~ REGANTARA, season 2 dari novel Dendam Atlana. Novel REGANTARA membahas banyak hal tentang Regan dan kehidupannya yang tak banyak diketahui Atlana ~....
Ditinggalkan begitu saja oleh Atlana tentu saja membuat Regan sangat kacau. Setahun lebih dia mencari gadisnya, namun nihil. Semua usahanya tak berbuah hasil. Tapi, takdir masih berpihak kepadanya. Setelah sekian lama, Regan menemukan titik terang keberadaan Atlana.
Disaat Regan merasakan bahagia, berbanding terbalik dengan Atlana yang menolak kehadiran Regan untuk kedua kalinya dihidupnya. Namun, penolakan Atlana bukan masalah. Regan memiliki banyak cara untuk membawa kembali Atlana dalam hidupnya, termasuk dengan cara memaksa.
Akan kah Regan berhasil? Atau malah dia akan kehilangan Atlana sekali lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Atlana terus meneteskan air matanya sejak tadi. Dia bahkan tidak keluar kamar dan memilih berdiam diri disana. Hilda dan Indra tentu saja khawatir.
Kedua orang tua itu menghampiri Atlana di kamarnya. Dan pemandangan yang mereka lihat membuat hati mereka mencelos. Sejak pertama kali mereka mengangkat Atlana sebagai putri mereka, ini pertama kalinya mereka melihat Atlana menangis.
"Sayang...."
Hilda berjalan cepat menghampiri putrinya. Ia menaiki ranjang Atlana. Kehadiran Hilda membuat Atlana semakin meneteskan air matanya. Gadis itu memeluk Hilda dengan erat sambil menangis.
Hilda pun ikut sakit melihat putrinya menangis. Begitu juga dengan Indra yang berdiri di samping ranjang.
"Lana bingung, Ma. Lana gak tau harus apa. Sahabat Lana, dia sedang dalam bahaya, Ma. Dia sakit, dan Lana gak disana. Sementara saat Lana sakit dulu, Ghea gak pernah ninggalin Lana. Lana jadi sahabat yang gak baik, Ma."
"Nggak. Kamu bukan sahabat yang gak baik. Kamu itu gadis baik dan penyayang. Kalian sama-sama beruntung memiliki satu sama lain."
Indra menghela nafas panjang, lalu mendudukkan dirinya di samping sang istri. Ia kemudian mengusap pelan puncak kepala Atlana yang masih berada dalam pelukan istrinya.
"Papa paham perasaan kamu. Kamu bisa bertemu mereka. Papa pasti akan izinkan kamu ke sana," ucap Indra.
"Tapi, aku masih ragu, Pa."
"Semua keputusan ada di kamu, Sayang." Hilda mengusap lembut surai hitam Atlana.
"Ya, semua keputusan ada di kamu. Tadi, Papa hanya merasa kesal pada... Siapa namanya?"
"Regan."
"Nah, Regan. Papa hanya kesal dengannya. Dia sangat pemaksa. Dan lagi, apa hubungan kamu sama dia? Matan pacar, atau masih pacaran? Dan, kenapa teman-teman kamu memanggil kamu dengan sebutan bu bos? Papa sangat penasaran."
Atlana mengusap air matanya. "Regan, dia mantan pacar aku, Pa." Atlana menundukkan wajahnya. "Aku putusin sepihak, itu pun lewat catatan kecil yang aku tinggal. Regan memang agak irit bicara sama keliatan dingin. Tapi aslinya, dia baik banget sama Lana, Pa, Ma. Dia gak pernah nyakitin Lana. Sebaliknya, dia berkorban banyak buat Lana. Alasan aku dipanggil bu bos itu, karena aku pacarnya Regan. Teman-teman nya anggap dia kayak ketua di circle pertemanan mereka. Jadi, aku dipanggil bu bos."
"Circle pertemanan? Maksud kamu geng, begitu?" tanya Hilda. Dia tidak begitu paham dengan gaya hidup anak muda sekarang.
"Gak tau sih, Ma. Kayaknya bukan geng deh. Soalnya Regan sama teman-teman gak pernah tawuran atau balap-balapan."
"Hm, sepertinya dia masih suka sama kamu."
"Paa...."
"Benar. Papa liat sendiri dari tatapannya. Tapi, tetap aja papa kurang suka sama sikap dia yang kesannya memaksa kamu," ujar Indra.
"Memangnya kenapa kamu putusin dia?" tanya Hilda.
"Itu, Ma. Aku ngerasa gak cocok. Regan itu putra tunggal dari keluarga berada. Sementara aku hanya dari keluarga kecil, dan hidup sendiri."
"Sudah, kita jangan bahas itu lagi," ucap Indra saat menangkap sedikit pancaran kesedihan yang terpancar di mata Atlana. "Soal keputusan balik ke Indonesia, sepenuhnya Papa serahkan ke kamu. Pertimbangkan baik-baik, okey?" Atlana mengangguk.
"Jangan khawatirkan apapun kalau memang kamu ingin pulang. Ada kakak disana. Orang-orang Papa juga banyak disana. Dan.... Papa sama Mama juga berencana pindah ke sana setelah urusan Papa disini selesai. Sudah dari lama rencananya. Hanya saja, belum ceritain ke kamu sama Renata."
