Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MALING-MALINGAN
Eirene yang terlelap dan langsung terbangun mendengar suara grasak grusuk dari arah jendela. Dan yang ia lakukan adalah sikap refleks pertahanan diri. Diantara kain gorden tipis yang menutupi jendela kamar, alam bawah sadarnya mengatakan seseorang asing masuk melalui jendela, "maling!!"
Ia langsung bangkit melemparkan bantal dan mendorong si pelaku, Ray yang tak siap sampai terjengkang ke ambang jendela, lalu dengan tanpa berperasaannya ia menutup jendela hingga menjeblak, dan si alnya kaki juga tangan Rayyan masih terjepit disana.
Jeblugggg!
"Dek, abang kejepit!"
"Ya ampun Ray! Eyi kira siapa!" seru gadis itu sama terkejutnya, kembali membuka jendela demi mendapati Rayyan yang meringis.
"Eyiii! Rayyy! Apa itu!"
bukan lagi heboh, sekarang satu rumah geger karena duo rusuh penghuni kamar ini sedang bermain maling-malingan.
Eirene terlebih dahulu menarik Ray masuk, "ya ampun! Kamu ngapain lewat jendela?" tangannya menyingkapkan gorden.
"Pintunya ngapain kamu kunci, dipanggilin ngga denger!" Rayyan menggerutu, melirik bagian tubuhnya yang terjepit apakah masih aman? Niat hati pengen jepit-jepit nikmat malah beneran kejepit sampe luka.
Eirene melirik pintu kamar, "iyakah? Perasaan tadi engga deh!" alibi Eirene mulai merasa jika ini salahnya.
"Kalo ngga dikunci ngapain abang sampe lewat jendela!" lama-lama ia gemas, ia cium juga sampe kehabisan nafas nih bini.
"Ray! Eyi!"
"Iya umi, ngga apa-apa!" teriak Eirene menutup kembali jendela kamar.
Rayyan sudah masuk dan duduk di tepian ranjang, sementara Eirene membuka pintu kamar yang ternyata memang ia kunci.
"Apa abang bilang?!" desis Rayyan, ia memang tak pernah salah dalam bertindak, hanya saja takdir Tuhan selalu berkata lain untuk endingnya. Eirene nyengir lebar dan cengengesan, "ah iya ternyata!"
Pintu terbuka menampilkan orang-orang rumah yang terbangun sepaket wajah khawatir dan penasarannya.
"Ada apa sih, tadi itu suara apa?" umi celingukan memanjangkan lehernya ke dalam kamar.
"Udah kaya dentuman meriam terus kaya suara buah nangka jatoh, gedebuggg gituh!" tiru Zahra.
"Baby, kamu ngga apa-apa kan?" tanya honey.
"Itu---anu!" Eirene menggosok jidatnya bingung.
Rayyan menghampiri mereka dan menarik pinggang Eirene, "ngga apa-apa mi, udah pada balik sana. Ray sama Eirene cuma lagi main maling-malingan !"
Al Fath sampai menyemburkan tawanya, gejala keambiguan malam pertama memang sekamvrett itu brother.
"Misi senyap gagal bos?" tanya nya, sontak saja Fara menyikut perut suaminya.
"Kirain apa! Bikin geger aja," sengit umi, mengganggu malam syahdu.
Rayyan kemudian mengulum bibirnya, "bi--kalo keluar ngaca dulu!" tawanya, semua mata tertuju pada abi Zaky yang ternyata memakai kaos terbalik.
Zahra sudah terpingkal, "aduhh ya Allah! Keluarga apa ini?!"
Fara menahan tawanya di dada Al Fath takut dosa, sementara honey sudah terang-terangan mengemukakan pendapat, "omg hoho! Dikira cuma penganten anyar yang panas!" ia berbalik dengan gaya gemulainya.
"Bang Za ih! Ngga kontrol dulu!" sewot Salwa. Tapi lelaki itu santai saja seperti tanpa dosa dan tanpa rasa malu.
"Gara-gara kalian berdua nih!" desis umi mendelik tajam pada Rayyan dan Eirene, lalu mengekor abi Zaky.
Alhasil malam pertama mereka lewatkan dengan saling menyalahkan, "kalo abang belum masuk jangan kamu kunci dulu!"
"Iya maaf, lagian kebiasaan dari dulu kalo tidur suka dikunci, takut ada yang masuk!" debatnya.
"Eirene Larasati, ini kan di rumah umi, ngga akan ada yang masuk selain abang. Ngga bisa cium gitu masa maling baunya harum," gregetnya.
