Cahaya Airin, istri yang tak diinginkan oleh suaminya. Rasa sakit hati kala sang suami terus menghinanya membuat air matanya terus berjatuhan.
Hingga suatu hari gadis yang biasa di panggil Aya itu mencoba merubah penampilannya untuk mendapatkan hati suaminya.
Apakah Aya akan berhasil membuat suaminya mencintainya?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Bryan memasuki kamar Aya, kamar yang tidak sebesar kamarnya. Namun kamar ini terlihat begitu rapi dan nyaman.
Bryan tersenyum melihat sang pemilik kamar tengah tertidur di atas kasurnya dengan lelapnya. Kakinya melangkah menghampiri Aya yang sedang tertidur itu.
Bryan melepaskan sepatu dan jasnya, Ia perlahan menyusul Aya menaiki tempat tidur yang terasa begitu sempit baginya namun terasa begitu nyaman.
Bryan menatap lekat wajah istrinya sangat dekat. Lalu tangannya merengkuh tubuh Aya dan membawanya ke dalam pelukannya.
Rasanya benar-benar hangat dan begitu nyaman bagi Bryan. Apalagi wangi rambut Aya yang begitu membuatnya tenang. Hingga Ia pun terlelap menyusul istrinya dengan memeluk tubuh Aya sepanjang malam.
***
Keesokan paginya, Aya merasakan tubuhnya yang begitu berat untuk Ia gerakan. Matanya masih terpejam dengan sangat enggan untuk membukanya.
Hidungnya mencium bau parfum yang begitu sangat tidak asing oleh Indra penciumannya. Perlahan Aya mulai membuka matanya.
Matanya terbelalak melihat Bryan yang tengah bertelanjang dada dengan tangan yang memeluknya.
Aya masih tak percaya dengan penglihatannya, lalu Ia mencoba untuk menyentuh wajah Bryan untuk memastikannya.
Tangan lembutnya menyentuh wajah Bryan. "Ternyata dia nyata, Aku pikir hanya mimpi. Tapi kenapa dia tiba-tiba saja ada di kamar ku. Kapan Bryan datang?," Gumamnya membuat Bryan pun terbangun dari tidurnya.
Ia mendengar gumaman istrinya itu, namun Ia enggan untuk membuka matanya. Di saat Ia merasakan Aya yang perlahan memindahkan tangannya dari pinggangnya. Bryan dengan cepat kembali memeluk tubuh Aya. Kali ini dengan lebih erat, Bryan memeluk Aya seperti sedang memeluk guling saja.
"Kau mau kemana hum?," Ucapnya masih dengan mata yang terpejam.
Aya terkejut, lalu Ia kembali berusaha untuk lepas dari pelukan Bryan.
"Bryan, lepaskan Aku!. Apa yang Kau lakukan?," Ucap Aya. Tangannya masih terus melepaskan pelukan suaminya.
"Bryan tersenyum misterius, sebuah ide tiba-tiba muncul begitu saja di kepalanya. Ia ingin mengerjai istrinya itu.
Bryan berbisik tepat di telinga Aya, "Aku menginginkannya sekarang juga," ucap Bryan dengan nafas yang begitu terasa di telinga Aya. Membuat Aya berdesir seketika.
"A-apa maksudmu."
"Kau jangan pura-pura menjadi bodoh, baru kemarin kita membahasnya. Dan Aku yakin kau mengerti dengan apa yang ku ucapkan." Bryan membalikkan tubuh istrinya sehingga menghadap ke arahnya.
Wajah mereka begitu dekat, hingga hembusan nafas keduanya menerpa wajah satu sama lain. Bryan semakin mendekatkan wajahnya ke arah bibir Aya.
Di saat bibirnya hampir meraih bibir istrinya, terdengar suara ketukan pintu kamar dari luar.
"Aya,nak Bryan ayo kita sarapan bersama," ucap Hendra dari arah luar pintu.
Libido yang tadinya naik, kini turun seketika. Rasanya Brayan ingin mengumpat kesal. Namun tidak mungkin Ia mengumpat ayah mertuanya.
"Ayah memanggil," ucap Aya begitu canggung. Ia dapat melihat kekesalan suaminya saat ini. Namun Aya juga begitu lega karena Bryan tidak jadi melakukannya.
Bryan membaringkan tubuhnya kesal, tanpa berkata Bryan langsung menuju kamar mandi yang ada di kamar Aya.
Sementara Aya langsung beranjak dan membuka pintu kamarnya.
"Iya yah, Aya mandi sebentar, nanti kami akan menyusul," ucap Aya.
Melihat penampilan putrinya yang sedikit berantakan, Hendra menyadari sesuatu. Hendra merutuki dirinya karena sudah mengetuk pintu kamar putrinya. Mungkin saja putrinya sedang melakukan sesuatu di dalam sana bersama menantunya.
