TRUE LOVE For MAYA

Maya tak bersuara apa lagi berkomentar, dengan sorot mata yang meredup ia baru saja mengetahui fakta yang yang sebenarnya. Bahwa pria yang tengah duduk di hadapannya adalah Sutan Lingga Hanunggara. Teman Haris yang di carinya untuk menyerahkan berkas.

Maya juga akhirnya tau kalau Lingga anak dari Sutan Cjikro Hanunggara, suami dari Tante Rossa.

"Maafkan Abang, May.. Abang tidak bermaksud membohongimu."

Setelah menghabiskan sepiring nasi goreng buatan Maya, Lingga menjelaskan, menyampaikan kepada Maya siapa dirinya yang sebenarnya.

Keduanya terdiam dengan pikirannya masing-masing. Maya tidak tau harus berkomentar apa. Maya masih kaget dengan kenyataan yang ada.

"Jangan diam, May.. Katakan sesuatu."

"Makanan yang Maya buatkan setiap pagi untuk siapa?" memberanikan diri Maya bertanya

"Alisa."

"Siapa Alisa?"

"Abang akan ceritakan. Tapi kamu harus berjanji satu hal sama Abang, May."

"Janji? Janji apa?"

"Berjanjilah untuk tidak menjauh dari Abang. Jangan menyimpulakan sesuatu tanpa bertanya kepada Abang."

"Kenapa?"

"Jangan bertanya May, berjanji saja. Abang mau kamu berjanji.." Lingga bicara dengan memandang wajah Maya yang tertunduk.

Mengangkat kepala, akhirnya Maya mengangguk, menuruti permintaan Lingga

"Ikut Abang, May.." Lingga beranjak dari kursi dan mengulurkan tangan meminta Maya menyambutnya.

Saling menautkan jemari, Maya mengekor, berjalan di belakang Lingga yang membawanya untuk ikut masuk ke dalam kamar.

Sebuah kamar dengan ukuran luas yang tertata rapih, wangi khas pria bercampur manisnya wangi vanila, lebih mendominan di indera penciuman saat Maya berada di dalam.

Satu tempat tidur besar, di lengkapi lampu tidur di atas nakas yang berada di samping kanan dan kirinya. Meja rias besar, dengan berderet macam cream perawatan, dari mulai, parfum mahal, makeup bertumpuk dengan merk berbeda dengan yang pastinya berkualitas.

Memiliki walk-in closet yang berisi separuh pakain wanita dari mulai baju rumahan sampai gaun pesta, semuanya lengkap ada di dalam. Tak ketinggalan bermacam bentuk heels dari yang terendah sampai yang tingginya mencapai 12 centi, semua lengkap dalam lemari kaca.

Tapi bukan itu yang ingin Lingga tunjukan, melainkan sebuah figura besar yang masih menempel di dinding kamar yang belum sempat ia turunkan.

"Dia Alisa. Alisa Mawardi."

"Kamu pasti pernah mendengar namanya di dunia maya, juga di televisi."

Maya dapat melihat jelas, wanita cantik yang ia tau seorang selegram tanah air dengan folowers jutaan. Wanita berkelas, yang selalu memposting barang-barang mahalnya, dari mulai pakaian, tas, sepatu sandal,make-up mahal, perhiasan dan masih banyak lagi yang lainnya.

Yang paling menonjol adalah, Alisa selalu life saat sedang pelesiran ke luar negri, mengunjungi tempat-tempat hiburan, perawatan badan, serta merekomendasikan tempat-tempat romantis untuk pasangan yang hendak berbulan madu.

Untuk sesaat, Maya terpukau mengagumi kecantikannya, tetapi berubah menjadi sesak di hati saat melihat pria yang di rangkul Alisa. Pria yang saat ini tengah berdiri, berada di sampingnya, yang juga ikut menatap pigura di hadapannya.

Keduanya menggunakan pakain pengantin dengan senyum bahagia, pria itu juga tampak terlihat gagah, sangat tampan.

Menguatkan hati, Maya bertanya lagi kepada Lingga

"Alisa dimana Bang?"

Mengurai rasa gemuruh di hatinya, Lingga berharap Maya menepati janjinya. Dengan suara bergetar Lingga menjawab.

"Dia sedang berada di tempat pumulihan, sedang dalam rehabilitasi karena narkoba yang di konsumsinya."

Maya sungguh terkejut mendengarnya. Apa lagi saat Lingga menceritakan kronologi yang sebenarnya terjadi yang menimpa Lisa kepada Maya.

"Kasusnya masih berjalan, May..

Abang sadar, dengan status Abang saat ini, Abang salah mendekatimu May.. Abang percaya kamu paham." Lingga bicara pelan, dengan pandangan kosong mengarah ke figura. Dan, ia berbalik menghadap Maya.. Lingga mendekat, merapat dan semakin mendekat, meraup kedua sisi pipi Maya.. Menatapnya dengan sorot mata tajam, tetapi ada kesenduan yang tersirat di dalamnya, seakan mata itu tengah memohon kepada Maya.. Lingga kembali berucap.

