Judul Novel SEKAR
Sekar sangat penasaran, siapakah orang tua kandungnya, kenapa dia dibesarkan oleh keluarga Wawan. Dikeluarga Wawan Sekar sudah terbiasa menerima cacian, makian bahkan pukulan, segala hinaan dan KDRT sudah menjadi makanannya setiap hari, namun Sekar tetap bertahan, dia ingin tahu siapa orang tua kandungnya, kenapa dia dibuang
Sekar dijemput Cyndi untuk diajak bekerja di Jakarta, dia curiga bahwa kedua orang tua angkatnya menjualnya untuk dijadikan wanita panggilan. Sekar tidak berdaya menolaknya, disamping dia berhutang budi kepada keluarga Wawan dia juga diancam. Tapi Sekar agak merasa tenang, semalam dia bermimpi bertemu Kakek Buyutnya yang bernama Arya, Kakek Arya memberi sebuah Cincin dan Kalung ajaib, benda-benda tersebutlah yang akan membantu Sekar dikemudian hari
Bagaimana kisah Sekar selanjutnya, nasib apakah yang akan menimpanya, Adakah orang yang akan menolong Sekar keluar dari sindikat penculiknya. ikuti kisah Sekar yang mengharukan dan menegangkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nek Antin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXXI Intan Melarikan Diri Dari Rumah Sekar
Di kamar, ani menegur Intan.
“Intan, kamu kenapa sih ngomong begitu?, tidak sopan tahu.”
“Biarin, memang waktu itu Sekar itu dibawa oleh perempuan yang waktu itu datang ke tempat dimana kita diculik.”
“Terus hubungannya sekarang sama Sekar apa?’
“Ya mungkin sekarang Sekar sudah jadi germo, coba lihat rumahnya, mewah sekali, duwit dari mana coba?”
“Kamu tu terlalu curiga, Saya lihat nona Sekar di sini sangat dihormati, jangan-jangan dia itu anak dari yang punya rumah ini.”
“Mana mungkin, kalau orang tuanya kaya, kenapa dia dibuang?”
“Mungkin waktu kecil dulu diculik.”
“Tidak mungkin Ani, Saya yakin dia jadi istri simpenan om-om.”
“Terserah kamu saja, awas ya jangan sampai sikap kamu yang kurang ajar menyulitkan kita tinggal disini.”
“Saya tidak mau tinggal disini, Saya mau kabur, Kamu ikut tidak?”
“Tidak, Saya dengar kita mau dipulangkan ke kampung halaman kita.”
“Kata siapa?, jangan tertipu, pokoknya nanti malam Saya mau kabur.”
“Terus Kamu mau kabur ke mana?”
“Ke kantor polisi.”
“Memang kamu tahu kantor polisi di mana?”
“Tidak, tapi kan bisa nanya.”
“Kalau ketemu orang baik, kalau ketemu penjahat, atau penculik yang akan menjadikan kamu pelacur seperti kemarin gimana?”
“Saya mau hati-hati.”
“Intan ini di Jakarta, bukan di kampung, semua masih asing buat kita.”
“Tidak apa-apa, yang penting kita yakin, kita pasti bisa, ayo ikut.”
“Enggak Intan, saya mau di sini saja, nunggu nanti Sekar memulangkan kita.”
“Terserah kamu saja, jangan menyesal Kamu.”
Suasana menjadi hening, Ani tidak mau menasehati Intan lagi, terserah kalau memang dia mau pergi, yang jelas Ani akan tetap di sini.
Malam tiba, semua orang sudah berada di kamarnya masing-masing, Intan berjalan mengendap-endap untuk mencari celah keluar dari rumah, semua yang dilakukan Intan tanpa dia sadari dipantau oleh Sekar.
“Mawar, tolong agak diperlonggar penjagaan rumah, beri kesempatan Intan untuk kabur dari rumah, biarkan saja anak tidak tahu berterima kasih itu kalau mau jadi gelandangan.”
“Intan mau kabur Nona, kenapa?”
“Dia pikir kita mau menjadikan dia pelacur, makanya dia akan melarikan diri, biarkan saja.”
“Siap Nona.”
Jadilah Intan kabur dari rumah Sekar tanpa ada yang menghalangi, karena memang sudah dikondisikan oleh Sekar.
Di luar rumah Sekar agak gelap, Intan sebenarnya takut juga, tapi karena tekatnya untuk mencari kantor polisi, dia berlari secepatnya, hingga tiba di jalan raya.
Dia bingung mau jalan ke kanan atau kekiri, jalanan sepi, jarang ada kendaraan yang lewat.
Sedang merasa galau, Intan melihat di sebelah kanan ada beberapa anak muda yang menuju ke arahnya, Intan panik.
“Aduh, itu banyak anak laki-laki yang menuju ke sini, dia jahat enggak ya, Intan takut, Ya Allah lindungi Intan.”
Intan masuk ke rimbunan tanaman di sekitar pinggir jalan, sambil berjongkok dan berdoa.
Para anak-anak muda itu lewat, mereka tidak tahu bahwa ada seorang perempuan yang sedang bersembunyi di sekitar jalan itu.
Setelah anak-anak tersebut jauh, Intan keluar dari persembunyiannya.
