Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Nasya Berulah Lagi
Nasya hanya diam saja dengan ekspresi datar saat ditegur oleh Malika.
"Bunda tahu tidak mudah untuk kamu menggantikan Radit dalam hidup kamu. Tetapi kamu juga bisa menolak pernikahan ini. Bukan seperti ini caranya Nasya. Apa kamu tidak memikirkan perasaan suami kamu," ungkapan Malika begitu sangat kecewa kepada putrinya yang dia kenal selalu berpikir dewasa dan walau Nasya adalah anak yang manja.
"Nasya, kamu dibesarkan menjadi anak memiliki hati yang tulus dan bisa memahami sesuatu. Bunda tidak tahu kenapa ini bisa kamu lakukan. Kamu boleh kecewa dengan apa yang terjadi pada kamu. Tetapi kamu juga tidak boleh menyalahkan Nathan atas semua yang terjadi. Ini adalah takdir!" tegas Malika yang berusaha untuk membuat Nasya mengerti.
Nasya yang terlihat mengetik panjang lebar di ponselnya dan menunjukkan kepada Malika
..."Kenapa harus memikirkan perasaannya. Sekarang yang terjadi padaku adalah perbuatannya. Bunda mengatakan jika ini bukan kesalahannya....
..."Aku kehilangan Radit, kehilangan suara dan aku tidak bisa berjalan. Menikah hanya sebuah prioritas untuk tanggung jawab yang pasti yang dia lakukan. Tapi dia tidak bisa mengubah apapun yang ada di dalam hidupku dan termasuk kamar ini. Suka tidak suka dengan segala sesuatu keputusanku itu adalah resiko dari perbuatannya,"...
..."Jangan memikirkan bagaimana perasaan orang lain. Tetapi tolong Bunda memahami bagaimana perasaan Nasya saat ini. Nasya tahu ini adalah takdir, tetapi semua ini juga tidak akan terjadi jika bukan karena dia. Berikan Nasya waktu untuk semua ini!" ...
Malika yang tidak bisa berkomentar apa-apa dan melihat putrinya itu sendu dengan mata berkaca-kaca.
"Baiklah! mungkin kamu masih membutuhkan waktu. Bunda sudah membicarakan semua dengan Nathan dan dia memaklumi semuanya, tapi kamu harus tahu ketika seseorang yang diam dengan segala apa yang kamu lakukan dan semua itu juga bisa berubah seketika. Kamu harus bisa menghargai Nathan yang sekarang sudah menjadi suami kamu," tegas Malika.
"Menghargai. Dia saja menikah dengan karena takut berurusan dengan Polisi. Dia dan ibunya tidak pernah memiliki niat untuk bertanggung jawab, mereka hanya bersandiwara, berpura-pura bersimpati dan seolah merasa bersalah dan nyatanya hanya mementingkan diri sendiri," batin Nasya dengan geram.
"Bunda tidak bisa mengatakan apapun lagi kepada kamu. Bunda berharap kamu pelan-pelan bisa menerima semua ini dan kembali lagi Nathan sudah menjadi suami kamu dan hargai dia!" tegas Malika.
"Bunda keluar dulu!" ucap Malika yang langsung pergi.
Dia tidak bisa banyak berbicara pada putrinya itu yang memang kondisi Nasya masih belum stabil pulih dan mentalnya juga masih acak-acakan yang membuat Malika sebagai seorang ibu harus mengimbangi segala sesuatu dan walau dia sangat kecewa dengan tindakan Nasya yang sangat tidak masuk akal.
Tidak berapa lama Malika pergi dan Nathan yang akhirnya kembali memasuki kamar. Nathan melangkah menghampiri Nasya yang berdiri di depan Nasya.
Mereka dua saling melihat dan diam sampai beberapa detik.
"Kita sama-sama orang asing yang sampai akhirnya kita berdua berada dalam situasi ini. Aku tahu dalam pernikahan ini kamu terpaksa melakukannya dan kamu masih butuh banyak waktu untuk menerima semua ini," ucap Nathan.
Nasya yang mengetik di ponselnya. Lalu kemudian menunjukkan kepada Nathan.
..."Kamu salah, aku tidak terpaksa dalam pernikahan ini dan justru aku sengaja melakukan pernikahan ini," tulisnya yang cukup membuat Nathan kaget dengan matanya melihat serius ke arah Nasya....
"Apa maksud mu?" tanya Nathan berat.
..."Aku mendengar semua pembicaraanmu dengan ibumu. Kalian hanya berpura-pura setuju yang berpikiran jika aku tidak akan setuju dengan pernikahan ini. Kalian memanfaatkan situasi dan juga memanfaatkan hatiku yang lemah. Tidak ada niat sekalipun ingin bertanggung jawab dari apa yang terjadi,"...
