Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 ( Merebut Arrayan )
“Kenapa, pah?! Papa selalu gak adil sama Stella!” pekik Stella.
“Yang harusnya ngomong gitu kakak mu! kau selalu mendapatkan apa yang kau inginkan. Sedangkan Bella selalu mengalah darimu,” balas Johan.
“Aku gak peduli, yang jelas Stella akan merebut Arrayan dari kak Bella!” tekan Stella.
Johan menatap tajam putrinya beberapa detik dan langsung pergi meninggalkan kamar sang putri. Karena percuma diteruskan Stella gak akan pernah merendah dan selalu mempertahankan egonya.
Arrayan kesiangan karena ia baru pulang semalam hampir pukul dua belas malam dan hari ini ia tidak ke kantor. Ia bangun dan tidak mendapati Bella di sampingnya. Iya, walaupun Arrayan sangat membenci Bella entah kenapa dia tidur di sebelah Bella saat wanita itu tertidur lebih dulu tapi yang pasti ranjang mereka di batasi tumpukkan bantal di tengahnya.
Arrayan turun dari ranjang menuju kamar mandi. Lima belas menit ia menyelesaikan ritual mandinya, tetapi Bella pun tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Pria itu meraih gelas berisi susu hangat yang selalu disiapkan Bella di atas meja, tetapi Arrayan malah memuntahkan kembali susu hangat itu karena rasanya terlalu manis tidak seperti biasa ia minum.
“Bella …”.
Mendengar teriakan Arrayan Ana bergegas menuju kamar Tuannya dengan berlari cepat. Padahal Arrayan memanggil nama istrinya, tetapi ia terkejut dan mengerutkan dahinya sangat dalam menatap heran pada Ana yang sudah berdiri di hadapannya.
“Tuan butuh sesuatu?” tanya Ana.
“Aku memanggil istriku. Kenapa malah kau yang datang?” ujar Arrayan.
“Nona Bella sedang ke rumah sakit, Tuan,” jawab Ana.
Tang
Gelas diletakkan di atas meja Arrayan menatap tajam ke arah Ana,”Siapa yang menyuruh Bella ke rumah sakit, Hah?! Aku kan sudah bilang dia tidak boleh keluar dari rumah ini tanpa persetujuanku!” sentak Arrayan yang mana membuat Ana tertunduk sangat takut.
“Aku yang membawa Bella, apa ada masalah?”
Wiliam melangkah masuk dan perlahan membaringkan Bella yang sangat lemah dan wajahnya masih pucat,”Terima Kasih Paman, maaf sudah merepotkan mu,” lirih Bella dengan suaranya yang lemah.
“Sudah jadi kewajiban Paman untuk merawat mu yang sudah aku anggap seperti putriku sendiri. Walaupun sebenarnya ini tanggung jawab suamimu,” sindir Wiliam seraya menatap keponakannya yang acuh.
Bukannya iba melihat keadaan Bella. Arrayan menghampiri Bella dan menarik tangannya meminta istrinya itu untuk bangun,”Gak usah manja! Cepat ke dapur buatkan aku susu hangat seperti biasa!” perintah Arrayan.
“Arrayan, lepaskan Bella!” sentak Wiliam.
Bruk
Tubuh Bella terhempas ke ranjang sangat kencang karena Arrayan sengaja mendorongnya lalu ia tersenyum menyeringai. Sungguh membuat Wiliam geram dan langsung menarik tangan Arrayan dengan sangat kasar keluar kamar.
Ana langsung menghampiri Bella dan membantunya berbaring,”Nona, apa kau baik-baik saja?” tanya Ana dan Bella pun mengangguk mengiyakan tanpa bersuara.
*
*
Ting! Tong!
Suara bel rumah berbunyi di pagi yang penuh kesibukkan di kediaman Mahendra. Ana yang baru saja keluar dari kamar Bella dan ingin menuju dapur mengurungkan niatnya saat suara bel rumah berbunyi lalu berbalik menuju pintu utama.