"Ya mana Eyi tau, orang muka kamu ketutup gorden! Ya udah--Eyi salah, sini Eyi obatin!" gerutunya.
"Ikhlas ngga nih?" tanya Ray menyipitkan matanya.
"Ikhlas--- dimana kotak P3K nya?" tanya Eirene.
Eirene mengambil kotak P3K demi mengobati luka Rayyan, terang saja kulitnya terjepit jendela dengan keras sudah pasti terluka.
"Da rah malam pertama nih," ucap Rayyan, membuat Eirene tertawa.
"Masih perawan ya?!" cibir Eirene.
Gejolaknya seolah mereda dengan melihat gadis itu terkantuk-kantuk seraya mengoleskan obat merah, Rayyan tak tega untuk memintanya malam ini.
"Udah ini kamu tidur aja, udah jam 2 malam. Bukannya besok mau jalan bareng umi sama yang lain kan?" Eirene mengangguk paham.
Gadis itu mengambil posisi di sebelah kiri menaruh guling diantara Rayyan dan dirinya. Bukannya marah, Rayyan tersenyum melihat sikap Eirene, ia bersyukur Eirene selalu menjaga marwah dirinya diantara zaman dan lingkungan yang teramat gila untuknya.
Sedikit timbul rasa canggung diantara mereka, apalagi saat keduanya tak sengaja saling berhadapan.
Dari sisi manapun, kapanpun gadis ini tetap terlihat cantik, dan pemandangan ini yang akan Rayyan lihat di setiap malam-malamnya.
Fara sudah bersiap dengan Saga, tak sampai hati ia meninggalkan putra lucunya ini hanya bersama ayah, om dan abba-nya tanpa ada perempuan.
"Bang, yakin nih mau biarin mereka pergi sendiri?" tanya Rayyan berbisik meminta suara dari abangnya.
"Ngga cukup yakin, tapi kalau Saga ikut insyaAllah! Ada Kintan disana yang akan selalu kasih laporan!"
Rayyan mencebik, pintar sekali abangnya ini dengan mengikutsertakan Saga dan Kintan dalam acara jalan-jalan mereka.
Rombongan Ananta sudah masuk mobil umi Salwa, meninggalkan para laki-laki di rumah.
Zahra tertawa tergelak melihat wajah memelas Rayyan, baru kali ini ia lihat karma itu ada! Jika biasanya ia yang santai meninggalkan perempuan maka hari ini ia lah yang ditinggal Eirene, wajahnya itu loh! Kok ya melas-melas kasian, terang saja seharusnya sekarang ia sedang menikmati madunya pernikahan bareng model cantik, ehhhh dengan tanpa berbudi pekerti umi dan keluarganya menculik Eirene.
"Awas dek Ra! Gue sumpahin cepet nikah juga, dapetin cowok yang lebih semprul dari abang!" teriaknya yang dibalas dengan lidah memelet oleh Zahra.
"Ributtt aja kerjaannya kalo ketemu!" omel umi, ditertawai Fara dan Eirene.
"Kayanya bang Fath sama abi Zaky yang paling kalem ya umi?" tanya Eirene, seketika rasa rindu menyeruak mengingat kedua orangtuanya.
Umi mengangguk, "Redi jalan! Nyak besan udah otewe dari tadi," ucap umi.
"Nyak besan siapa?" tanya Eirene.
Ketiga wanita ini tersenyum, "horang kaya baru!" jawab Fara.
"Bujuggggg! Dari deket aslinya cantik banget masyaAllah!" seru nyak melihat Eirene.
Sesosok perempuan berjilbab dengan dandanan setebal iman para ustadz memeluk Eirene, "poto dulu napa--poto! Sepli!"
Eirene mengernyit, "sepli?"
"Selfi nyak, selfieeee!" ralat Fara.
"Iya itulah! Mau gue pamerin ke tetangga kalo ipar loe model! Subhanallah! Kaya bule!"
Salwa memang sengaja mengajak nyak untuk ikut acara jalan-jalan mereka, karena memang nyak pun termasuk keluarga Ananta. Tak ada gaya yang dirubah dari nyak Fatimah, semua tetap pada tempatnya, tanpa harus mencibir ataupun mengunggah kebiasaan baru.
"Tante umi, ini kita jadi ke salon dulu?" tanya honey menutar kemudi.
"Iya,"
Mobil melaju menuju pusat perbelanjaan dimana salon milik umi Salwa berada.
.
.
.
.