Kisah satu keluarga yang memiliki ilmu spiritual dan memiliki khodam pendamping dari bangsa Jin. Namun tanpa diduga itu juga terus berlanjut hingga ke anak cucu mereka.
Lalu apakah yang terjadi pada anak cucu mereka? Apakah bisa terlepas dari perjanjian dengan bangsa Jin?
Simak terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. M yanie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SILUMAN KERA PART 2
Entah apa yang dilakukan oleh Ayah, sampai kakek menampar nya.
Sepertinya Ayah menyimpan sebuah rahasia yang mungkin saja keluarganya sendiri tidak tau, apa Ayah yang melakukan perjanjian dengan Jin?
"Sudah, lebih baik kamu temani Aji dan istrimu biar semua Ayah yang urus." Ucap sang kekek.
Ayah akhirnya kembali ke dalam ruangan dimana Aji sedang dirawat, tapi justru Ayah dikejutkan oleh kejadian yang tidak terduga.
"Aji, kamu kenapa Nak? kenapa begini ya Allah?" Tangis Ibu pecah ketika melihat tubuh anaknya yang bergetar hebat sampai-sampai tempat tidurnya ikut bergoyang.
"Astaghfirullah, kenapa dengan Aji Bu?"
"Ibu gak tau Yah, tiba-tiba Aji begini."
"Mbak Ratih tolong panggilkan Dokter mbak?"
"Baik Pak Broto biar saya saja yang memanggil Dokter." Mbak Ratih berlari mencari Dokter atau suster yang sedang berjaga malam, karena waktu itu memang tengah malam yang sunyi di tambah lagi hujan masih turun dengan derasnya.
Namun di tengah lorong yang sunyi sepi, ditambah tidak ada satupun Dokter maupun Suster yang lewat, membuat bulu kuduk Mbak Ratih berdiri.
"Aduhh, kenapa sepi sekali ini Rumah Sakit, mana gak ada satu orang pun yang lewat lagi." Monolog Mbak Ratih yang merinding ketakutan sambil mengusap-usap tekuk lehernya.
Di dalam perjalanan menuju tempat dimana Dokter sedang berjaga, akhirnya Mbak Ratih bertemu dengan Suster yang kebetulan saat itu sedang melintas.
"Emm Suster ini saya mau melaporkan kalau pasien yang bernama Aji sedang kejang Sus!"
"Bisa tolong tidak, untuk cek kan keadaanya Sus."
Tidak ada sahutan atau jawaban Mbak Ratih akhirnya berbicara lagi. "Sus pasien Aji ada diruang Mawar tolong Sus kesana untuk melihat kondisi Aji." Suster itu terus diam tanpa ada kata sepatahpun dan hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil terus berjalan.
"Ehhh si Suster gak ada sopan-sopanya nih, main tinggal aje gw disini kagak tau apa merinding, iiihhhh serem amat nih Rumah Sakit." Mbak Ratih clingak-clinguk namun sepi dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti Suster itu dari belakang.
Di tengah perjalanan menuju kamar Aji, Mbak Ratih dikejutkan oleh suara yang memanggilnya.
"Bu, Ibu cari siapa? " Ucap seorang Suster dari arah lorong kanan Rumah Sakit.
"Lahh si Encuss ada di sini, lah tadi siapa?" Mbak Ratih kebingungan karena tiba-tiba Suster yang tadi berjalan di depannya menghilang tanpa jejak.
"Maksud Ibu bagaimana Bu?"
"Ehh engak Sus ini lohh tadi saya ngikutin Sus dari belakang, tapi kenapa Suster dari samping kanan?"
"Saya dari tadi di sebelah sana Bu, tapi liat Ibu dari tadi ngobrol sendiri jadi saya samperin!"
"Waduh, tadi siapa berarti?"
Suster tidak menjawab hanya mengangkat bahunya tanda dia juga tidak tau.
Merasa aneh Mbak Ratih memutuskan untuk kembali ke Ruangan bersama Seorang Suster tadi ketempat dimana Aji di rawat.
Di ruangan Aji dirawat Suster langsung menenangkan Aji dan mengecek seluruh kondisi Aji yang masih bergetar hebat.
"Maaf Bu terpaksa anak Ibu saya suntikan obat tidur, mungkin dia mengalami syok yang akhirnya membuat tubuhnya bereaksi." Suster pun menjelaskan bagaimana kondisi Aji.
TAPI...
Tubuh Aji terbang melayang ke atas, selang infus pun terlepas dari pergelangan tangannya.
"AJIII.. " Serentak semua memanggil nama Aji yang tiba-tiba melayang.
"Broto cepat kamu panggil pak Kyai."
"Baik Ayah." Ayah dengan ditemani suami Mbak Ratih akhirnya pergi mencari seorang Kyai untuk menangani Aji. Karena kejadian aneh yang dikira sudah selesai nyatanya masih berlanjut.
Ibu semakin menangis sejadi-jadinya melihat tubuh anaknya melayang di udara tanpa mempedulikan dirinya yang masih merasakan sakit setelah melahirkan.
"Nak turun sayang, ini Ibu nak." Nenek hanya bisa memeluk dan menenangkan Ibu, karena beliau pun tidak bisa berbuat apa-apa atas apa yang menimpa keluarga anak dan menantunya.
"Siapa Kamu?" Ucap sang kakek.
Yang tadinya Aji melayang sambil terlentang kini dia seakan sadar, tapi matanya berubah merah dan giginya memiliki taring yang panjang.
Ketika mendengar ucapan sang Kakek, Aji masih seperti saat berada dirumah dia bertingkah seperti makhluk yang menyerupai kera.
