Mencintai seseorang merupakan suatu fitrah yang berasal dari diri sendiri. Bentuk ungkapan kasih sayang terhadap lingkungan, benda maupun antar manusia. Tidak ada yang melarang jika kita mencintai orang lain, namun apa jadinya jika perasaan itu bersemi dan melabuhkan hati kepada seseorang yang sudah memiliki pasangan?
Ameera Chantika, seorang mahasiswa semester akhir berusia 21 tahun harus terjebak cinta segitiga dimana ia menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan rumah tangga. Ia mencintai seorang pria bernama Mark Pieter.
Akibat sebuah kecelakaan, memaksa gadis itu menerima pertanggung jawaban dari Mark seorang pria yang sudah merenggut kesuciannya. Hingga suatu hari Ameera mendapati sebuah kenyataan pahit yang membuatnya harus ikhlas menjadi istri kedua tanpa dicintai suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTEMU BUNDA META
DUA HARI KEMUDIAN
Donny sudah berdiri di depan pintu kayu sebuah rumah minimalis di perkampungan padat penduduk. Pria itu sengaja datang untuk menjemput Ameera. Rencananya Donny, Ameera dan Naomi akan ke rumah Emon memberikan kado ulang tahun sebagai bentuk solidaritas karena selama empat bulan bersama dalam naungan yang sama membuat mereka secara tidak langsung memiliki keterikatan satu sama lain sebagai saudara.
Bekerja dibawah tekanan CEO dingin dan tegas seperti Mark Pieter menjadi momok tersendiri bagi kelima mahasiswa itu, suka dan duka dijalani bersama hingga kini berada dititik, di mana Mark Pieter merasa puas dengan kinerja mereka selama magang di perusahaan.
Mark memberikan kesempatan kepada kelima mahasiswa magang untuk terjun langsung ke dunia kerja, ia tidak ingin mereka berlima tidak memiliki pengalaman setelah menghabiskan masa magang di perusahaan tempat pria itu mencari nafkah. Mark ingin semua mahasiswa mencicipi bagaimana rasanya bekerja secara langsung, menghadapi tekanan besar yang kelak akan dijumpai saat mereka bekerja.
Dan terbukti, kini Ameera beserta teman-temannya memiliki pengalaman dan mental baja untuk menghadapi persaingan dalam dunia kerja sesungguhnya.
Mark memang tipe pria dingin namun ia juga pemimpin yang tegas, selalu menegur bawahannya setiap kali melakukan kesalahan dan itu membuat semua karyawan perusahaan kagum atas kepemimpinan seorang Mark Pieter.
Donny mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
"Assalamu a'laikum," ucap Donny seraya mengetuk-ngetuk benda di depannya.
"Wa'alaikum salam," jawab seseorang dari dalam rumah.
"Iya, cari siapa?"
"Permisi tante, Ameera ada?"
"Ada, nak ini siapa?"
"Saya Donny, teman magang Ameera."
Donny mendekati Bunda Meta dan mencium punggung tangan wanita itu.
Anak muda ini memiliki tata krama baik dan sangat menghormati orang yang lebih tua darinya.
Itulah kesan pertama yang diberikan oleh Bunda Meta. Ia memang bukan dari kalangan orang mampu hingga bisa kuliah diperguruan tinggi yang bisa belajar ilmu psikologi manusia, namun untuk urusan menilai seseorang kemampuannya bisa dikatakan diatas rata-rata. Hanya sekali melirik, ia bisa mengetahui kepribadian seseorang.
"Oh, Ameera ada di dalam. Ia baru saja selesai menjemur pakaian, mari silakan masuk."
Bunda Meta mempersilakan Donny duduk di sofa. Kemudian ia pergi ke kamar Ameera dan membuatkan minuman untuk pria itu.
"Kamu sudah datang?"
Ameera masih mengenakan kaos oblong dan celana pendek selutut, lekuk tubuh gadis itu tercetak dan membuat Donny terkesiap untuk sesaat.
"Takku sangka, Ameera memiliki body yang aduhai."
Donny menggelengkan kepala saat mendapatkan kesadarannya kembali.
"Sial, kenapa aku jadi mesum begini! Dasar iblis, berani-beraninya kamu membisikan kata-kata sesat kepadaku." Maki Donny pada iblis yang bersemayam di dalam dirinya.
"Iya, aku sengaja menjemputmu lebih pagi agar tidak terjebak macet. Tahu sendiri jika akhir pekan jalanan ibu kota seperti lautan kendaraan. Asap knalpot dan suara bising kendaraan akan terdengar saat hari menjelang siang, jadi selagi masih pagi mari kita jalan."
"Kamu tunggu sebentar, aku siap-siap dulu."
