NovelToon NovelToon
Limitless : Reinkarnasi Sang World Breaker

Limitless : Reinkarnasi Sang World Breaker

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Pemain Terhebat / Epik Petualangan / Penyelamat
Popularitas:366
Nilai: 5
Nama Author: Reito(HxA)

Setelah mati secara tiba-tiba, Kazuma Hiroshi, seorang programmer jenius, terlahir kembali di dunia lain sebagai seorang World Breaker, kelas terkuat dengan kekuatan yang tak terbatas. Dilengkapi dengan kemampuan manipulasi mana dan sistem yang bisa ia kendalikan layaknya sebuah game, Kazuma segera menyadari bahwa kekuatannya tidak hanya luar biasa, tetapi juga berbahaya. Dalam dunia penuh monster, sihir, dan ancaman dari Reincarnator lain, Kazuma harus belajar memanfaatkan kekuatannya dengan bijak dan menghadapi musuh yang mengincar kehancuran dunia barunya. Petualangan epik ini menguji batas kekuatan, strategi, dan kemanusiaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Kebenaran yang Tersembunyi

Kazuma menatap langit malam yang gelap, matanya terasa berat, tubuhnya seakan lumpuh setelah pertarungan sengit itu. Sylvia duduk di sampingnya, diam tanpa kata, sementara desiran angin malam perlahan membawa kedamaian yang aneh. Namun, jauh di dalam hati, Kazuma tahu kedamaian ini hanya sementara.

“Bagaimana kau bisa tahu tentang pintu rahasia itu?” tanya Kazuma, masih terengah-engah.

Sylvia memandangnya sejenak sebelum menjawab. “Aku pernah mendengar dari Arven bahwa sebagian besar markas Penjaga Keseimbangan dibangun dengan jalur pelarian rahasia. Mereka paranoid, takut dikhianati oleh orang-orang mereka sendiri. Jadi, aku hanya bertaruh itu ada.”

Kazuma mengangguk lemah. “Jadi kita baru saja lolos dengan keberuntungan.”

“Terkadang keberuntungan juga bagian dari rencana,” Sylvia tersenyum tipis, mencoba menghibur. Namun, ketegangan di wajahnya masih terlihat jelas.

Setelah beberapa saat dalam diam, Sylvia bangkit dan menatap Kazuma serius. “Kita tidak bisa berlama-lama di sini. Penjaga Keseimbangan pasti sudah tahu kita lolos. Mereka akan segera mengirim bala bantuan.”

Kazuma mengangguk setuju, lalu perlahan berdiri meski kakinya masih terasa lemas. “Kemana kita akan pergi sekarang?”

“Kita harus kembali ke tempat Arven. Aku yakin dia bisa membantu kita dengan informasi yang lebih dalam tentang apa yang sebenarnya mereka rencanakan,” jawab Sylvia.

Dengan langkah hati-hati, mereka mulai bergerak melalui hutan yang gelap, mengikuti jejak kecil yang sepertinya membawa mereka kembali ke peradaban. Namun, Kazuma masih tidak bisa menghilangkan perasaan was-wasnya. Pertarungan barusan menunjukkan betapa kuatnya musuh yang mereka hadapi, dan kini lebih dari sebelumnya, dia mulai mempertanyakan kekuatannya sendiri.

Setelah berjalan beberapa saat, Sylvia akhirnya berbicara. “Kau harus lebih berhati-hati dalam menggunakan sihir dari Kitab Reinkarnasi.”

Kazuma menoleh, sedikit terkejut. “Apa maksudmu?”

“Kekuatan yang kau gunakan tadi, makhluk Abyssal itu, bukan sesuatu yang bisa dipanggil dengan mudah. Setiap kali kau memanggil kekuatan besar seperti itu, kau mempertaruhkan hidupmu. Kitab itu memiliki kekuatan, tapi juga bisa menjadi beban jika kau tidak mengendalikannya dengan baik,” jelas Sylvia.

Kazuma diam sejenak, merenungkan kata-katanya. Ia tahu sejak awal bahwa Kitab Reinkarnasi bukanlah sekadar alat untuk memberinya kekuatan, tapi juga membawa risiko besar. Namun, ia tidak punya pilihan. Dalam dunia yang penuh bahaya ini, ia membutuhkan setiap keuntungan yang bisa ia dapatkan.

“Aku tahu,” jawab Kazuma akhirnya. “Tapi tanpa kekuatan itu, kita mungkin sudah mati di sana. Aku tidak bisa hanya menahan diri ketika nyawa kita dipertaruhkan.”

Sylvia tidak segera menjawab, hanya memandangnya dengan tatapan serius. “Aku mengerti. Tapi kau harus ingat, Kazuma, kekuatan bukanlah segalanya. Kau tidak bisa hanya mengandalkan itu. Kita harus pintar, harus tahu kapan harus bertarung dan kapan harus melarikan diri.”

