Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.
Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.
🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...
❤ Terima kasih ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Anissa bergegas bangkit dari posisinya kemudian berdiri di hadapan pasangan itu sambil tersenyum hangat.
"Anissa, Mas." Anissa mengulurkan tangannya ke hadapan Dodi yang kini juga sedang menatapnya dengan lekat.
Dengan gemetar, Dodi menyambut uluran tangan wanita itu. "Dodi," jawabnya singkat dan jelas.
Anissa menggenggam tangan Dodi dengan erat dan sorot matanya yang tajam seolah mengingatkan isi chat-nya kepada lelaki itu. Dodi mendengus kesal. Ternyata tatapan tajam yang dilemparkan oleh Anissa berhasil mengingatkan dirinya soal pesan chat-nya tadi siang.
"Ehm, Arini. Soal Anissa ... bagaimana jika kita ajak Anissa tinggal di sini untuk sementara waktu? Bukankah tadi kamu bilang bahwa Anissa telah diusir dari kontrakannya. Lagi pula dengan adanya Anissa di sini, akan mempermudah pekerjaanmu juga, Arini sayang. Bagaimana?" tutur Dodi dengan wajah datar.
Arini menatap Dodi sambil tersenyum tipis. "Apa Mas yakin? Lalu bagaimana jika Ibu tidak mengijinkannya?" tanya Arini dengan setengah berbisik agar Anissa tidak mendengar ucapannya.
"Soal Ibu, kamu tidak usah khawatir. Nanti biar aku yang bicara padanya." Dodi mengelus puncak kepala Arini kemudian melabuhkan ciuman hangatnya di kening wanita itu.
Anissa segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia tidak suka melihat sikap manis Dodi kepada istrinya itu.
"Baiklah kalau begitu. Ehm, Anissa, bagaimana menurutmu? Apa kamu setuju dengan usul Mas Dodi?" tanya Arini.
Tentu saja Anissa setuju sebab itu memang tujuannya sejak awal, tinggal bersama keluarga kecilnya Dodi. "Tentu saja, Mbak. Saya sangat senang mendengarnya," sahut Anissa dengan wajah semringah.
"Kalau begitu, ikutlah denganku. Biar aku tunjukkan kamar untukmu." Arini membalikkan badannya kemudian kembali melangkah keluar dari kamar itu. Sementara Anissa mengikuti langkahnya dari belakang.
Anissa sempat melirik Dodi yang kini tengah menekuk wajahnya dengan kesal. Wanita itu kembali melemparkan senyum, seolah menunjukkan bahwa dirinya berhasil membuat lelaki itu bersedia mengikuti semua keinginannya.
"Puas sekarang!" kesal Dodi dengan perlahan sambil melayangkan tinjunya ke udara. Bukannya takut, Anissa malah semakin senang melihat Dodi yang tampak frustrasi.
Akhirnya mereka pun tiba di depan kamar kosong yang akan menjadi kamar Anissa. Arini membuka pintu tersebut kemudian mempersilakan Anissa untuk masuk ke dalam.
"Ini kamarmu, Anissa. Kamu bisa tinggal di sini untuk sementara waktu. Ehm, bagaimana dengan barang-barangmu? Di mana kamu menitipkannya? Bukankah katamu, kamu diusir dari kontrakan?" tanya Arini heran.
"Ah, iya itu. Barang-barang milikku masih berada di kos-kosan temanku, Mbak. Aku sengaja meninggalkannya di sana karena aku tidak punya tempat lain untuk menitipkannya. Besok pagi aku izin kepada Mbak untuk mengambilnya kembali," tutur Anissa.
"Ya, tentu saja, Anissa."
"Terima kasih banyak atas semua kebaikan Mbak Arini dan Mas Dodi. Aku tidak tahu bagaimana nasibku jika seandainya tidak bertemu kalian. Kalian adalah pasangan paling baik yang pernah aku temui," ucap Anissa sembari memeluk tubuh Arini.
"Ya, Anissa. Sama-sama," jawab Arini.
***
Malam itu Bu Nining dikejutkan dengan keberadaan Anissa. Ia belum tahu bahwa Dodi sudah memberi izin kepada wanita itu untuk tinggal di sana. Ia menatap kesal kepada Anissa yang tengah minum teh hangat di meja makan sendirian.
"Kamu! Sedang apa kamu di sini? Apa kamu tidak punya tempat tinggal jadi ikut numpang di sini, ha?!" umpat Bu Nining seraya menghampiri wanita itu.
Anissa tersenyum kemudian bergegas bangkit dari posisi duduknya. "Maafkan saya, Bu. Tapi Mas Dodi sendiri yang meminta saya tinggal di sini," sahut Anissa dengan tenangnya.
"Apa?! Ah, tidak mungkin Dodi melakukannya tanpa meminta izin dariku!" pekiknya dengan wajah kesal.
"Kalau Ibu tidak percaya, Ibu bisa tanya langsung sama Mas Dodi," sahutnya lagi.
Bu Nining segera pergi dari ruangan itu kemudian bergegas menuju kamar Dodi dan Arini. Ia ingin protes kepada Dodi soal Anissa. Sepanjang jalan menuju kamar Dodi, Bu Nining terus mengumpat kasar. Bahkan hingga ia sudah berada di depan pintu kamar anak menantunya itu.
"Dodi, buka pintu! Ibu ingin bicara sebentar!" ucap Bu Nining sembari menggedor pintu tersebut.
"Ya, Bu. Tunggu sebentar!" balas Dodi yang bergegas menuju pintu kamar. Ia segera membuka pintu tersebut karena suara gedoran yang dilakukan oleh Bu Nining terdengar sangat berisik. Ia takut si kecil Azkia terbangun dari tidurnya karena suara berisik yang diciptakan oleh Bu Nining.
"Ada apa sih, Bu? Kenapa Ibu mengetuk pintunya dengan keras? Nanti Azkia bangun lagi," ucap Dodi sembari menghampiri Bu Nining dan membawanya berjalan menjauhi kamar mereka.
"Heh Dodi, Ibu sedang kesal hari ini! Bagaimana bisa kamu mengizinkan wanita itu untuk tinggal bersama kita? Lama-kelamaan rumah kita akan menjadi penginapan! Pertama bayi itu dan sekarang Baby sitter-nya! Besok-besok siapa lagi, ha?" kesal Bu Nining sambil bertolak pinggang.
Dodi mencoba menenangkan wanita yang sudah melahirkannya itu. Ia mengelus punggung Bu Nining dan mengajaknya untuk duduk di sofa yang ada di ruang televisi.
"Sudahlah, Ibu. Lagi pula ini hanya untuk sementara saja. Nanti setelah Azkia sudah pinter, kami pun tidak akan membutuhkan jasanya lagi," sahut Dodi dengan lembut.
"Sampai kapan? Setahun, dua tahun, atau sampai istrimu mendapatkan sebuah keajaiban dari Tuhan, begitu?!"
"Ibu ... kenapa Ibu kembali menyinggung soal Arini sih, Bu? Ya, paling lama satu tahun, dan setelah itu kami akan memintanya untuk berhenti," jawab Dodi.
Tanpa sepengetahuan kedua orang itu, ternyata Anissa mengintip mereka dari kejauhan. "Hmm, coba saja pecat aku kalau bisa! Yang ada istrimu lah yang akan segera angkat kaki dari rumah ini," gumamnya dengan wajah menekuk.
...***...
penasaran nih kita /Grin//Grin/