Berawal dari jebakan berujung menikah paksa. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Satria guru Matematika yang datang setelah mendapatkan ancaman dan secarik kertas dengan bertuliskan alamat. Tak mengira jika kedatangannya ke rumah salah muridnya akan merubah status menjadi menikah. Terlebih murid yang ia nikahi terkenal cantik namun banyak tingkah.
"Ayu!"
"Nama aku Mashayu Rengganis, panggil aku Shayu bukan Ayu! Dasar guru Gamon! Gagal move On!"
Mampukah Satria menghadapi tingkah istrinya?
Dapatkah keduanya melewati masa pengenalan yang terbungkus rapi dalam ikatan pernikahan? Atau menyerah di saat cinta saja enggan hadir di hati keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manis sekali...
Malam ini Satria enggan keluar dari kamar, kepalanya terasa berat dan berulang kali bersin. Dia lebih memilih untuk merebahkan tubuhnya di ranjang dari pada ikut makan malam bersama keluarga. Mungkin karena dua kali kehujanan membuat daya tahan tubuhnya menurun.
"Mudah-mudahan besok pagi mendingan..." Satria memejamkan mata, berharap dengan dia tidur cepat membuat kondisinya kembali membaik.
Mashayu masuk kamar setelah makan malam dengan keluarga barunya. Sempat heran kenapa Satria tidak ikut makan bersama, tetapi dia pikir sang suami sedang sibuk dengan pekerjaannya. Maka dari itu dia pun memberi alasan yang sama saat ditanya oleh Ibu dan Bapak.
"Eh, kok sudah tidur. Tumben, aku pikir lagi sibuk di depan laptop." Mashayu melirik Satria sudah terlelap dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
Shayu menutup pintu kamar dan lanjut masuk kamar mandi untuk cuci muka dan merawat diri karena sudah menjadi rutinitasnya sebelum tidur selalu memoleskan krim malam agar kulit wajahnya senantiasa sehat.
Setelah selesai menyibukkan diri dengan merawat wajah dan berganti pakaian tidur, kini Shayu merebahkan tubuhnya di samping Satria. Namun, tanpa sengaja gadis itu menyenggol lengan Satria membuatnya terjingkat dan segera bangun menatap wajah sang suami.
"Kok panas? Ya kali kompor pindah ke atas kasur," gumam Shayu dengan melirik Satria yang masih begitu nyenyak. "Pegang boleh kali ya." Perlahan Shayu menyentuh lengan Satria lagi. Bola matanya melebar saat merasakan panasnya tubuh Satria.
"Panas, jangan-jangan..." Buru-buru Shayu menyentuh kening Satria dengan punggung tangannya. "Ikh panas banget, ini fiks Pak Gamon sakit!"
Dengan cepat Shayu membangunkan Satria agar makan dan minum obat. Shayu jadi merasa bersalah, terlebih tadi Satria mengejarnya tanpa peduli tubuh yang basah karena kehujanan.
"Pak! Pak! Bangun Pak! Pak Satria..."
"Kinayu... Kinayu... Aku mencintaimu Yu..."
Mashayu terdiam dengan menghela nafas panjang mendengar Satria mengigau dan menyebutkan nama sang mantan terindah yang saat ini sudah menjadi istri orang.
"Ikh dasar Gamon! Sakit-sakit masih saja kepikiran mantan. Begini nich korban bucin, haiyah nasibku..." Mashayu di buat geregetan. Rasanya malas untuk kembali membangunkan jika tidak ingat akan dirinya yang sedang tinggal di rumah mertua. Bisa di cap buruk jika dia tidak bisa menjaga sang suami.
"Bangun Pak! Pak Gamon bangun!" Dengan kasar Shayu menggoyang-goyangkan tubuh Satria hingga pria itu terjaga.
Shayu bersedekap dada saat melihat Satria sudah terbangun. Rasanya ia ingin sekali menyadarkan gurunya itu jika selama ini Satria hanya membuang-buang waktu saja dengan terus memikirkan mantan.
"Shayu," lirih Satria dengan tatapan teduh.
"Untunglah tidak salah menyebut nama, sudah kenyang memimpikan mantan, hhm? Sepertinya memang Bapak butuh obat. Ayo bangun Pak! Saya akan ambilkan makan dan berikan obat amnesia agar Bapak tidak terus memikirkan istri orang!" ucap Shayu pedas.
Satria tidak menjawab ocehan Shayu, dia berusaha bangun dan duduk dengan bersandar bantal yang gadis itu tumpuk di belakang tubuhnya. Meski Shayu kesal dengan Satria tetapi dia tetap mengurus Satria dengan baik.
Shayu segera turun ke dapur untuk mengambilkan makan dan minum. Shayu juga membuatkan teh manis hangat serta meminta obat pereda panas pada Cakra, karena Shayu tidak tau letak dimana tempat kotak obat diletakkan.
"Kenapa?" tanya Cakra setelah membuka pintu kamarnya.
"Obat dimana?"
"Ada di dekat meja makan, di sudut sebelah kanan arah tangga," jawab Cakra mengarahkan.