"Yasudah nak, maafkan ayah ya." Hendra merasa canggung terhadap putrinya, lalu ia pun segera pergi dari sana.
Mendengar ucapan ayahnya yang meminta maaf kepadanya, Aya pun menjadi heran.
"Kenapa ayah meminta maaf padaku?," Gumamnya dan langsung kembali ke dalam kamarnya.
Sedangkan di dalam Bryan sudah selesai mandi dan melilitkan handuk di pinggangnya. Hingga terpampang lah tubuh atletis Bryan yang membuat Aya susah untuk menelan ludahnya.
Bryan memang sering berolahraga, jadi dia memiliki tubuh yang begitu menggiurkan untuk kaum hawa.
Melihat istrinya yang tanpa berkedip melihatnya, Bryan segera mendekati Aya.
"Kau kenapa hum?, Apa Kau ingin menyentuh ini?." Bryan menarik tangan Aya dan menaruhnya di perutnya yang kotak-kotak.
Rasanya tangannya begitu gemetaran saat ini.
"Apa kau menyukainya?, Kau boleh menyentuhnya sesuka hati mu." Bryan kembali membisikkan kata-katanya di telinga Aya.
Semua itu membuat lutut Aya serasa menjadi sebuah jeli. Perasaan itu, sentuhan Bryan dan perlakuan lembut Bryan membuatnya tidak dapat menggerakkan tubuhnya.
Hingga Aya merasa seakan tubuhnya melayang di udara saat ini. Benar saja, karena Bryan sudah menggendong tubuh istrinya itu dan membawanya ke atas tempat tidur.
Bak terhipnotis, Aya pun hanya terdiam dan merasakan desiran aneh saat tangan Bryan mulai menyentuh setiap bagian tubuhnya.
Matanya terpejam, hingga suara aneh itu pun keluar dari mulut Aya, membuat Bryan semakin gencar untuk melakukan hal yang lebih kepada tubuh istrinya yang beberapa hari ini benar-benar membuatnya menjadi gila.
Bryan mulai melepaskan bagian atas piyama istrinya itu. Sebuah pemandangan indah membuat libido yang tadinya sempat turun, kini menjadi lebih tak terkendali lagi.
Dengan lembut Bryan mulai mencium bibir istrinya, lalu sebuah bisikan lembut Ia lontarkan pada telinga istrinya.
"Bersiaplah, Aku akan melakukannya," bisiknya.
Namun Aya seakan tuli tak mendengarnya, karena tangan Bryan sudah berada pada bukit kembar miliknya itu. Yang ada Aya kini tenggelam dalam lautan gairah yang tidak pernah Ia rasakan.
Skip 🤐
Dan akhirnya pagi itu adalah pagi yang begitu panas untuk Bryan dan Aya. Bryan membaringkan tubuhnya di samping Aya setelah gairah puncaknya tercapai.
Sungguh hal yang baru pertama kalinya untuk keduanya. Bryan pun memeluk tubuh lemas istrinya kedalam pelukannya. Lalu sebuah kecupan lembut mendarat di kening Aya.
Sedangkan Aya merasa begitu lemas namun juga merasakan sedikit sakit di bawah sana. Sehingga keduanya pun kembali terlelap dalam kehangatan pagi yang begitu mengesankan.
***
"Tuan, Nona Aya dan Tuan Bryan belum juga kemari. Apakah saya harus memanggil mereka untuk sarapan Tuan?." Ucap perawat yang merawat Hendra.
"Tidak usah, biarkan saja. Saya ingin cepat menggendong cucu," ucap Hendra.
Perawat itu pun mengerti dengan ucapan Hendra. Senyum kecil pun timbul dari sudut bibir Hendra. Ia sudah membayangkan bagaimana nantinya Ia akan menggendong seorang bayi kecil.
Ia sudah tidak sabar bila nanti dirinya akan di panggil kakek oleh calon cucunya.
***
Siang harinya, Bryan terus menatap wajah Aya seraya tersenyum. Disaat melihat pergerakan istrinya yang perlahan mulai terbangun. Bryan masih setia menatap wajah Aya.
"Kau sudah bangun?," Ucapnya saat mata Aya terbuka sempurna.
Aya terlonjak kaget melihat Bryan tersenyum menatapnya. Ingatan tentang kejadian panas beberapa saat sebelumnya membuatnya langsung menutup mulutnya dengan tangannya.
"Yang kita lakukan tadi itu...?."
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Bryan kembali meraup bibir manis istrinya itu. Akhirnya merekapun kembali mengulang kejadian panas yang membuat keringat mereka saling bercucuran meneguk indahnya desiran di antara keduanya.
***