Pergaulan di masa putih abu-abu memang sangat menyenangkan. Kebebasan yang di dapatkan kerap kali menjadi jalan yang ia pilih untuk menentukan kedepannya.
Seperti kisah pria tampan yang bernama Raga Mahendra. Ketampanan yang di miliki menjadi incaran banyak wanita. Baik yang nakal mau pun wanita yang baik-baik.
Tanpa ia sadari salah satu di antara banyaknya wanita telah membuat masa depannya terancam. Mengorbankan kesuciannya tak tak lantas membuat wanita bernama Natasha Veronika puas.
Ia meminta pertanggung jawaban pada Raga.
“Apa-apaan kamu? Bertanggung jawab? Tidak.” Tegas Raga menolak.
“Kalau kau memaksa, aku akan menyebarkan video itu.”
Air mata Tasha berjatuhan, ia sadar sebodoh apa dirinya yang cinta mati pada pria seperti Raga.
Hingga akhirnya mereka pun tak lagi bertemu sejak saat dimana mereka telah lulus sekolah.
Akankah mereka bertemu kembali setelah lama berpisah? Apakah semua masalah selesai begitu saja dengan Raga pergi meninggalkan Tasha dengan kenangan buruk? Sementara video keduanya yang hanya menampakkan wajah Tasha sudah tersebar luas di media sosial.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Monalisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan Makan Malam
Kening Tasha mengernyit kala melihat ada sebuah amplop yang berlabel nama perusahaan besar di Indonesia. Pelan tangannya memegang amplop itu.
"Tadi Mamah yang taruh di situ. Ada yang mengantar saat kamu menidurkan Gara. Mamah terima saja." Indri datang menghampiri sang anak dan menjelaskan jika dirinya lah yang menerima surat itu.
Terlihat dari amplopnya saja surat itu bukanlah surat sembarang. Dan Tasha segera membuka pelan. Matanya membulat penuh melihat hanya sebuah undangan makan malam tanpa adanya hal apa pun. Ingin menolak, namun Tasha sungguh ingat siapa dirinya saat ini.
Tak baik jika mengabaikan undangan formal seperti ini. Dan Indri yang tahu wajah gugup sang anak segera mendekati Tasha.
"Sha, ini saatnya kamu muncul." ujarnya pelan sembari memegang pundang Tasha.
Pelan Tasha mengalihkan pandangannya pada amplop dan beralih ke wajah sang mamah. "Mah, Tasha belum siap." jawabnya lirih.
“Sha, nama kamu sudah di kenal. Saatnya kamu tunjukkan dirimu. Buat semua membungkam bibirnya dengan kesuksesan kamu, Nak. Ada Gara bersama mu.”
Tiba-tiba saja bayangan Tasha melihat video dirinya yang merasakan nikmat terputar kembali. Berbagai hujatan dari teman sekolanya membuat Tasha meneteskan air mata. Tubuhnya gemetar kembali dan Indri bisa merasakan tangan Tasha yang dingin.
“Sha, usia Mamah dan Papah terus berjalan. Tidak selamanya bisa bersama kamu dan Gara, Nak. Kelak kami tiada siapa yang akan berada di sampingmu? Berdirilah sendiri tegakkan kepalamu. Jangan pernah menunduk. Buktikan pada orang kamu layak mengisi bumi ini dengan karir yang kamu capai. Masa lalu, semua orang punya masalalu yang buruk masing-masing. Hanya saja semua tergantung seberapa pandai mereka menutupinya.”
***
Malam tepat pada pukul setengah delapan. Beberapa bodyguard sudah mengiringi sebuah mobil dimana di dalamnya terdapat bocah tampan yang duduk bersampingan dengan sang mami.
Gara dengan jas maroonnya serta celana hitam senada dengan dress sang mami tampak antusias.
“Wah kita tidur di hotel lagi, Kak?” tanyanya saat melihat bangunan tinggi yang ia yakini adalah hotel dengan pemandangan indah tentunya.
Tasha yang tegang akhirnya terkekeh mendengar celotehan anaknya yang polos.
“Gara mau tidur di hotel lagi?” Pertanyaan yang langsung di sambut dengan anggukan kepala oleh Gara.
“Kita kemari hanya untuk makan malam, Nak. Mami janji nanti kita akan tidur di hotel saat akhir pekan. Bagaimana? Kita akan ajak Mamah dan Papah.” ujarnya seketika membuat wajah Gara sangat kaget.
“Mamah dan Papah? Horee asik kita bobok bareng.” Girang ia berteriak.
Hingga mobil akhirnya tiba di depan loby hotel bergengsi. Tasha turun dengan menggandeng tangan sang anak. Pemandangan yang menarik perhatian beberapa pegawai di hotel. Ada beberapa dari mereka yang menggoda Gara serta meminta foto pada mereka.
Tak satu pun yang Tasha lihat menggunjing dirinya malam itu.
“Apa mereka sudah lupa padaku?” gumam Tasha bertanya-tanya.
“Mari Nona Tasha, saya antar ke atas.” Salah satu pelayan menjadi penunjuk arah dimana makan malam akan di adakan.
Saat tiba di salah satu ruangan yang semi outdoor, bukan Tasha yang takjub. Melainkan Gara, bocah itu menatap sekeliling terlihat jelas jika ini adalah pengalaman pertamanya.
“Ayo, Sayang.” ajak Tasha menyadarkan sang anak.
Segera Gara mengikuti langkah sang mami.
“Selamat datang, Nona Tasha dan Tuan muda Gara.” Sapaan hangat dari seorang pria paruh baya membuat Tasha tersenyum.
“Selamat malam, Tuan.” sapa balik Tasha tak kalah ramah.