Pelangi adalah gadis kecil yang sangat cantik, wajahnya sempurna dengan gurat timur tengah bercampur India, setidaknya itu yang biasa dikatakan para warga didesanya meski sebenarnya iapun tak tahu pasti mengenai asal usul hingga dirinya memiliki wajah seperti itu, Saat bayi ia ditinggalkan begitu saja didepan pintu sebuah panti asuhan, hujan yang reda seakan menyambut kedatangannya, itulah kenapa ia diberi nama Pelangi.
Ia adalah penghuni panti yang paling lama, ia tinggal selama 16 tahun, meski banyak yang ingin mengadopsinya saat kecil namun semua mengurungkan niatnya tatkala mengetahui jika gadis itu mengalami gangguan Jantung serius sejak lahir.
Dan karena sebuah kesalahpahaman, seorang pemuda kaya dengan julukan casanova berusia 24 tahun, memgambil secara paksa mahkota lambang kesucian gadis malang 16 tahun tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Daffin yang masih bingung dengan dirinya sendiri memutuskan untuk keluar begitu saja dari dalam kamar.
Ia melewati Melvin yang memasang wajah kesal kerahnya, Padahal mereka sudah punya perjanjian tak ada kontak fisik tapi Daffin melanggarnya.
Melvin melebarkan pintu dan mendapati Pelangi duduk bersimpuh dengan tatapan kosong dengan air mata yang terus berderai.
"Pelangi kau baik baik saja? Daffin menyakitimu?" Melvin berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Pelangi.
"Dia...Sangat menyakitiku tapi mengapa ia masih hidup bahagia?" Pelangi meracau masih dengan tatapan kosongnya.
Melvin tersentak, Menyakiti? Apa Pelangi adalah salah satu wanita dari masa lalu Daffin? Namun seingat Melvin, sepupunya itu tidak pernah melibatkan perasaan saat menjalin hubungan. dan para wanitanya tahu itu sehingg tidak mungkin ada yang tersakiti.
"Apa karena itu kau membencinya? Daffin pernah menyakitimu?" tatapan Melvin penuh selidik, sejak belia ia sudah mengenal Daffin, sehingga semua wanita yang mengenal Daffin juga ia kenal, dan tak pernah ada nama Pelangi disana.
'Apa jika aku mengatakannya kau akan percaya?' gadis itu membatin. Pelangi yakin Daffin sama sekali tidak mengingat kejadian itu ia tahu malam itu Daffin mabuk, Lalu akankah Melvin percaya? Tidak! Pelangi tidak mengingat wajah Melvin juga ada diperkumpulan para tuan muda malam itu. Sehingga kemungkinan Mevin akan menganggapnya sebagai wanita yang mengarang cerita.
"Aku ingin istirahat" ucap Pelangi dengan wajah menunduk.
"Baiklah hubungi aku jika ada apa apa" melvin mengusap lembut pucuk kepala gadis itu sebelum meninggalkannya.
Pelangi bukanlah tipikal gadis yang terbuka dan mudah menceritakan segalanya, jadi tidak ada gunanya jika Melvin memaksanya untuk mengatakan apa sebenarnya yang terjadi antara dia dan Daffin dimasa lalu.
.
.
.
Melvin kembali ke unit Apartemennya dan mendapati Daffin sudah dalam keadaan berantakan, Jas hitam mahal yang selalu menyempurnakan penampilannya tergeletak begitu saja dilantai, ia duduk di sofa dan nampak Gusar sambil meminum sebotol kaleng bir hingga tandas, padahal baru beberapa menit yang lalu ia meninggalkan apartemen Pelangi tapi sudah ada tiga kaleng bir kosong diatas meja, kancing kemejanya hampir terbuka semua memperlihatkan dada bidangnya yang mulus tanpa bulu.
"Kau menyakiti gadis itu?" Tanya Melvin sambil memungut jas Daffin dan menyampirkannya pada sandara sofa.
"Entahlah, mungkin baginya pelukan adalah hal yang menyakitkan" Daffin meremat kaleng kosong ditangannya.
"Kau memeluknya? Tapi bagaimana bisa? Aku akan mengambilkan obatmu" Melvin segera berdiri namun Daffin menahannya agar pria itu tetap duduk disampingnya.
"Aku tidak gelisah, marah, cemas, rasa itu menguap begitu saja jika gadis itu adalah Pelangi" Daffin mencengkram rambut pendeknya dengan kuat, ia berharap bisa lepas dari trauma yang membelenggunya selama 4 tahun ini.
Berharap sembuh bukan karena ingin kembali menjadi Tuan casanova seperti dulu, hanya ingin lepas saja dafi belenggu rasa bersalah.
"Kenapa Bisa Pelangi?" Melvin menautkan alisnya bingung, oleh psikiater ia sudah mencoba berbagai macam metode penyembuhan bahkan Melvin harus menghadirkan berbagainJenis wanita mulai dari yang perawan hingga Jalan* tapi belum ada yang berhasil sampai sekarang.