"Aku tidak bisa membohongi perasaanku, May.. Kamu telah berhasil membuatku jatuh cinta, cinta yang sebenarnya, May.."

Seakan terhipnotis.. Maya menatap Lingga tanpa kata, hembusan nafas itu semakin terasa kala wajah itu semakin mendekat. Matanya terpejam saat benda kenyal menyentuh bibirnya, rasa hangat seketika menjalar keseluruh aliran darah di tubuhnya.

Desiran halus di sudut hati, berubah menjadi gemuruh, saat bibir Lingga mulai mel*mat dan sedikit mengigit agar Maya membuka mulutnya. Bak oase yang berada di tengah gurun pasir, Maya di ibaratkan seperti bunga yang kekeringan, tak mendapatkan air yang jernih untuk menyiraminya selama bertahun-tahun lamanya.

Maya sempat hanyut, terbawa arus dengan membalas yang di lakukan pria itu kepadanya, sampai kesadaran itu datang menguasainya, Maya mendorong dada Lingga

"Ini salah Bang.. Ini salah.."

Maya menatap Lingga yang juga ikut tersadar dengan apa yang baru saja di lakukan. Maya segera keluar dari dalam kamar, berlari, turun ke bawah..

Menyambar tas cangklongnya yang tergeletak di atas meja makan, Maya pergi meninggalkan Lingga yang masih terpaku di dalam kamar.

"Maya.." Lingga terbangun dari keterpakuannya, dengan lirih menyebut nama Maya. Pria itu keluar, turun ke bawah melangkah ke arah dapur mencari keberadaan Maya.. Tapi sayang, ia telat mengejarnya. Maya telah pergi meninggalkannya. Lingga menjatuhkan bokongnya di kursi, kedua tangannya meraup wajah frustasi, dengan kedua siku yang berada di atas meja.

"Maaf, May.. Maafin Abang.. Kamu pasti kecewa.."

Maya segera menekan tombol agar pintu lift segera terbuka, tubuhnya bergetar dengan menahan airmata yang sudah siap turun mengalir di pipinya. Ia tidak menyangka akan terbawa suasana.

Seakan tertampar, Maya menyadari perbuatan-nya.

"Ini salah May, Ini salah.." perang batin tengah mengobrak-abrik dan menyerang hati dan pikirannya.

"Apa aku selingkuh? Apa aku telah berhianat? Tidak.. Aku tidak selingkuh.. Kamu tidak selingkuh May.." Maya memejamkan matanya bersandar di dinding kaca lift.. Dadanya terasa sesak, rasa sedih menghantam hatinya.. Ia merasa sedih, dan kecewa, entah dengan dirinya atau dengan keadaan..

Di saat rasa bahagia datang dan baru saja ia dapatkan, ia harus di ingatkan akan posisinya... Ia merasa bersalah, ia merasa telah menghianati suaminya.

Maya harus kembali, menahan tangis dan gemuruh di hati, saat angkutan umum yang di naikinya, memutar lagu yang menyayat hati. Di tambah hujan turun dengan deras saat ia meninggalkan apartemen dimana ia meninggalkan Lingga.

Sepenggal lagu mampu mengoyak hatinya. ( saat zidan sang penyanyi yang sedang hits di dunia maya, mulai mengeluarkan suara emasnya )

Dinginnya angin malam ini

Menyapa tubuhku

Namun, tidak dapat dinginkan panasnya

Haiku

Terasa terhempas kelakianku ini

Dengan sikapmu

Apakah kerna aku insan kekurangan?

Mudahnya kau mainkan.

Oh, mungkinkah diri ini dapat merubah buih.

Yang memutih menjadi permadani ?

Seperti pinta yang kau ucap dalam janji cinta

Juga mustahil bagiku menggapai bintang di langit

Siapalah diriku, hanya insan biasa

Semua itu, sungguh aku tiada mampu

Salah aku juga kerna jatuh cinta

Insan sepertimu seanggun bidadari

Seharusnya aku cerminkan diriku

Sebelum tirai hati aku buka untuk mencintaimu.

Hu-uh-uh

Hu-uh-uh

Ingin rasanya Maya turun dari angkot, menangis di bawah hujan deras di pagi hari ini.

Tak bisa di tahan, Maya berulan-ulang, mengusap airmata yang mulai turun deras, sederas hujan yang juga turun membanjiri bumi.

Suara petir, sama halnya dengan hati Maya yang tengah tersayat sembilu, menangis di dalam angkot.

Syair lagu itu sungguh mirip dengan perjalanannya dengan Haris.

Akankah ia juga mampu menggapai Lingga, dengan kasta yang berbeda..

****

Bersambung ❤️

Maaf Lingga aku ganti, gak tau kenapa aku sreg sama yang ini.. Buat yang gak cocok boleh berhayal sesuai seleranya yaa... Hehehe

Maya