"Tolong ambilkan bisa? Aku capek naik turun, nanti tubuhku langsing kalo naik turun terus."
Ucapan Shayu membuat Cakra melihat penampilan Shayu dari atas sampai bawah. Shayu mungkin lupa jika kini ia memakai pakaian tidur bertali satu yang panjangnya hanya di atas lutut. Beruntung bagian dada tertutup dengan nampan yang ia pegang. Jika tidak, akan sangat mudah Cakra mengintip isinya.
"Astaghfirullah Shayu! Kamu pakai pakaian modelan begini keluar kamar. Ini kalau Mas Satria tau bisa di penggal leher kamu! Masuk kamar sana! Jangan menggoda ipar, untung aku tau kamu sejak ingusan. Jika tidak, sudah aku makan kamu sekarang juga!" sewot Cakra dengan menutup mata.
"Berani kamu! Aku tendang benda pusakamu sampe pecah! Tolong ambilkan obat untuk Pak Satria, badannya panas! Dan jangan lupa antar ke kamarku ya! Terimakasih adik ipar..." Shayu segera melenggang masuk ke dalam kamar.
Cakra yang membuka sebelah matanya kembali beristighfar saat melihat punggung Shayu melangkah menjauh. Cakra mengelus dada dengan menghela nafas lega melihat tubuh Shayu sudah hilang di balik pintu.
"Mas, modelan kayak begini dianggurin. Kalo tidak mau, lempar ke aku pasti aku tangkap dengan cepat. Sat... Set... Sat ... Set..." Cakra bergerak seperti pesilat sedang menyabetkan pedang. Setelah itu dia segera turun dan mengambilkan obat yang diminta oleh Mashayu.
Satria yang sempat memejamkan mata, kembali membukanya dengan perlahan saat merasakan ada yang duduk di pinggir ranjang. Dia melihat Mashayu duduk dengan memangku nampan yang berisi makanan.
"Minum dulu teh nya Pak!" Shayu memberikan segelas teh hangat yang dia buat tadi kemudian Satria menerimanya dan meminum dengan memejamkan mata sangat rapat.
"Manis sekali..."
Setelah meletakkan kembali teh itu ke samping nakas, Satria melihat penampilan Shayu yang lagi-lagi membuatnya hanya bisa menghela nafas berat. Mungkin jika sudah lama akan terbiasa melihat pemandangan yang demikian. Rasanya memang dia salah telah meremehkan Shayu. Wajah imut tidak menjamin tubuhnya pun ciut.
"Makan Pak! Jangan melamun!"
Satria menerima setiap suapan dari Mashayu. Tubuhnya serasa begitu lemah terlebih kepalanya berat dan ingin sekali kembali rebahan.
"Sudah!"
"Ikh masih banyak ini Pak, dihabiskan biar cepat besar. Nanti nasinya menangis jika Bapak tidak habiskan!" Mashayu kembali menyuapi Satria dan sedikit memaksa sampai makanannya tersisa setengah.
"Sudah Shayu, saya pusing mau tidur."
"Eh... Minum obat dulu! Enak saja langsung tidur. Penyakit kok dipiara, istri dipiara Pak biar makin bahagia," celetuk Shayu yang kemudian meletakkan nampannya di atas nakas. Satria tidak menjawab, dia hanya diam dengan melihat pergerakan Mashayu. Enggan rasanya untuk menanggapi setiap sindiran Mashayu.
Ketukan pintu membuat Satria mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang perlahan terbuka. Dengan cepat Satria menarik tangan Shayu agar kembali duduk dan menutupi tubuh Shayu dengan selimut.
"Ini obatnya Shay!" ucap Cakra yang melihat Shayu kebingungan dibungkus selimut secara tiba-tiba.
"Pak..." Shayu ingin memberontak tetapi gerakannya kalah cepat dengan Satria.
"Diam!" titah Satria dengan menatap tajam, kemudian mengalihkan pandangannya pada Cakra yang berjalan mendekat. "Sini obatnya dan setelah itu cepat keluar!"
Cakra mengulum senyum melihat Shayu yang terdiam kaku kemudian memberikan obat pada Satria. "Ini obatnya, semoga lekas sembuh setelah dirawat oleh istri tercinta, tetapi tidak perlu dibungkus sampai seperti kepompong begitu juga Mas. Aku sudah lihat tadi saat dia memintaku mengambilkan obat." Cakra tersenyum miring dengan wajah jail.
Satria mengusap kasar wajahnya dan kembali melirik ke arah Mashayu. Benar-benar ceroboh sekali istrinya ini, apa dia tidak sadar jika akan membuat adiknya tergoda? Satria pun berharap bapaknya tidak ikut melihat.
"Lain kali aku hukum kamu jika berani keluar dengan memakai pakaian tidur seperti ini!"
asyik juga jalan cerita nya...
bucin gk ad obat
aku mah sampe 40 hari ya suami anteng² aja tuh,,apalagi anak pertma sampe 2 bln dia baru minta krn kasian katanya 🤗