Cekleek
Pintu terbuka dan terlihat keluarga mertua Arrayan datang berkunjung tanpa memberi kabar. Ana mempersilahkan keluarga itu masuk dan juga duduk di ruang tamu. Lalu Ana pamit untuk memanggil Tuannya yang kini entah dibawa kemana oleh Wiliam. Ana harus mencarinya lebih dulu karena ia tidak tahu Arrayan berada di mana saat ini.
Stella dibuat tercengang melihat rumah Arrayan yang sangat mewah dan megah serta bertingkat itu. Ia kembali berdecak kesal dan berpikir bahwa kehidupan kakak angkatnya saat ini sangatlah bahagia dengan tinggal di rumah yang sangat mewah dan fasilitas serba ada.
“Harusnya aku yang berada di rumah ini dan menjadi nyonya. Bukan gadis c4c4t itu!” batin Stella.
“Kamu kenapa, Stella?” tanya Johan.
“Gak apa\=apa, aku mau ijin ke toilet,” ujar Stella lalu bangkit mencari toilet tersebut.
Johan ingin menahan Stella, tetapi Daisy malah menahan tangannya,”Kamu kenapa menahan ku? Memangnya dia tau toiletnya di mana?” seru Johan.
“Biarin aja lah, pah. Nanti juga dia bertanya sama maid di sini,” balas Daisy yang seakan tau kalau putrinya bukan ingin ke toilet melainkan mencari keberadaan Arrayan seorang diri.
Johan lagi-lagi tidak bisa melawan istrinya yang selalu membenarkan perbuatan putrinya yang salah.
Tanpa rasa malu Stella terus berjalan menyusuri setiap sudut rumah dan berharap bertemu dengan Arrayan. Netranya menatap seorang maid yang baru saja keluar dari salah satu kamar, ia pun penasaran dan langsung menghampirinya.
“Mbak, apa ini kamar Arrayan?” tanya Stella.
Ani mengerutkan dahinya ia tidak tau siapa wanita yang ada dihadapannya dan langsung bertanya keberadaan kamar Tuannya. Stella tau kalau Ani bingung melihatnya lalu ia mengatakan kalau Stella adalah adik dari istrinya Arrayan. Langsung saja Ani memberitahu jika ia baru saja keluar dari kamar Arrayan. Akan tetapi, Stella kecewa ketika Ani memberitahu kalau Arrayan tidak ada di kamar hanya ada Bella yang sedang tidur.
Stella meminta ijin ingin bertemu dengan Bella dan Ani langsung mengantarnya lalu ia pamit dari hadapan Stella untuk melanjutkan pekerjaannya. Pintu yang tidak tertutup rapat memperlihatkan Bella yang sedang tertidur lelap di dalam kamar yang sangat luas dengan berbagai pajangan mewah. Bahkan terpampang jelas foto pernikahan Arrayan dan Bella yang menempel di dinding di atas ranjang.
“Ck, enak banget dia jam segini masih tidur lelap. Malah kamarnya mewah banget lagi,” ujar Stella
Gadis itu berniat membangunkan Bella dan menyuruhnya keluar dari kamar. Stella benar-benar tidak suka melihat Bella senang ia mengira kehidupan Bella di rumah itu bak ratu sejagat karena jam pagi begini ia malah tidur terlelap di atas Kasur.
Baru dua langkah ia terhenti kala mendengar suara gaduh yang sepertinya terdengar dari ruangan yang tidak lah jauh dari kamar Bella. Suara itu terdengar seperti orang yang sedang dipukul dan juga suara gelas terjatuh. Karena penasaran Stella menghampiri asal suara yang hanya melewati empat pintu dari kamar Bella.
Bugh!
Prank!
Habis kesabaran Wiliam mendengar Arrayan mengatakan kalau ia tidak bisa menghentikan perbuatannya menyiksa Bella tanpa tau apa akibatnya nanti kalau terjadi apa-apa dengan gadis itu. Nama keluarga Mahendra yang juga akan tercoreng.
“Dendam … dendam dan dendam saja yang ada di pikiranmu?! Apa kau tidak berpikir apa yang akan terjadi jika sesuatu terjadi pada Bella kalau kau terus menerus menyiksanya, hah! Kau tau kalau saja aku terlambat membawa Bella ke rumah sakit hari ini juga kaki Bella akan diamputasi karena sudah setahun ini dia tidak menjalani pengobatan seperti biasanya.