Lalu Pelangi?
"Apa itu artinya kau sudah sembuh?" Melvin
"Tidak, aku masih cemas saat bersentuhan dengan Cleo, bahkan dengan wanita lainnya" Yah selama sebulan kepergiannya memantau Hotelnya yang berada di Negara Asean Daffin memang kerap berkunjung ke club dan mencoba bersentuhan kulit dengan wanita namun tetap saja
nihil.
"Apa karena Pelangi istrimu? Wanita yang sah dan boleh kau sentuh"
Daffin nampak berfikir, dalam hati ia membenarkan dugaan Melvin.
"Entahlah, tapi jika dugaanmu benar aku tidak mungkin menyentuh gadis itu lebih intim lagi, bagaimanapun ia anak Dokter Isyana Tapi mungkin aku....."Sebenarnya Daffin ingin mengatakan mungkin ia bisa menggunakan Pelangi sebagai langkah awal untuk bisa sembuh dari traumanya namun Melvin segera memotong ucapannya.
"Aku tahu yang ada difikiranmu, jangan coba coba melakukannya, ingat pernikahan kalian akan berakhir dalam satu tahun" Tukas Melvin mengingatkan Daffin jika saja ia lupa, apa lagi didalam surat perjanjian itu terdapat point jika tidak akan ada kontak fisik dan Daffin sudah melanggarnya.
"Kalau begitu cari gadis itu, aku akan melakukan segalanya untuk gadis itu agar memaafkanku, Kurasa hanya maaf darinya yang bisa membuatku kembali normal" Timpal Daffin ia lalu berdiri didepan sebuah jendela kaca dengan tirai terbuka, kedua tangannya masuk kedalam celana bahanya sambil terus menatap tampilan malam kota Jakarta, namun bagi Daffin yang ada dihadapannya bagai layar proyektor yang kembali memutar kenangan 4 tahun lalu dalam kegelapan malam, ia tak bisa melihat apa apa hanya jerit tangis dan isakan pilu yang senantiasa bersemayam dikedua rungunya.
.
.
.
Melvin menghubungi Pelangi melalui ponsel dan meminta agar gadis itu sabaiknya bersiap karena mereka akan pergi untuk menghadiri rapat.
Tak lupa Melvin meyakinkan Pelangi untuk tidak gugup dan takut karena ia akan memastikan Pelangi hanya perlu hadir dan memastikan orang orang disana tidak memperhatikan keberadaannya.
"Berangkatlah sendiri!" titah Daffin yang berjalan dibelakang Melvin.
Kegiatan Melvin yang hendak membuka kenop pintu terhenti.
Pria itu tersenyum miring padahal semalam ia sudah mengingatkan Daffin agar tidak melakukan apapun kepada Pelangi.
"Kau akan berangkat bersama Pelangi?"
"Iya, aku masih harus memastikannya"
"Pelangi Tidak seperti para wanitamu, dia tidak menyukaimu justru membencimu!"
"Kalau begitu cari gadis itu hingga ketemu sampai gadis itu ketemu aku akan mencoba metode kesembuhanku dengan menggunakan Pelangi"
"Kau pantas mendapatkan traumamu itu! Jadi jangan jadikan Pelangi sebagai alasan" Melvin tidak tega melihat Pelangi harus menangis jika harus berdekatan dengan Daffin.
"Kau lupa dia istriku?"
" Cih...Istri kontrak maksudmu?"
"Melvin! Jangan posisikan dirimu sebagai sepupuku ingat ini jam kerja kau Asistenku sekarang" Daffin mengetuk ngetuk kaca arlojinya dengan telunjuk. Ini adalah kali pertama Daffin mengingatkan posisi Melvin.
Sebenarnya Daffin tidak tega akan hal itu namun menyembuhkan traumanya jauh lebih penting dan Melvin seakan menghalangi jalannya.
Melvin menyeringai, mengapa ia bisa lupa akan hal itu, mungkin selama ini keluarga Jaxton terlalu baik hingga ia lalai.
Ibu Melvin adalah kakak tiri dari Paula yang berbeda ayah namun satu ibu, Ayah Paula berasal dari keluarga berada sehingga bisa mengangkat derajat anak tirinya yang tak lain adalah ibu kandung Melvin, untuk itu sejak kecil Melvin dididik untuk selalu patuh apa yang dikatakan Paula dan keluarganya sebagai bentuk terima kasih.
"Kau benar terima kasih sudah mengingatkanku" Ujar Melvin, ia membuka kenop pinti dan langsung berjalan menuju lift.
Di basement memang ada 3 buah mobil milik Daffin, Melvin akan berangkat sendirian dan membiarkan Daffin mengendarai mobil lainnya bersama Pelangi.
smoga sehat slaku dn terus success thor
wlau melvin smbunyikan
lari sja rainbow jauh2