..."Kau setuju dengan pernikahan ini hanya karena tidak ingin mempertanggungjawabkan semua perbuatanmu dengan hukum!" tulis Nasya dengan ekspresi wajahnya yang terlihat begitu marah kepada Nathan....
Nathan sampai tidak bisa berbicara yang terus melihat ke arah Nasya. Dia sangat tidak percaya ternyata gadis yang dia sangka masih dipenuhi dengan kesedihan atas apa yang terjadi ternyata mempunyai rencana.
..."Aku juga tahu kau memiliki kekasih dan juga akan menikah. Tetapi karena kau tidak ingin mempertanggungjawabkan perbuatanmu pada hukum atas apa yang telah terjadi padaku dan juga calon suamiku. Maka kau juga tidak akan bisa bersama dengan wanita yang kau inginkan. Karena kau harus mengabdikan hidupmu kepadaku. Atas tanggung jawabanmu," lanjut Nasya....
Dia mengungkapkan semua apa yang ada telah dia pendam dan tidak berpura-pura kepada Nathan. Dia benar-benar sangat jujur mengatakan semua rencana dia atas pernikahan yang dia setujui.
"Jadi kau ingin mengatakan jika kau sengaja menjebakku dalam semua ini?" tanya Nathan. Nasya tidak merespon apapun wajahnya yang tampak menantang sudah memberikan jawaban.
"Jadi karena itu foto-foto almarhum calon suamimu masih berada di kamar ini dan kau sengaja melakukan semua ini agar membuatku kesal dan merasa tidak dihargai?" tanya Nathan.
Nasya menganggukkan kepala dengan enteng. Nathan mendengus kasar yang sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Jika diamnya wanita yang dihadapi beberapa hari ini ternyata memiliki maksud lain yang sangat tidak dia duga.
..."Kenapa?"...
..."Kau keberatan?"...
..."Aku mencintai seseorang yang telah kau bunuh dan aku ingin kau terus melihat pria itu agar dirimu merasa bersalah atas apa yang telah kau lakukan," tulis Nasya....
"Jadi sebenarnya kau hanya ingin membalas dendam kepadaku?" tanya Nathan.
Nasya tidak menjawab dengan anggukan atau menggelengkan kepala.
"Baiklah Nasya. Aku tahu kau begitu marah atas apa yang terjadi. Kecelakaan yang tidak ada yang menginginkannya dan kau juga tidak bisa menyalahkan satu pihak dalam kecelakaan itu. Kau harus mengingat satu hal kecelakaan tidak akan terjadi jika kau dan calon suamimu tidak melanggar peraturan!" tegas Nathan.
Jika masalah ini dibawa ke persidangan, sebenarnya banyak kemungkinan bahwa Nathan juga tidak akan bersalah sepenuhnya. Karena Radit telah mengendara di tempat yang seharusnya tidak dia lewati dan lagi pula pertama kali Radit menghindari tabrakan dari truk besar dia dan Nathan sama-sama menghindari tabrakan itu.
Jadi Nathan tidak menabrak mobil mereka dan justru mereka mengalami kecelakaan tunggal. Hanya saja Nathan berada di sana dan banyak spekulasi yang memungkinkan jika semua terjadi karena Nathan dan terlebih lagi Radit meninggal dunia.
"Tapi baiklah! jika aku juga tidak berada di sana, maka semua ini tidak akan terjadi. Mungkin ini naas yang tidak bisa kita hindari. Jika tujuanmu menyetujui pernikahan ini hanya merusak kebahagiaanku dengan segala sesuatu yang sudah aku rencanakan dan kau tidak terima dengan semua ini. Maka baiklah aku akan meladeni mu. Karena tujuanku menikah denganmu hanya untuk membantu merawatmu sampai kau bisa normal kembali," ucap Nathan dengan tegas.
..."Meski aku sudah sembuh. Kau tidak akan bisa mengganti nyawa yang sudah kau bunuh," tulis Nasya dengan tangannya bergetar dan bahkan matanya berkaca-kaca yang memperlihatkan semua itu kepada Nathan....
"Kau mengatakan aku pembunuh?" tanya Nathan.
Eksperesi wajah Nasya yang kembali dipenuhi dengan amarah. Mulutnya yang bergerak-gerak seperti ingin meneriaki Nathan di hadapannya itu. Tetapi pita suaranya tidak berfungsi yang membuat Nasya hanya bisa mengumpat di dalam hati.
Nathan tidak mengatakan apapun lagi yang hanya saling melihat dengan tatapan tajam dengan Nasya. Di mana Nasya yang terlihat begitu sangat membencinya yang sudah berterus terang dengan pernikahan yang dilaksanakan hanya ingin membuat Nathan menderita.
Bersambung.....