Atlana menatap Papanya, kemudian beralih pada sang Mama.
Kenapa ia merasa semua yang terjadi malah membawanya kembali ke tanah kelahirannya? Ia semakin bingung dalam menentukan pilihannya.
***
Atlana menarik nafasnya panjang. Setelah memikirkan dengan penuh pertimbangan, Atlana pun menentukan pilihannya. Dia akan kembali ke Indonesia. Di sana, dia akan lebih berhati-hati dan berusaha sebisa mungkin menghindari hal-hal yang bisa membuat kakek Regan tahu jika dia kembali.
"Udah?" tanya Hilda setelah putrinya kembali dari toilet. Wanita itu menatap Atlana yang sudah siap untuk melakukan penerbangan kembali ke Indonesia.
"Udah, Ma," balas Atlana. Dia akan melakukan perjalanan tanpa siapapun yang menemaninya. Regan? Tidak ada cowok itu. Walaupun dua hari belakangan ini dia sering ke rumah dan mengusik Atlana, tak sedikit pun terbesit niat Atlana untuk memberi tahunya mengenai keputusannya tersebut.
"Hati-hati disana ya, sayang? Sering-sering kabarin Mama sama Papa."
"Iya, Ma." Atlana memeluk Mamanya. Setelah itu, dia beralih memeluk Papanya.
"Telpon Papa kalau udah sampai," ucap Indra yang diangguki Atlana. "Kakak udah kabarin kan kalau bisa jemput?"
Atlana langsung melepas pelukannya. Dia mengeluarkan handphonenya, mencoba memeriksa kembali pesannya, apakah sudah dilihat atau kah belum.
"Belum, Pa. Kayaknya Kak Rena sibuk."
"Oke. Kalau nanti kakak jemputnya gak sesuai jam, atau memang gak bisa jemput, telpon teman Papa. Nomornya udah kamu simpan kan?"
"Udah, Pa."
Setelah pengumuman penerbangan terdengar, Atlana sekali lagi berpamitan kepada orang tuanya, lalu menuju pesawat yang akan ia tumpangi.
Penerbangan yang memakan waktu hampir 6 jam itu berakhir setelah pesawat landing. Atlana menarik nafas lega. Tidak ada kendala apapun yang membuatnya merasa begitu tenang.
Atlana membenarkan sedikit kacamata hitam dan masker yang menempel di wajahnya sambil menyeret kopernya. Di balik maskernya, Atlana tersenyum getir. Dia kembali. Kembali ke tempat dimana dirinya menerima banyak luka.
Tapi, semua kenangan itu tak bisa menggoyahkan tekadnya. Masih ia ingat dengan jelas kalimat yang papanya ucapkan sebelum ia keluar dari rumah menuju bandara.
"Rasa bimbang yang muncul itu karena kamu belum bisa mengalahkan traumamu. Kembali kesana bukan berarti kamu akan mengalami hal yang sama. Kamu gadis yang kuat. Papa yakin, kamu pasti bisa mengalahkan trauma itu. Ingat semua kenangan manis saat disana. Itu bisa membantu kamu agar lebih baik."
Papa benar, aku pasti bisa mengalahkan rasa takut ku. Batin Atlana.
Aku merindukan Ghea. Aku merindukan teman-teman. Dan, aku merindukan Papa dan Mama, juga mama Yolan dan papa Arman.
"Biar gue."
Atlana terkesiap ketika mendengar suara yang begitu dekat dengannya dan merasakan seorang merebut koper darinya.
Dia melotot kan matanya ketika melihat sosok yang dia hindari mati-matian berada di dekatnya.
Regan.
Ya, dia Regantara. Atlana sudah cukup lega saat berhasil mendarat di Indonesia tanpa sepengetahuan cowok itu. Tapi, apa ini? Kenapa Regan juga berada di Indonesia? Bukan kah cowok itu sedang berada di Aussie dan menunggunya untuk bertemu? Kenapa....
"Kaget?"
Atlana mendengus dalam hati. Bisa-bisanya Regan bertanya dengan santainya.
"Gue gak butuh bantuan lo!" Atlana meraih kopernya, namun Regan menjauhkannya.
"Lo apa-apa an sih?"
"Balik sama gue!"
"Gue gak butuh tumpangan." Atlana kembali meraih kopernya dan berhasil. Tanpa peduli pada Regan, gadis itu melangkah hendak menjauh. Tapi, Regan malah menarik tangannya hingga ia kembali mendekat.
Keduanya saling beradu tatap dengan jarak yang begitu dekat. Atlana tentu saja kesal dengan sikap Regan. Rasa kesalnya membuatnya tak sadar, sebelah tangan Regan sudah menyusup melingkar di pinggangnya.
"Gue tau, lo masih nyaman sama gue."
Atlana langsung tersadar. Dengan cepat ia mendorong tubuh Regan.
"Gila!" ucapnya lalu berjalan menjauh sambil menyeret kopernya.
Dia harus menghindari Regan. Dia harus menjauh dari cowok itu. Dia tidak boleh memiliki hubungan apapun lagi dengan Regan, bahkan hubungan sebagai musuh sekali pun.