“Kenapa … kenapa kau melarangnya untuk keluar rumah! Kau sungguh sudah keterlaluan Arrayan. Di mana Arrayan yang Paman kenal dulu? Walaupun sikapmu dingin tapi kau tidak pernah berbuat jahat pada orang lain apalagi menyiksa seorang wanita,”
Suara Wiliam mulai melemah ia hanya kasihan melihat Bella karena dia juga mempunyai seorang putri yang seumuran dengan Bella. Bagaimana kalau yang dialami Bella terjadi pada putrinya. Putrinya sempurna mungkin bisa melawan atau kabur, tetapi Bella wanita itu sangat lemah lembut pastinya tidak bisa melawan Arrayan apalagi kabur untuk berjalan saja ia sulit.
Arrayan seolah tidak peduli ia berdiri dan dengan tegas berkata,”Aku seperti ini karena wanita itu juga! Gara-gara dia yang tidak hati-hati menyetir sampai menabrak mobil yang mana di dalamnya ada mama dan papaku sampai mereka tiada di tempat!” sentak Arrayan seraya menatap tajam Pamannya yang seolah tidak memikirkan perasaannya yang hancur kehilangan kedua orang tua yang amat di sayanginya.
Degh!
Di depan pintu Stella terkejut dengan apa yang dikatakan Arrayan, ia baru saja mengetahui satu hal bahwa korban saat kecelakaan setahun lalu adalah kedua orang tuanya Arrayan.”Dunia begitu sempit korban yang selama ini papa cari ternyata …”
Ucapannya terpotong ketika kenop pintu bergerak, dengan cepat Stella bersembunyi lalu keluarlah sosok yang sedari tadi di cari wanita itu dengan wajah yang mengerikan menahan amarah dan tersirat di wajahnya penuh dendam pada Bella istrinya sendiri yang sebenarnya tidak bersalah.
Stella menarik sudut bibirnya menatap punggung Arrayan yang semakin menghilang dari pandangannya. Ia melipat kedua tangannya,”Sekarang aku bisa tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan jika suatu saat nanti akan masuk penjara. Karena selama ini Arrayan malah meyakini bahwa Bella adalah penyebab kecelakaan malam itu. Itu artinya kesempatanku semakin besar untuk merebut Arrayan dari kak Bella. Secepatnya aku akan membuat mereka berpisah,” janji Stella pada dirinya sendiri.
Di sisi lain Johan sudah menunggu lama dan juga Stella tidak kunjung kembali. Tidak lama Wiliam datang menghampiri Johan saat Ana baru menemukan Wiliam yang ternyata berada di ruang kerjanya.
“Maaf, kau sudah lama menunggu?” tanya Wiliam mereka saling berjabat tangan.
“Tidak apa-apa. Baru saja lima belas menit. Aku hanya mampir sebentar sudah lama aku tidak mengunjungi putriku. Oh iya … di mana Bella dan Arrayan?” ujar Johan.
“Ah itu … aku sudah mengetuk pintu kamar mereka tapi gak ada jawaban. Mungkin mereka lelah, kau tau kan maksudku Johan,” ujar Wiliam sembari menepuk bahu Johan sembari tersenyum.
Johan pun mengerti maksud Wiliam dia ikut tersenyum mengira Bella hidup sangat bahagia bersama Arrayan. Stella datang dengan wajah sangat bahagia membuat Johan bingung apalagi Wiliam yang tidak mengira keberadaan Stella di rumahnya.
“Darimana saja kamu? Kenapa senyum-senyum begitu? Kamu habis ketemu artis di toilet?” cecar Johan.
Seketika wajah Stella menjadi datar,”Gak boleh liat orang senang deh,” rajuk Stella mengerucutkan bibirnya.
“Aku kira kalian datang berdua saja. Ternyata Stella juga ikut? Kau bertambah cantik saja setelah dewasa,” puji Wiliam.
