Umurnya baru saja sembilan belas tahun, tinggal satu semester lagi akan lulus dari kuliahnya, Stefanie di seret paksa dari asrama kampusnya.
Karena kakaknya melarikan diri, di hari pernikahannya, Stefanie terpaksa jadi pengantin pengganti, menggantikan kakaknya.
Stefanie mencoba berontak, tidak ingin menggantikan kakaknya, menikah dengan pria calon kakak ipar yang belum ia kenal.
Tapi, karena Ibunya mengatakan, hanya sebagai pengganti sementara saja, sebelum kakaknya kembali, Stefanie terpaksa setuju menikah dengan calon kakak Iparnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14.
Stefanie kembali lagi ke rumah Laura, membawa sisa barangnya, dari rumah Ayahnya.
"Kenapa kau tidak tanya pada Papamu, mengenai kesepakatan yang telah di katakan Mama tiri mu, mungkin Papamu bisa menolong mu!" ujar Laura membantu Stefanie, membawa barang temannya itu masuk ke dalam rumahnya.
Stefanie menggeleng, "Papaku lebih mendengarkan apa yang di katakan istrinya itu, ia juga bisa lebih kejam memarahi aku, kalau mengadu padanya!" kata Stefanie, tidak bersemangat untuk bicara dengan Ayahnya.
Laura jadi terdiam mendengar, apa yang di katakan Stefanie, ternyata Ayah Stefanie lebih parah lagi, kalau sudah marah.
"Stefanie sungguh malang hidupmu, keluarga mu satu pun, tidak ada yang peduli padamu!" ujar Laura merasa iba pada Stefanie.
"Aku sudah terbiasa, sejak aku di panggil dari kampung, mereka sudah memperlakukan aku tidak baik!"
"Kalau memang seperti itu, kenapa mereka memanggil mu untuk datang ke ibukota?"
"Semenjak Nenek dan Mamaku meninggal, Papa merasa tidak enak hati membiarkan aku tinggal di kampung seorang diri, dia berinisiatif bertanggung jawab, untuk membiayai sekolahku sampai ke Universitas, karena aku salah satu putrinya juga!"
Laura terdiam mendengar apa yang di katakan Stefanie, ia tidak tahu harus bereaksi apa, mendengar kisah temannya itu, membuat ia merasa sesak dada.
Stefanie sebuah kesalahan, yang dilakukan Ayah Stefanie, Edgar Chloe, kepada Ibu Stefanie.
Suatu malam di sebuah pesta perusahaan, Edgar mabuk berat, dan Ibu Stefanie, Caroline Foster, Sekretaris Edgar Chloe, seperti biasa selalu membantu Bosnya itu, kalau sedang mabuk.
Tapi malam naas itu, Asisten pribadi Edgar, merangkap sopirnya, kebetulan Edgar perintahkan melakukan suatu tugas.
Sehingga Caroline yang membantu Edgar untuk keluar dari pesta, karena Edgar sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
Sungguh kejadian yang tidak di duga, saat Caroline membantu Edgar untuk masuk ke dalam mobil, pria itu tiba-tiba menarik Caroline.
Tentu saja Caroline terkejut bukan main, dan sontak mendorong Edgar, tapi tenaga Edgar yang begitu kuat, membuat Caroline tidak bisa melepaskan diri.
Dan selanjutnya, Edgar melakukan hal yang membuat hidup Caroline hancur, bagaikan masuk ke dalam jurang yang paling dalam, dan tidak berdasar.
Kejadian malam itu, membuat Caroline esok harinya, langsung resign dari pekerjaannya, dan melarikan diri ke kampung.
Edgar Chloe setelah tahu, apa yang di lakukannya pada Caroline, sangat terkejut.
Dan, sementara istri Edgar mengetahui, apa yang telah terjadi antara suaminya itu dengan Sekretaris nya, wanita itu langsung membuat hari-hari Caroline tidak tenang.
Hujatan dan hinaan di lontarkan istri Edgar itu kepada Caroline, mengatakan Caroline wanita penggoda, sengaja merayu suaminya, dan segala macam fitnahan yang tidak berdasar.
Kehidupan Caroline sampai ia melahirkan Stefanie, tidak pernah lagi menginjakkan kakinya ke ibukota.
Hingga Caroline sakit-sakitan, dan meninggal, ia hanya hidup di kampung, membesarkan, serta menyekolahkan Stefanie.
Laura meraih tangan Stefanie, dan menggenggam tangan temannya itu dengan hangat.
"Karena mereka tidak menginginkan mu lagi, jangan khawatir... aku menginginkan mu menjadi sahabat ku, dan kalau kau di ceraikan Tuan kasar itu, kau bisa tinggal dengan ku, oke?" ucap Laura menghibur Stefanie dengan hati yang tulus.
Stefanie tersenyum mendengar kata-kata Laura, yang terasa begitu menyejukkan hatinya.
Stefanie menganggukkan kepalanya, "Baik, terimakasih Laura, aku sangat beruntung bisa menjadi temanmu, aku janji tidak akan merepotkan mu!" kata Stefanie penuh semangat.
Laura tersenyum lebar, mendengar apa yang di katakan Stefanie, membuat ia semakin yakin untuk membantu Stefanie.
Bersambung.....