Mengejar Gadis SPG

sebentar, bukankah tadi kau meletakkan semua kartu itu...., tetapi kartu hitamnya masih ada padaku " tadi Alya mengingat semua kartu itu berwarna kuning , merah , serta biru tetapi tidak ada satupun kartu berwarna hitam.

Affan tersenyum...." itu milik pribadi dan untuk mu sebagai nafkah pertama ku " ucapnya lembut.

Alea menatap tak percaya, alisnya terangkat " maksud mu?".

" aku punya usaha lain, kau tenang saja, insyaallah aku tidak akan membuat mu susah " kata nya tenang, menatap dalam Alea yang terkejut mendengar nya.

" karena itu , tadi kak Affan dengan iklas melepaskan semuanya....?" tanya Alea memastikan.

Affan mengangguk, apalagi mendengar Alea menyebut namanya, sungguh ada secercah cahaya pelangi setelah hujan,di saat hati nya sedang hancur, kini di coret dari keluarga tidak masalah, sedih iya...tapi Affan tidak boleh berlarut-larut, Affan sudah terbiasa hidup sendiri, orang tuanya hanya singgah sebentar lalu pergi lagi, itu sudah terbiasa saat Affan kecil. Affan ingin menunjukkan kepada orang tuanya, kalau dia bisa berdiri sendiri tanpa bantuan mereka.

" itu taksi kak!" tunjuk Alea melihat taksi yang akan melintas di depannya,

Affan berdiri lalu menyetop taksi nya

setelah taksi itu berhenti , Affan membukakan pintu untuk Alea, Alea bergeser untuk memberikan tempat pada Affan.

" kemana tuan ?" tanya sopir taksi ramah.

" ke alamat xx pak ...!" jawab Affan .

Alea menatap sendu wajah Affan yang berubah, dia tahu kalau Affan sebenarnya sedih, tapi mencoba menutupi nya dengan wajah ceria saat dengannya, Alea bisa merasakan itu, bohong kalau Affan tidak sedih, seorang anak di usir dari rumah orang tuanya sendiri tanpa membawa apa-apa, itu sangat menyakitkan.

Tugas Alea kali ini adalah menghibur suaminya,

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan yang kini sudah mulai padat.

"apa hari ini ada mata kuliah?" tanya Affan menoleh ke arah sang istri yang sedang melihat ke luar jendela.

Alea menggeleng, " tidak ada, memangnya kenapa...?,

"hari ini, aku ingin bersantai " ucap Affan tenang.

Alea mengangguk, " aku akan menemanimu " ucapnya tersenyum, menoleh sekilas wajah Affan yang sedang menatapnya.lalu Alea membuang muka nya kembali, karena ada sesuatu yang menggelitik hatinya. Saat mata mereka bertubrukan.

***

Cinta terduduk di lantai yang dingin, hatinya hancur mendengar penolakan dari affan, padahal Affan sudah berkali-kali menolak nya tapi rasa sakitnya begitu berbeda..." kenapa kak ... Kenapa kau selalu menolak ku, apa kurangnya aku kak Affan ...hiks hiks, kau lebih memilih gadis biasa yang tidak punya apa-apa di banding aku yang punya segalanya...." cinta memegang dadanya yang terasa nyeri... melihat orang yang di cintai nya lebih membela wanita lain secara ugal-ugalan, bahkan rela di coret dari keluarga nya sendiri.

Sampai beberapa lama kemudian, bik sum datang menghampirinya , menatap kasian pada nona cinta, sebenarnya nona cinta gadis yang baik, dari dulu selalu mengejar-ngejar Affan, namun Affan tak mau melihatnya, cinta adalah gadis manja juga penurut, sifatnya yang sombong itu karena sedari kecil cinta selalu hidup dalam kemewahan... selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.

"non cinta... Sudah non, jangan menangis lagi.... lepaskan tuan Affan, cinta itu tidak bisa di paksakan, hidup non cinta tidak akan bahagia kalau sampai menikah dengan laki-laki yang tidak bisa mencintai nona, masih banyak di luar sana yang mengejar nona cinta...." ujar bik sum yang ikut duduk di bawah , menatap kasian pada nona cinta,

Cinta menoleh ke arah bik sum, bibi yang sangat baik kepadanya sedari kecil, meski dia suka bertindak semena-mena kepada nya.