Di jalan tidak tentu arah, perasaan takut semakin dia rasakan, dia menyesal mengapa tidak mendengarkan nasehat Ani, kalau dia tidak kabur, malam ini dia pasti sedang tidur nyaman di Kasur yang empuk dan dingin ber AC, sekarang malam-malam dingin begini dia ada dijalanan sendiri tanpa membawa apa-apa dan tanpa tujuan, sungguh dia menyesal.
Tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti, seorang laki-laku turun dan bertanya.
“Dik mau ke mana?”
Intan langsung ketakutan dan berlari sekencang-kencangnya menjauh.
Laki-laki yang bertanya mengikuti dan mengejar Intan, Intan semakin ketakutan, larinya semakin kencang, tapi tetap kalah dengan tenaga laki-laki yang mengejarnya.
Intan tertangkap oleh laki-laki itu.
“Dik Saya kan cuma mau tanya, malam-malam sendirian di jalanan yang sepi begini mau kemana?”
“Saya….. saya…. tidak tahu.”
“Tidak tahu?”
“Ya Pak, Saya ini kemarin korban penculikan, saya kabur mau ke kantor polisi.”
“Ooo, memang Adik tahu kantor polisi ada di mana?”
“Tidak.”
“Mau Saya antar?”
“Benar Bapak mau mengantar Saya?”
“Kalau Adik mau.”
“Ya Saya mau, tapi Bapak tidak bohong kan?”, Intan melihat laki-laki yang kelihatannya baik, hatinya masih curiga, dia ragu-ragu mau ikut tidak, kalau tidak ikut dia belum tahu arah mana kantor polisi, sedang malam semakin larut.
Akhirnya Intan menyetujui, karena tidak pilihan yang lebih baik.
“Baiklah Pak saya mau, terima kasih sebelumnya.”
“Ya, ayo masuk ke mobil.”
Akhirnya Intan masuk ke mobil, dan mengikuti laki-laki yang katanya akan mengantar Intan ke kantor polisi.
“Ayo turun, kita sudah sampai.”
Dari masuk mobil hingga mobil berhenti Intan melamun, sehingga dia tidak menyadari kalau dia dibawa ke sebuah rumah mewah, bukan ke kantor polisi.
“Pak kenapa kita ke sini?, bukankah Bapak tadi janji mau mengantar Saya ke kantor polisi?”
“Sudah jangan banyak bertanya, masuk dan istirahat, sekarang sudah malam, kantor polisi tutup.”
“Kan ada yang piket Pak.”
“Jangan membantah, Kamu masuk baik-baik atau Saya seret.”
Sekar kaget dengan perubahan sikap laki-laki yang bilangnya mau menolong, ternyata dia dijebak.
“Saya tidak mau, Saya mau pergi saja dari sini kalau Bapak tidak mau bantu Saya.”
“Seret dia ke kamar dan kunci, jaga jangan sampai kabur.” perintah orang itu pada penjaga pintu.
“Ya Allah kenapa nasibku begini?, baru lolos dari penculikan, kenapa sekarang diculik lagi, ibu tolong Intan.”
Intan sangat panik, dua orang laki-laki menyeret dia masuk ke rumah mewah tersebut.
Sementara itu, Ani lari ingin melaporkan kaburnya Intan kepada Sekar, kebetulan Sekar sedang duduk di ruang keluarga ditemani Mawar.
“Nona, melaporkan bahwa Intan pergi dari rumah ini tanpa pamit.”
“Ya sudah biarkan saja kalau maunya dia begitu, tidak usah Kamu cari, Kamu istirahat saja, besuk Kamu akan diantar anak buahku pulang ke kampung halamanmu.
“Nona Saya tidak berani pulang kalau tidak bersama Intan, saya takut disalahkan orang tuanya.”
“Kamu tidak salah, bukankah itu adalah kemauan Intan sendiri?”
“Betul Nona, tapi tetap saja Saya merasa bersal;ah tidak bisa menasehati.”
“Baik, Kamu boleh tinggal di sini sesukamu, asalkan Kamu tidak membuat masalah.”
“Siap Nona, Saya tidak akan membuat Nona marah pada Saya.
Akhirnya Ani akan tinggal di rumah Sekar, entah sampai kapan, mungkin sampai Intan ditemukan.
Sementara Intan di rumah mewah itu menangis sejadi-jadinya, dia dikurung kembali di tempat yang dia tidak tahu dimana, tanpa ada teman dan tidak ada orang yang dia kenal.
Laki-laki tadi langsung masuk ke kamarnya dan menelepon seseorang.
"Nona Cyndi, Saya menemukan salah satu perempuan yang kemarin diselamatkan polisi."
"Bagus itu, sekarang ada dimana?"
"Ada di markas C, saya tempatkan bareng dengan anak-anak yang akan diberikan untuk para ABK kapal."
"Ya atur saja."
"Yang Saya tangkap yang paling jelek Nona."
"Tidak apa-apa, yang penting masih gadis, harganya mahal."
"Siap Nona, besuk akan Saya siapkan."
"Persiapkan yang matang, ingat bawa pengawal yang kuat, markas Ridwan sekarang sudah dikuasai polisi, Saya tidak mau gagal misi kali ini."
"Saya tidak mau Tuan Alek marah lagi."
"Siap Nona, laksanakan, selamat istirahat Nona, mohon maaf menggangu>"
Kemudian laki-laki itu menutup telepon, laki-laki itu bernama Miko.