Kazuma mengangguk pelan. Meskipun Sylvia benar, dia masih merasa beban besar di pundaknya. Sebagai Reincarnator, harapan besar ditaruh di atasnya—bahwa ia akan membawa perubahan, bahwa ia akan mengalahkan musuh yang bahkan dunia ini belum mampu hadapi. Tapi apakah ia benar-benar mampu?

Saat mereka melanjutkan perjalanan, suara ranting patah tiba-tiba terdengar di belakang mereka. Kazuma langsung berhenti, jantungnya berdebar kencang. Sylvia juga merespon dengan cepat, menarik pedangnya dan bersiap siaga.

Dari bayangan pepohonan, muncul sekelompok pria dengan seragam hitam—Penjaga Keseimbangan. Mereka sudah ditemukan.

"Sepertinya kalian tidak belajar dari kesalahan kalian sebelumnya," kata salah satu dari mereka, senyum sinis terlukis di wajahnya. “Kali ini, tak ada tempat untuk bersembunyi.”

Kazuma dan Sylvia saling bertukar pandang cepat. Mereka tahu mereka tidak siap untuk pertarungan lain seperti tadi. Keduanya masih lemah, dan sihir dari Kitab Reinkarnasi belum sepenuhnya pulih. Ini bukan saat yang tepat untuk melawan.

“Lari,” bisik Sylvia.

Tanpa berpikir dua kali, mereka berdua langsung berlari menembus pepohonan, mencoba menghindari Penjaga Keseimbangan yang mengejar mereka. Hutan yang tadinya sunyi kini dipenuhi suara langkah kaki, gemerisik daun, dan teriakan musuh yang semakin mendekat. Mereka berlari secepat mungkin, melompati akar-akar besar, menghindari cabang-cabang tajam yang menghalangi jalan.

Kazuma bisa mendengar suara derap kaki musuh yang semakin dekat, dan napasnya mulai terengah-engah. Ia tahu mereka tidak akan bisa terus berlari tanpa batas. Mereka perlu melakukan sesuatu.

“Kita tidak bisa terus seperti ini!” seru Kazuma, berusaha menarik napas di antara larinya.

“Di depan, ada sungai!” jawab Sylvia, menunjuk ke arah cahaya yang samar-samar terlihat di kejauhan. “Kalau kita bisa mencapai sungai, kita bisa menggunakan arus untuk melarikan diri.”

Kazuma mengangguk, berharap rencana itu akan berhasil. Mereka terus berlari, dan tak lama kemudian, suara air sungai mulai terdengar jelas. Sungai itu besar dan mengalir dengan deras, namun itu mungkin satu-satunya cara mereka bisa lolos.

Saat mereka tiba di tepi sungai, Kazuma menatap air yang mengalir deras dengan keraguan. "Apa kita benar-benar harus melompat?"

“Kita tidak punya pilihan!” Sylvia berteriak, tanpa ragu langsung melompat ke dalam sungai. Kazuma terkejut melihat betapa cepatnya dia bergerak, namun tanpa membuang waktu lagi, Kazuma mengikuti.

Arus sungai langsung menarik mereka, membuat Kazuma terombang-ambing di antara pusaran air yang kuat. Dia berusaha tetap mengapung, namun aliran sungai begitu kuat sehingga hampir membuatnya tenggelam beberapa kali. Ia melihat Sylvia juga berjuang keras untuk tetap berada di permukaan, namun meskipun kesulitan, mereka berhasil terbawa arus menjauh dari para pengejar mereka.

Penjaga Keseimbangan yang mengejar tampaknya berhenti di tepi sungai, tidak berani melompat mengikuti mereka. Kazuma bisa melihat mereka menggeram frustrasi di kejauhan sebelum mereka akhirnya menghilang dari pandangan.

Setelah beberapa saat terbawa arus, Kazuma dan Sylvia akhirnya berhasil meraih tepian sungai yang lebih tenang. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Kazuma menarik tubuhnya ke daratan, napasnya terengah-engah dan tubuhnya basah kuyup. Sylvia tidak jauh di sampingnya, juga tampak kelelahan namun tetap waspada.

“Kita selamat,” kata Sylvia, meskipun suaranya terdengar lemah.

Kazuma mengangguk, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka berhasil lolos dari bahaya—untuk saat ini.

Namun, di dalam hati, Kazuma tahu ini hanya awal dari perjalanan panjang mereka. Penjaga Keseimbangan tidak akan berhenti sampai mereka berhasil menghentikan Kazuma dan semua rahasia yang ia miliki. Dan di dalam kepalanya, satu pertanyaan besar mulai muncul: apa sebenarnya yang diinginkan Penjaga Keseimbangan dari dirinya?

---

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!