“Aku memang selalu cantik Paman,” balas Stella dengan penuh percaya diri Wiliam hanya tersenyum menanggapinya sedangkan Johan dan Daisy menggelengkan kepalanya dengan kelakuan putrinya yang tidak berubah sedari kecil.
*
*
Arrayan sedang berdiri menatap Bella yang masih tertidur nyenyak sampai keberadaan Arrayan tidak terendus oleh Bella karena efek obat yang disuntikan dokter saat di rumah sakit. Karena tidak kunjung sadar Arrayan memilih ke balkon kamarnya yang lumayan luas sembari duduk di kursi sandar menatap langit di pagi menjelang siang, tetapi terlihat matahari tertutup awan dan langit pun menjadi mendung.
“Mama, papa, Arrayan merindukan kalian. Apa Arrayan salah jika marah padanya? Karena dia kalian meninggalkan ku. Kalian tau? Arrayan di sini sangat kesepian, hiks,” Arrayan menangis terisak merindukan Lais yang selalu memanjakannya dan Nania yang selalu memarahinya jika ia pulang larut malam. Arrayan rindu semua perlakuan orang tuanya. Sambil terbayang kenangan bersama kedua orang tuanya Arrayan pun memejamkan kedua matanya berharap ini hanyalah mimpi dan saat ia membuka kedua matanya kedua orang tuanya masih hidup dan berada di hadapannya.
Sebuah tangan terulur untuk menghapus sisa air mata yang masih menempel di wajah tampan Arrayan. Namun, Arrayan menahan tangan itu dengan satu tangannya padahal kedua matanya masih tertutup.
Degh!
Arrayan terkejut saat membuka kedua matanya terlihat Bella dengan berani mendekatinya dan berusaha menyentuh wajahnya,”Mau apa kau!” ucap Arrayan dengan suara sedikit menekan.
Bella tidak menjawab tanpa rasa takut gadis itu malah menatap balik Arrayan,”Boleh aku bertanya sesuatu padamu?” tanya Bella ragu.
Arrgghhhh
Sssstttt
Arrayan mengeratkan genggaman tangannya membuat Bella meringis kesakitan,”Aku tidak akan menjawab pertanyaan apapun darimu,” Arrayan menghempaskan tangan Bella lalu melangkah pergi meninggalkan sang istri.
“Apa kau masih mencintaiku!” teriak Bella.
Langkah Arrayan terhenti sejenak ia tidak menjawab lalu Bella perlahan menghampiri Arrayan yang terdiam di tempat dan kini ia sudah berada di hadapan Arrayan lagi.
“Arrayan, aku tau kau masih marah padaku dan pastinya kecewa karena aku menerima perjodohan ini tanpa memberitahumu lebih dulu. Aku tidak pernah marah atau sakit hati dengan perlakuan mu selama ini padaku karena aku juga merasa bersalah sudah menyakitimu, Arrayan. Aku mohon kita mulai dari awal lagi dengan memulai hidup baru,”
Arrayan mengerutkan dahinya sangat dalam ia merasa heran dengan perkataan Bella padanya. Arrayan baru menyadari jika Bella selama ini berpikir kalau Arrayan menyiksanya karena sakit hati pada Bella karena perjodohan mereka.
“Aku sudah berusaha menghubungi mu karena beberapa bulan kau tidak ada kabar. Jadi, dengan terpaksa aku menyetujui permintaan papa untuk menerima perjodohan ini tapi aku bahagia karena kita di takdirkan berjodoh dan ternyata pria yang akan dijodohkan denganku adalah kamu, kekasihku sendiri,” ujar Bella meraih kembali tangan Arrayan. Tetapi lagi-lagi Arrayan menepisnya.
“Dengarkan aku baik-baik, Bella. Kau salah jika berpikir seperti itu, ada satu kesalahan darimu yang gak akan pernah bisa aku maafkan seumur hidupku! Karena kesalahanmu membuat hidupku hancur dan merasakan kesepian sepanjang hidupku!” tekan Arrayan.
“kesalahan …? Kesalahan apa yang aku lakukan?” lirih Bella.
*
*
Bersambung.
😅