Berjuang dari titik terendah, Gou Long memapak jalannya sendiri di Dunia Kangow.
Dunia Kangow penuh dengan Kultivator-Kultivator yang tamak dan ingin berkuasa.
Pertarungan, perebutan, pelarian, kelicikan lawan dan berbagai macam rintangan lainnya. Pertemuan dengan orang-orang baru, pencarian akan musuh dan pembalasan dendam.
"Aku akan berdiri di Puncak Dunia Persilatan!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KidOO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB — 025
Gou Long yang terlempar akibat hantaman ekor Siluman Ular, masih sempat melindungi organ-organ penting tubuh dengan tenaga dalam. Tubuhnya terlempar dan menabrak pohon besar, kelelahan, udara yang beracun, tenaga dalam yang terkuras, semua itu menyebabkan Gou Long jatuh pingsan.
Manusia memang makhluk yang luar biasa, yang bisa memakan segalanya dan bisa berpikir dengan akal sehat. Manusia memang luar biasa dan makhluk yang kuat juga pantang menyerah, hanya saja titik terlemah manusia itu ketika dia tertidur atau pingsan.
Sama halnya seperti Gou Long, saat ini dia berada pada titik terlemah. Andai seseorang atau binatang buas membunuh Gou Long, saat ini semudah membalikkan telapak tangan.
***
“Long ‘er!”
“Long ‘er!”
“Bangun anakku! Hari sudah siang, apa kau akan terus tidur dan tidak mau membantu Ayahmu yang sedang berkebun di halaman belakang?” Suara Ibunya membangunkan Gou Long di pagi menjelang siang.
Sedikit menguap, mengucek kedua mata Gou long terbangun, di sisi tempat tidur Gou Long terlihat seorang wanita setengah tua, dengan menampilkan sisa-sisa kecantikan masa muda berdiri, tersenyum lembut pada Gou Long.
Dengan sedikit ke malas-malasan, Gou Long bangun dan bangkit dari ranjang yang empuk. Diperhatikan tempat itu, ini adalah rumah di Lembah Gunung Petir. Tergesa-gesa dia berlari ke dapur, melihat wanita yang tadi membangunkannya sedang memasak.
“Ah! Itu Ibu! Itu benar Ibu!” pikir Gou Long, dengan sigap dia berlari dan memeluk Sang Ibu
“Ibu!”
“Ibu masih hidup!” ujar Gou Long, terdengar langsung di telinga wanita paruh baya itu.
“Aih! Anak Long apa yang kau doakan? Kau ini berdoa supaya ibumu cepat mati saja! Kau lagi-lagi berkelakuan aneh, baru bangun tidur langsung berucap hal-hal yang tidak diinginkan.”
“Cuci mukamu sana! Kemudian bantu Ayahmu bercocok tanam di kebun belakang!” perintah wanita paruh baya tersebut.
“Baik Ibu!” patuh Gou Long, dengan cepat dicium pipi sang Ibunda.
Gou Long berlari ke kebun belakang, di situ tampak seorang laki-laki paruh baya tampan dan gagah sedang bercocok tanam, di pojok kebun, telah tersusun rapi dua ikat umbi-umbian yang siap dibawa ke pasar.
“Anak Long! baru sekarang kau bangun, hari sudah hampir siang. Sekarang kau bawa dua karung buah-buahan dan umbi-umbian yang sudah Ayah petik ini ke pasar di Kota terdekat, perkiraan ayah setengah hari perjalanan akan tiba di Kota Xia Yu.”
“Haduh! Sungguh anak muda jaman sekarang bangunnya kesiangan terus! Tidak sadarkah kalau bangun kesiangan rezeki sudah dipatuk ayam!” gerutu sang Ayah, sambil terus bekerja.
“Ini dua keping perak sebagai biaya perjalanan, dan sewa gerobak untuk mempermudah perjalananmu!” lanjut ayah Gou Long, menyerahkan dua keping perak padanya.
Takut dimarahi terus-menerus oleh sang ayah, Gou Long mengambil dua karung goni berisi hasil kebun mereka. Dimasukkan ke dalam gerobak, tidak lupa berpamitan pada ayah bunda. Menarik gerobak, Gou Long bergegas menuruni Lembah Gunung Petir. Ia ingin segera menjual hasil kebun ayahnya.
Di kaki Gunung, Gou Long menyewa gerobak kuda. Menggunakan gerobak kuda, kecepatan perjalanan itu sama persis seperti yang dikatakan ayahnya, hanya setengah hari perjalanan.
Hari sudah magrib, ketika Gou Long tiba di Kota Xia Yu, tepat di depan gerbang Kota, sudah menunggu para pedagang tetap Kota Xia Yu. Para pedagang ini, menampung barang-barang yang dibawa oleh para petani yang beternak dan berkebun di pegunungan sekitar Kota.