" apakah kak Affan tidak mencintai ku...?" tanya cinta memastikan. Menunjuk dirinya sendiri.

Bik sum mengangguk.

" benar non, selama ini tuan muda selalu tidak suka bila di dekati nona, dan lihatlah tadi... tatapan tuan muda pada istrinya...itu tatapan tulus penuh cinta, tuan muda sangat mencintai istrinya...itu sudah terbukti apalagi tuan muda lebih rela kehilangan hartanya daripada istrinya, tolong non... biarkan tuan muda bahagia dengan pilihannya... Selama ini tuan muda menderita...hidup penuh tekanan juga kurang kasih sayang, ...kalau nona benar-benar mencintai tuan Affan, pasti nona akan merelakan dirinya bahagia." tutur bik sum lembut...

Cinta mencerna ucapan bik sum, lalu tersenyum mengangguk dan menghapus air matanya...

" benar apa kata bibik, aku tidak boleh egois, terimakasih karena bibi sudah membuka mataku, aku akan pergi bik... aku akan kembali lagi ke luar negeri, meneruskan karirku sebagai model": ucapnya lalu cinta berdiri dan masuk kedalam rumah Tante Karin, di sana Tante Karin masih berdebat dengan suaminya atas kepergian Affan.

" kenapa papah tidak mencegahnya pergi pah.... bagaimana Nasib perusahaan kalau Affan tidak bekerja...?" nyonya Karin berjalan mondar-mandir.

Ia menggigit kukunya sendiri merasa gelisah.

" mama tenang saja, papa yakin, anak itu tidak akan bisa hidup bahagia di sana, dari kecil hidupnya penuh dengan kemewahan, biarkan saja anak itu berfikir, papa yakin, cepat atau lambat dia akan kembali " tutur tuan Iqbal menenangkan sang istri.

Deg....

Benar kata bik sum, bahkan setelah Affan pergi, Tante Karin bukan mengkhawatirkan putranya malah mengkhawatirkan perusahaan nya."kasian Affan,"

" Tante...." panggil nya.

" iya cinta...." nyonya Karin menghampiri cinta dan memeluknya apalagi melihat jejak-jejak air mata di sana, pasti saat ini cinta sangat sedih.

" Tante....aku pamit , aku akan menenangkan pikiran dulu" ucapnya sendu.

" kamu tenang saja cinta....Tante pastikan, Affan akan menikah dengan mu" ucap nyonya Karin menggebu....

Cinta menggelengkan kepalanya" tidak usah tante, cinta akan bilang pada ayah kalau cinta akan membatalkan pertunangan cinta dengan Affan, cinta sadar kalau selama ini Affan tidak mencintai cinta." ucapnya pelan.

" tidak bisa begitu cinta.... pertunangan kalian harus di laksanakan, itu sudah keputusan kedua belah pihak " kata nyonya Karin menatap tajam pada cinta, dia tidak suka keputusan cinta, yang menyerah begitu saja.

" Affan sangat mencintai istrinya...cinta tidak mau egois, biarkan Affan bahagia dengan pilihannya, cinta sudah ikhlas melepaskan kak Affan." ucapnya sendu meski hatinya belum benar-benar ikhlas tapi cinta akan berusaha.

" tidak bisa begitu cinta , pertunangan itu tetap akan di laksanakan, kau tidak bisa lari dari kenyataan" ucap nyonya Karin lalu pergi meninggalkan cinta sendirian, sedangkan suaminya sudah pergi ke ruang kerjanya karena ada telpon penting dari asistennya.

cinta terduduk di sofa panjang ruang tamu tersebut, pikiran nya begitu kacau saat ini, di saat dirinya berusaha untuk merelakan, malah calon mertuanya kekeh ingin meneruskan....cinta pergi ke kamarnya untuk mengambil tas kecil juga kunci mobilnya, dia harus pergi ke tempat yang membuatnya tenang.