NovelToon NovelToon
CINTA BEDA KASTA

CINTA BEDA KASTA

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Hamil di luar nikah / Ibu Pengganti
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Five Vee

Andrea Cecilia, gadis yatim piatu berusia 22 tahun, baru saja lulus pendidikan Diploma Tiga, jurusan Tata Boga. Ia ikut dengan sang bibi bekerja di rumah keluarga Dinata, sembari menunggu panggilan kerja dari sebuah hotel ternama di ibukota.

Andrea yang memiliki kemampuan memasak, di minta menjadi perawat untuk anak perempuan nyonya Dinata yang mengalami depresi setelah di lecehkan, dan kini dalam keadaan hamil besar.

Sang nona yang selama ia jaga, hanya diam, tiba-tiba meminta Andrea menjadi Ibu pengganti untuk bayi yang akan ia lahirkan. Bahkan, di akhir hayatnya, wanita itu meminta Andrea menikah dengan sang kakak, agar bayinya memiliki orang tua lengkap.

Bagaimana kah perjalanan hidup Andrea setelah kepergian sang nona untuk selamanya?
.
.
.
Hay Teman Redears.. ketemu lagi dengan aku si Authir a.k.a Author Amatir 😁

Mohon dukungannya, ya.. jangan lupa, Like, komen, Vote dan Gift.
.
Semoga cerita ini berkenan.
.
Ingat, tidak ada hikmah yang bisa di ambil dari cerita ini, karena novel ini hanya HALU SEMATA.
.
Terima Gaji ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Memilih Cincin Pernikahan.

Saat jam makan siang tiba, pria yang akrab di sapa Chef Vin, itu mengajak Andrea mengobrol di kantin, tempat makan yang khusus di peruntukan untuk para pekerja hotel dan restoran.

“Apa Danu sering memarahimu?” Tanya Chef Vin kepada Andrea.

Gadis itu sedang menikmati makan siang, bekal dari sang bibi. Ia pun menggelengkan kepala.

“Chef Danu tidak pernah memarahi saya, Chef.” Jawab Andrea polos. Ia pun meneguk air dari dalam botol, hingga tersisa setengahnya.

“Kamu tidak perlu membelanya. Saya sudah tau kelakuan Danu di belakang saya.” Chef Vin menghela nafas pelan, sembari menyandarkan punggungnya.

“Bahkan, ada junior cook yang mengundurkan diri karena tak tahan dengan kelakuan Danu.” Sambung pria itu lagi.

Ucapan Chef Vin membuat Andrea menelan ludahnya kasar. Apa benar Chef Danu segalak itu? Hingga membuat orang mengundurkan diri? Namun Andrea merasa pria itu tak segalak yang di katakan Chef Vin.

Mungkin karena ia telah terbiasa hidup bersama pria galak, Arthur.

Arthur? Seketika kepala Andrea menggeleng ketika nama pria itu terlintas di benaknya.

“Kamu kenapa, Rea?”

“Tidak apa-apa, Chef.”

Pria berusia tiga puluh lima tahun itu tergelak. Namun seketika ia mengatupkan bibirnya, saat beberapa orang melihat ke arahnya.

“Ada apa, Chef?” Tanya Andrea terheran.

“Saya merasa lucu, kamu memanggil saya ‘Chef.’ Mungkin karena selama ini, saya sudah terbiasa dengan panggilan ‘pak’ yang kamu ucapkan.”

Andrea mencebik. “Ya sekarang kan tempatnya beda, Chef. Kalau saya panggil ‘pak’ akan terdengar aneh. Secara anda memakai Chef Jacket, bukan jas dan dasi.” Jawab gadis itu kemudian.

Chef Vin menganggukkan kepala. Jawaban Andrea memang masuk akal.

“Lagi pula, statusnya sekarang sudah berubah. Anda atasan saya, bukan dosen lagi.”

“Kamu itu memang pintar, Rea.” Ucap Chef Vin terkekeh.

“Oh, ya. Kapan kamu wawancara?”

“Lima hari yang lalu, Chef. Dan saya baru bekerja sejak tiga hari yang lalu.”

Alis Chef Vin bertaut. Lima hari yang lalu? Dan Andrea sudah diterima dalam waktu dua hari? Bukannya, pemanggilan pekerja baru biasanya memakan waktu satu sampai dua minggu?

Pria itu merasa ada yang aneh disini.

“Apa kamu melamar dengan bantuan seseorang?”

Deg..

Andrea tersentak. Apa mungkin Chef Vin tau tentang dirinya dan Arthur?

Kepala gadis itu menggelen kencang.

“Saya melamar tiga bulan yang lalu, Chef. Tetapi, itu untuk posisi di dapur hotel. Aku juga tidak tau, kenapa baru sekarang aku mendapat panggilan.”

Andrea sedikit berdusta. Ia tidak mungkin berkata jujur. Bagaimana pun itu menyangkut keluarga Dinata. Gadis itu tidak mau sembarangan bicara. Takut nanti akan tersebar kemana-mana.