Dari kejauhan seorang juragan toko dengan akrab menyapa Gou Long. “Anak Long! Apa yang paman pesan kemarin sudah disiapkan ayahmu?” A Sam bertanya.
Pedagang yang menyapa Gou Long akrab itu bernama A Sam, dialah yang selalu setia memborong setiap barang bawaan Gou Long ke Kota Xia Yu, Gou Long biasa memanggilnya Paman Sam.
Karena hari telah malam, Gou Long terpaksa menginap di rumah Paman Sam, Paman Sam memiliki seorang putri angkat yang sangat cantik bak bidadari, Lan Mei namanya, Lan Mei sudah lama menyukai Gou Long. Malam itu, Gou Long dan Lan Mei berbicara banyak hal.
Kesempatan yang jarang diperoleh oleh Gou Long dan Lan Mei di malam itu dipergunakan dengan sangat baik, mereka saling mengutarakan cinta, Gou Long bahkan berjanji akan meminta ayahnya untuk melamar.
Keesokan pagi, Gou Long kembali ke Lembah Gunung Petir, Gou Long selalu melakukan rutinitas yang sama setiap hari.
Hari-hari yang dilalui, penuh dengan kegembiraan dan tawa bahagia bersama ayah bunda.
Tidak terasa hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, Usia Gou Long saat itu sudah dua puluh satu tahun, dia menepati janjinya untuk melamar dan menikahi Lan Mei yang diterima dengan baik oleh Paman Sam.
Kehidupan Gou Long terus berlanjut dengan kebahagiaan dan kedamaian, ditemani oleh istri yang cantik bagaikan bidadari, melengkapi hidupnya dengan dua orang anak yang cantik dan imut. Toko milik Paman Sam juga sudah maju pesat, semenjak dikelola oleh Gou Long.
Kehidupan Gou Long semakin hari semakin baik, tingkat kekayaan juga sangat melimpah. Tidak terasa perputaran waktu terus berjalan, anak-anak Gou Long yang dulu masih kecil-kecil, sekarang sudah menjadi pemuda-pemudi tampan dan cantik.
Begitulah waktu dengan cepat terus berputar, Gou Long juga terus terbuai dengan kehidupan nyaman tanpa konflik, penuh dengan kebahagiaan. Saat itu, dia sudah menjadi seorang kakek tua, halaman aula rumah ramai dengan cucunya yang berlarian ke sana-kemari dengan ceria.
Istrinya selalu menemani Gou Long dengan setia. Hari itu, usia Gou Long sudah di ujung senja, sekitar delapan puluh tahun, terbata-bata dia berkata pada istrinya. “S-sampaikan p-pada pengurus rumah tangga, agar mengumpulkan semua anggota keluarga di aula utama, aku akan berwasiat sebelum ajal menjemput.”
Setengah jam kemudian, semua anggota keluarga telah berkumpul di aula utama, termasuk ayah dan ibunya yang sudah berusia sangat senja. Saat itu, ayah dan ibu Gou Long telah berusia seratus tahun.
“Baik! Karena semua anggota keluarga telah berkumpul, aku akan langsung menyampaikan wasiat agar bisa kalian dengarkan dengan seksama,” ucap Gou Long dengan terbata-bata.
“Pertama berlaku adil dan saling tolong-menolong lah kalian sesama saudara! Semua kalian memperoleh hak yang sama rata terhadap aset keluarga.”
“Setelah kepergianku, Ibunda kalianlah yang akan mengelola semua harta keluarga. Ibunda kalian masih kuat dan berjiwa muda! Ha ha ha.”
“Khuk!”
“Khuk!”
“Khuk!”
Di usia senja, Gou Long masih bisa tertawa yang kemudian diakhiri dengan batuk-batuk kecil.
“Baik, hanya itu wasiatku! Kuingin kalian mematuhi dengan segenap hati, dan jangan saling memperebutkan harta benda. Ingat! Harta benda tidak akan dibawa mati.”
”Kalian semua boleh kembali dengan aktivitas masing-masing! Saat ini, aku hanya ingin bercakap-cakap dengan ibundaku tercinta.”
Begitulah Gou Long mengakhiri wasiat, anak-anak dan cucu Gou Long segera meninggalkan aula utama, hanya menyisakan Gou Long dengan ibu.
Menarik nafas dan menentramkan hati, aura yang dikeluarkan Gou Long menjadi berbeda, kemudian dia berkata, “Ibunda tercinta! Siapakah engkau sebenarnya? Aku sangat menikmati permainan ini selama hampir delapan puluh tahun, ha ha ha.”
Setiap kata-kata dan nada suara yang dikeluarkan Gou Long sungguh berbeda dengan nada wasiat tadi, nada suara Gou Long kali ini lancar dan jelas, tidak tampak nada bicara dari orang tua yang akan mati pada setiap perkataan.
Terima kasih ini saah satu novel yang baik.
/Facepalm/