"WHAHAHA, sudah lama kita tidak bertemu Kakek Tua." Dengan menyeramkannya Aji justru tertawa sambil menunjukan gigi taringnya yang siapa saja melihat pasti akan merasakan ketakutan.
"Kamu siapa yang berada di tubuh cucukku."
"Apa kamu sudah lupa akan siapa diriku DANU?Manusia memang seperti itu, dia akan memohon-mohon untuk sesuatu yang di inginkan, tapi setelah mereka mendapatkannya justru mereka melupakan dari mana dia mendapatkan kenikmatan dunia ini."
"Lebih baik kamu pergi jangan menganggu keluargaku." Ucap kakek yang mencoba berinteraksi dengan sosok yang bersembunyi di tubuh Aji.
"HAHAHA.. Tidak semudah itu Danu, perjanjian kita belum berakhir, aku akan membawa anak ini beserta bayi yang baru dilahirkan."
"Jangan pernah kamu menyakiti cucu-cucuku." Kakek mencoba membaca sesuatu yang tidak di ketahui oleh orang lain.
"Kamu pikir Aku takut akan mantramu? Kamu mengaku kamu beriman tapi nyatanya kamu meragukan ya, HAHAHA." Semakin terdengar nyaring dan menakutkan.
Ibu, Nenek dan Mbak Ratih saling berpelukan satu sama lain karena mereka juga merasakan ketakutan.
Akhirnya Ayah dan pak Kyai sudah sampai, pak Kyai langsung berada di depan Aji yang masih melayang di atas.
"Keluarlah kamu dari tubuh anak yang tidak berdosa ini siluman kera."
"Wahai manusia yang mengaku memiliki keimanan sebesar gunung, jangan harap aku akan keluar dari tubuh anak ini."
"Kalau begitu, jangan salahkan jika kamu nantinya terbunuh."
" WHAHAHAHA.. Hei kakek tua bangka, coba saja kalau kau bisa membunuhku yang sejatinya aku kekal abadi!" Dengan sombongnya Siluman Kera menantang pak Kyai.
"A'udzubillaahis samii'il 'aliimin minassyaithoonirrajiim,"
yang artinya "Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk"
" Jangan coba-coba kamu melakukan itu Tua bangka." Siluman itupun mulai merasa ketakutan akan apa yang dilakukan oleh Pak Kyai.
"Ini bukan tempatmu berada wahai Iblis." Ucap sang kyai.
"Ini memang bukan tempatku, namun kalianlah yang memanggil kami untuk datang kesini."
Dengan masih berada di tubuh Aji, Siluman kera mencoba untuk melawan pak Kyai.
Pak Kyai duduk sambil bersilah dan membaca Ayat-ayat Allah dan bertasbih. "SUBHANALLAH.. SUBHANALLAH."
"Berhenti SIALAN." Siluman Kera itu mencoba untuk menutup telinganya seakan-akan panas mendengar Pak Kyai bertasbih.
Angin seakan bertiup kencang Semua terlempar gorden-gorden seakan berterbangan, suasana berubah mencengkam ketika Aji mencekik pak Kyai sambil mengangkat tubuh pak Kyai ke atas, dan melemparnya ke dinding.
Sehingga membuat pak Kyai kesakitan karena benturan yang sangat keras.
"HAHAHA.. Hanya sampai sini sajakah kekuatanmu? Mana Ayat Suci yang kalian banggakan, semua itu tidak mampu mengalahkan ku, HAHAHA. "
"Kalian bangsa Jin memang sangat angkuh dan sombong, itulah sifat kalian wahai Iblis."
"Jangan banyak bicara tua bangka."
Pak Kyai terus melanjutkan berdzikir dan melantunkan Ayat-ayat Allah sehingga membuat Siluman Kera itu kesakitan dan menjerit.
"Berhenti tua sialan." Dengan teriakan-teriankan kesakitan Jin yang berada di tubuh Aji mencoba mendekati pak Kyai, Namun justru tubuh Aji mental dan terkena dinding Rumah Sakit.
Siluman Kera kini mulai kepanasan saat mendengar lantunan Ayat suci Al-Quran.
"Bismillah
A’udzu billahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah, dengan menyebut nama Allah, aku berlindung kepada Allah dan kuasa-Nya dari kejelekan yang aku dapatkan dan aku waspadai" (HR. Muslim.)
"ALLAHU AKBAR"
Allah Maha Besar...
"Aaaaaaaaaaaaa AMPUN.. AMPUN."
Mendengar teriakan sang siluman Pak kyai akhirnya berhenti membaca Ayat Suci.
"Siapa yang menyuruhmu, wahai setan yang terkutuk?"
"Raja kami."
"Siapa Raja Kalian?"
"Dia adalah penguasa Alam gaib."
"Siapa dia?"
"Aku tidak akan menyebutkan ya."
TIBA-TIBA...
PRANKKKKKK... Kursi terlempar kearah Pak Kyai dan mengenai dirinya sehingga membuatnya terjatuh.
***
Kira-kira siapa yang melempar kursi itu?
semangat
Subroto nampak dilema, entah harus membuang benda itu atau tidak. Tapi, jika di buang, dia sedikit tidak rela.
Kalau seperti kata-kata di atas, mungkin bisa sedikit baik
Itu mungkin sedikit lebih bagus
Setelah tanda titik, awali dengan huruf besar
Spasi
Mungkin ga perlu ada tanda , di kalimat (Ketika Subroto)
Itu bisa di gabung aja (Ketika Subroto mencari kunci lemari itu)
/Grin//Grin//Grin//Grin//Grin/......