“Hmm, beberapa minggu yang lalu, seorang asisten koki mengundurkan diri.”

“Bukan karena Chef Danu, kan?” Andrea berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Bukan. Dia sedang hamil. Tidak mungkin juga bekerja terlalu lelah.”

Waktu istirahat pun hampir habis, Andrea pamit untuk kembali ke dapur. Chef Vin pun mengijinkan.

“Rea, tunggu.” Pria itu menahan lengan Andrea yang hendak bangkit dari duduknya.

“Apa saya boleh tau nomor ponselmu?” Pria itu menyodorkan ponsel miliknya. Sepertinya, itu bukan permintaan, melainkan sebuah perintah.

Mereka memang sudah mengenal sejak tiga tahun yang lalu. Tetapi, hubungan itu hanya sebatas dosen dan mahasiswa. Saat ini, status telah berubah. Tidak ada salahnya jika mengenal lebih dekat.

Mata Andrea mengerejap beberapa kali. Demi apa, dosen yang menjadi idola seluruh mahasiswa meminta nomor ponselnya?

“B-boleh, Chef.”

Gadis itu meraih benda pipih persegi panjang itu, kemudian mengetik deretan angka. Lalu mengembalikan pada pemiliknya.

“Saya sudah mengirim pesan. Jangan lupa menyimpannya.” Ucap pria itu kemudian.

Andrea mengangguk. Ia saat ini tidak membawa ponselnya, karena tertinggal di loker.

🍃🍃🍃

“Sepertinya, kamu lebih mengenal Chef Vin daripada aku, Rea?” Ucap Sandra saat mereka kini berada di loker untuk berganti pakaian. Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Itu artinya, jam kerja kedua gadis itu telah berakhir.

“Dia dosenku dulu, San.”

Sandra mengangguk. “Itu artinya kamu bisa melawan Chef Danu. Kamu pasti berbekal ilmu dari Chef Vin, kan? Jadi, rasa masakanmu sudah pasti seperti buatannya.”

“Memangnya, masakan Chef Danu tidak seperti buatan Chef Vin?”

Kepala Sandra menggeleng. “Dia suka sekali merubah resep.” Gadis itu menggerutu kesal.

Andrea hanya mencebik. Ia kemudian melihat ponselnya. Ada sebuah pesan dari nomor tak dikenalnya.

“Vincent.”

Isi pesan itu. Andrea pun menyimpan nomor pria itu.

Hendak menyimpan ponselnya, benda pintar itu kembali bergetar.

“Apa kamu sudah selesai bekerja? Mampir ke kantor. Ada hal penting yang harus kamu lakukan.”

Dahi Andrea berkerut halus. Hal penting apa yang sekiranya ingin di lakukan Arthur bersamanya.

Gadis itu bergidik ngeri, ketika membayangkan pria itu melakukan hal seperti malam itu. Di rumah, pergerakannya di awasi oleh mama Daisy, apa jangan-jangan ia ingin melakukan di kantor?

“Jangan hanya di baca.”

Pesan kembali masuk. Membuat Andrea membuang nafasnya kasar.

“Iya, aku akan kesana.”

“Rea, ayo.” Pekik Sandra di ambang pintu loker.

Andrea pun bangkit mengikuti temannya itu.

Gadis itu tiba di gedung perkantoran The Dinata Experience & Group, setelah tiga puluh menit berkendara.

Seorang petugas keamanan seperti biasa, dengan ramah menyapanya. Mengingatkan Andrea kepada petugas keamanan di salah satu bank swasta.

Gadis itu kemudian menuju resepsionis, ia mengatakan sudah memiliki janji dengan atasan mereka.

Andrea pun di persilahkan untuk naik, setelah petugas resepsionis menghubungi sekretaris Dona.

“Selamat sore, nona.” Sapa sekretaris Dona dengan ramah. Sepertinya wanita itu sudah tau tentang dirinya dan Arthur.

“Pak Arthur sudah menunggu anda di dalam.” Ucapnya kemudian.

“Mbak, kakakku dimana?” Andrea justru melontarkan pertanyaan lain.

“Pak Thomas sedang keluar kantor, nona.”

Dahi Andrea berkerut. Itu artinya, Dona memang tau tentang dirinya.

“Apa mbak tau siapa aku?”

Dona tersenyum sembari mengangguk. “Nona adiknya pak Thomas.” Andrea pun menghela nafas lega.

“Dan juga calon istri pak Arthur.” Seketika langkah Andrea terhenti. Ia menatap penuh tanya pada wanita yang lebih tua darinya itu.

“Pak Arthur sudah memberitahu aku, nona.” Dona menjawab keterkejutan gadis itu.

Andrea kembali di buat menganga oleh jawaban sekretaris itu.

“Silahkan, nona.” Dona membukakan pintu untuk calon istri atasannya itu.

