, kita ada dan hidup di dunia ini karena kedua orang tua kita. " sahut Izam menolak dengan lembut.
"Kamu jahat Mas! Kamu tega bicara seperti itu kepada ku! Kamu jahat! Aku benci kamu Mas! " teriak nya sambil menangis dan berlari keluar menuju mobilnya.
Izam menatap nanar kepergian Anita, sebenarnya ia tidak tega mengatakan semua itu kepada Anita, tapi ia memang tidak bisa kabur dari orang tuanya hanya karena ingin menikahi Anita. Apalagi kedua orang tua Anita tidak merestui hubungan mereka, mungkin kalau orang tua nya tidak akan jadi masalah kalau ia menikah diam-diam. Tapi bagaimana dengan orang tua Anita jika ia nekad melakukan semua itu.
Tidak ingin ambil pusing, Izam masuk kembali ke dalam rumah dan meneruskan kegiatan nya.
Dua jam kemudian..
Izam yang baru saja menunaikan shalat dhuha, mendapat ketukan pintu dari luar rumahnya.
Dengan masih menggunakannya sarung, koko dan peci, Izam keluar dari kamarnya menuju pintu depan.
"Eh Bunda? Kenapa wajah Bunda pucat begitu? " tanya Izam bingung.
"Zam, Anita Zam... " ucap Bunda Yasmine dengan wajah sedih.
"Kenapa dengan Anita, Bunda? " tanya Izam lagi
"Anita kecelakaan Zam, jam 9 tadi! " jawab Bunda Yasmine dengan linangan air mata.
"Apaaaaa???? " ucap Izam dengan wajah kaget.
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beristirahat readers semuanya...
tulisannya juga nggak banyak yang salah.
sampai di sini belum kelihatan tanda-tanda mau tamat.
sebetulnya akan bagus kalau dibuat season 1,2,3 dst
begitu kak..
maaf ya 🙏🙏