Ameera meninggalkan Donny duduk sendirian di sofa tamu, tak lama Bunda Meta keluar dari dapur dan membawakan segelas teh manis hangat dan satu toples kue ringan.
"Diminum dulu nak."
Kini Bunda Meta duduk di kursi di sebelah Donny. Jarak sedekat ini membuat wanita paruh baya itu bisa sangat jelas memandangi wajah tampan teman pria putrinya.
Hidung mancung, kulit kuning langsat, wajah oval, alis tebal dan mata sipit menegaskan bahwa pria ini merupakan keturunan Tionghoa. Mirip aktor Cina di serial drama You're My Glory.
"Teh buatan tante sungguh nikmat," puji Donny setelah mencicipi teh hangat buatan Bunda Meta.
"Terima kasih nak Donny."
Di dalam kamar Ameera sibuk memilih pakaian yang pas untuk dirinya, maklum saja semenjak hamil semua pakaiannya terasa sempit di badan.
"Aku harus membeli pakaian lain agar kehamilanku tidak diketahui teman-teman kantor," gumam gadis itu.
Ia berdiri di depan cermin, mengamati pantulan tubuhnya disana. Memutar badan kesamping dan terakhir mengusap perutnya yang sedikit membuncit.
"Kira-kira jenis kelamin anakku perempuan atau laki-laki?"
"Semoga saja laki-laki. Pasti wajahnya sangat tampan seperti papanya," seulas senyum manis terukir di wajah Ameera.
"Astaga, hampir saja aku melupakan Donny!"
Ameera langsung menghentikan kegiatannya. Ia memasukan ponsel, dompet, kado untuk Emon dan tidak lupa satu tas kain berisi cemilan yang bisa dimakan saat kelaparan.
"Maaf ya Don, menunggu lama."
Lagi-lagi Donny dibuat kagum oleh kecantikan Ameera, semakin hari gadis itu terlihat sangat cantik bahkan aura kecantikannya terpancar secara alami.
Pria itu seperti dihipnotis, kedua mata tidak berkedip dan pikirannya sesaat kosong entah pergi kemana.
"Donny!" Tegur Ameera.
"I-iya Meer, tidak apa-apa," ucap Donny terbata-bata.
"Bunda, Ameera pergi dulu ya. Assalamu a'laikum."
Ameera mencium punggung tangan bundanya, disusul Donny melakukan hal yang sama. Pria itu berpamitan sebelum meninggalkan rumah Ameera.
"Kami pamit dulu tante."
"Hati-hati di jalan. Wa'alaikum salam."
Bunda Meta menatap kepergian putrinya dengan rasa cemas, ia benar-benar takut akan timbul fitnah akibat kedekatan Donny dan Ameera. Para tetangga mengetahui bahwa Ameera adalah istri Mark, jika mereka melihat gadis itu pergi bersama pria lain pasti menimbulkan beberapa pendapat bisa saja diantara para tetangga ada salah satu yang memiliki dendam pada keluarga Ayah Reza dan menebarkan fitnah hingga menyebar luas ke kampung sebelah.
"Bunda berharap tidak akan muncul fitnah jika kamu terus menerus dekat dengan Donny, nak," ucap Bunda Meta sebelum menutup pintu rumah.
Ameera memilih duduk di kursi belakang. Semalam gadis itu merenungi setiap nasihat yang diucapkan Bunda Meta. Semua nasihat yang terucap dari mulut bundanya ada benarnya, biarpun ia hanya istri siri namun statusnya tetap seorang istri yang harus menjaga martabat dan kesucian saat suami tidak ada di rumah.
"Donny, kita jadi kan jemput Naomi?"
Donny melirik ke arah kaca spion, pandangannya masih fokus menatap jalanan. Jalan menuju rumah Ameera banyak aspal yang sudah berlubang dan genangan air di mana-mana, menyebabkan pria itu harus berhati-hati agar tidak terjadi kecelakaan.
"Jadi, kamu tenang saja. Aku sudah memberitahu Naomi bahwa saat ini dalam perjalanan menuju rumahnya."
"Syukurlah," Ameera bernapas lega mendengar jawaban Donny.
"Kamu takut aku membawamu pergi?"
"Siapa bilang? A-aku tidak takut kok."
Bibir Ameera membantah namun dalam hatinya ia mengakui bahwa saat ini ketakutannya telah merajai pikiran gadis itu. Ameera takut Donny akan berbuat macam-macam padanya, apalagi setelah mendapat nasihat dari Bunda Meta membuatnya lebih waspada saat bersama pria asing.
.
.
.
.
.
Jangan lupa likenya kakak, agar author makin rajin update. ❤
"Selamat Menikmati"