Dengan langkah malas, Andrea pun memasuki ruangan kerja Arthur. Di dalam sana, pria itu tak sendirian. Ia duduk di sofa bersama seorang wanita dewasa, dan Andrea tak mengenali wanita itu. Apa mungkin, kekasih Arthur yang lain?

“Kemarilah.” Tangan pria itu terulur, menyambut kedatangan calon istrinya.

Gadis itu menurut, dan duduk di samping Arthur.

“Berikan jarimu. Dia yang akan membuatkan cincin pernikahan kita.”

Andrea menatap calon suaminya tak percaya. Jadi ini hal penting yang harus di lakukan?

“Rea?” Arthur kembali bersuara, melihat gadis itu hanya diam.

“Maaf.” Gadis itu pun mengulurkan tangan kanannya pada wanita dewasa itu.

“Tidak apa-apa nona.” Ia mulai mengukur. Setelah mendapatkan ukuran. Wanita dewasa itu menunjukan contoh desain cincin pernikahan kepada calon pengantin itu.

Arthur membiarkan Andrea memilih sesukanya.

Gadis itu mendengus kesal, setiap kali meminta pendapat, hanya di jawab dengan kalimat ‘terserah padamu.’

Sebuah ide muncul, Andrea meminta cincin dengan harga yang lumayan cukup mahal menurutnya.

Bukannya pria itu mengatakan, terserah padanya? Gadis itupun menyeringai.

“Aku pilih yang ini.” Tunjuk Andrea pada sepasang cincin, dengan harga yang terdiri dari delapan digit angka nol di belakangnya.

Andrea yakin, Arthur pasti akan marah padanya.

Pria itu melirik gambar yang di tunjuk gadis itu.

“Buatkan seperti yang dia mau.” Ucapnya santai. Pria itu kemudian mengetikan sesuatu pada layar ponselnya.

Andrea menganga. Semudah itukah? Kenapa pria itu tidak marah?

“Baiklah, pak. Cincin akan selesai dalam waktu seminggu.”

“Hmm. Aku akan mentransfer sisanya setelah cincin itu jadi. Ingat, huruf dari nama kami tidak boleh ada yang salah.”

“Tentu, pak. Kami akan dengan teliti mengerjakannya.”

Wanita dewasa itu pun pamit pergi. Merasa urusannya juga sudah selesai, Andrea pun bangkit dari duduknya.

“Mau kemana kamu?” Belum juga melangkah, lengannya sudah di tarik, sehingga ia jatuh di atas pangkuan Arthur.

.

.

.

Bersambung.

1
Anonymous
Ini audreyyy kapan in frame sih duh
Anonymous
Ngapa dah celine muncul terus dikantor 🫵🏻😾
Anonymous
Ga perlu adik bayi kali bayi aja cukup bahasanya
Nika Hidayah
Luar biasa
greentea
merek cuma kissing bu
Lala Kusumah
ceritanya luar biasa bagus menarik seruuuuuu juga inspiratif bagi kita semua, teruslah berkarya dengan karya-karyanya yang bagus lagi, semangat sehat ya 💪💪😍
Hadijah Nadia
Luar biasa
Lala Kusumah
hareudang di malam yang panasaassss....
Lala Kusumah
good job Rea 👍💪😍
Lala Kusumah
😭😭😭😭😭
greentea
analisis secara realistis ya mbak Rea
wajar nenekmu gK setuju karena mereka keluarga konglo
terus bapak mu maaf aku baca kok buruh bangunan ya kan agak2 g mungkin
mungkin kalau bapak mu sama sama mahasiswa sama ibumu kan wajar ya kan kenal di kampus meskipun orang bisaa pekerja biasa masih masuk akal
misal suami meninggal kan emang yg harus bertanggung jawab keluarga suami
seburuk buruk nya kan emang ibu mu memilih pergi
terus level yg dijodohkan sama bang irfan ya wajar lagi mana baik pula orangnya
berarti bapak my harus lebjh luar biasa baik dr pads bang irfan
Aries suratman Suratman
Iya Thor, Masa kulit Bayi udah renta kaya kakek dan nenek buyut, Kalo kulit Bayi itu Sangat Lembut, mungkin maksudnya sangat Rentan terhadap kuman dan bakteri ya Thor
Anonymous: Sensitive kali maksutnya
total 1 replies
Mama Gezkara
maaf Thor... sekedar saran... keterangan umur yg berulang sepertinya sedikit mengganggu reader tuk fokus termasuk saya.. seperti gadis berusia dua puluh dua tahun..lelaki berusia tiga puluh tahun... maaf ya Thor... sekedar saran
Mama Gezkara
ya ampun Arth.... gak tahan yaaa
Mama Gezkara
hehe
Safa Almira
bagus
Mama Gezkara
Luar biasa
Mama Gezkara
hehe..emang udah dihitung ya kak
Mama Gezkara
kenapa tubuh renta kak othor... kan masih bayi ..
Sity Lestari
seru ,🥰🥰, tapi ikut emosi lihat sikap boz arthur🤨🤨🤨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!