NovelToon NovelToon
Jadi Kedua? Hayu!

Jadi Kedua? Hayu!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / CEO / Selingkuh / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Sinopsis:

Zayden Levano, pewaris perusahaan besar, dihadapkan pada permintaan tak terduga dari kakeknya, Abraham Levano. Sang kakek memintanya untuk mencari Elara, seorang gadis yang kini bekerja sebagai wanita penghibur di klub malam. Keluarga Zayden memiliki hutang budi kepada keluarga Elara, dan Abraham percaya bahwa Elara berada dalam bahaya besar karena persaingan bisnis yang kejam.

Permintaan ini semakin rumit ketika Abraham menuntut Zayden untuk menikahi Elara demi melindungi dan menjaga warisan keluarga mereka. Di tengah kebingungan dan pertarungan moralnya, Zayden juga harus menghadapi kenyataan pahit bahwa istrinya, Laura, mengandung anak yang bukan darah dagingnya. Kini, Zayden terjebak antara tanggung jawab keluarga, cinta yang telah retak, dan masa depan seorang gadis yang hidupnya bergantung padanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketegangan Pengantin Baru

Bab 16

Namun, semua bisikan itu seolah tenggelam saat ijab kabul dimulai. Zayden, dengan ketenangannya yang memikat, mengucapkan janji suci itu dengan penuh keyakinan.

 Suaranya dalam, tegas, dan setiap kata yang keluar dari bibirnya seakan menambah daya tariknya di mata para tamu. Elara, yang berdiri di sampingnya, tak bisa menghindari perasaan haru.

"Selamat ya Elara," ucap tamu undangan, tetangga Elara.

"Ih ... Akhirnya aku bisa memelukmu El." Leni begitu rindu pada sahabatnya.

Semenjak Elara ke luar sekolah, karena homeschooling dan mengurus pernikahan, mereka memang sudah jarang sekali bertemu, paling saling sapa lewat telepon saja.

"Bu Nira, rumahnya bisa diperbaiki dong. Secara mantunya kaya raya, hihihi," ucap salah satu tamu lagi, saat bersalaman dengan Ibunya Elara.

Bu Nira selalu menanggapi dengan senyuman saja, setiap basa-basi tetangga yang julid.

Meski pernikahan ini berlangsung begitu cepat, ada sesuatu yang perlahan mengikat hatinya pada Zayden. Ketika tangan mereka bersentuhan, Elara merasakan aliran energi yang sulit dijelaskan, seolah ada magnet kuat yang menarik mereka satu sama lain.

  Setelah ijab kabul yang berlangsung dengan lancar, dilanjutkan dengan acara resepsi.

Acara berjalan singkat namun penuh kehangatan. Para tamu satu per satu menghampiri kedua mempelai, memberikan selamat, pujian, dan doa. Zayden tetap dengan auranya yang sedikit dingin namun karismatik, memberikan senyum tipis saat orang-orang datang menyapanya.

Sementara itu, Elara sibuk menjaga sikapnya agar tetap elegan, meskipun hatinya masih diliputi kegelisahan yang samar. Sesuatu tentang ketidakhadiran Zayden sebelumnya masih mengganjal di benaknya, namun ia berusaha menepisnya untuk saat ini.

"Nak Zayden, kapan-kapan mampir ke rumah ya. Bawa juga orang tuamu. Jika berkenan, ibu ingin bertemu," ucap Bu Nira, sebelum meninggalkan gedung.

"Iya Bu, nanti saya akan atur waktunya," ucap Zayden berusaha seramah mungkin.

***

  Ketika senja mulai menyelimuti gedung pernikahan, acara mulai berangsur selesai. Namun, tepat ketika Elara dan Zayden hendak meninggalkan gedung, sebuah kehadiran yang tak terduga menghentikan langkah mereka. Laura, muncul dengan wajah penuh kemarahan. Wajahnya memerah, matanya tajam menatap Zayden, seolah-olah api kemarahan sedang membara di dalam dirinya.

"ZAYDEN!"

  Para bodyguard mengamankan Laura, sebab masih ada beberapa orang di gedung. Laura hendak berontak, tapi sayang mulutnya dibekap.

  "Bawa Dia ke ruangan," perintah Zayden.

  "E, T-tuan, kasihan Mbak Laura." Elara hendak menahan Zayden, supaya jangan keterlaluan pada istrinya.

  "Diam! Kamu gak tahu apa-apa."

  Zayden menarik Elara, mengikuti jejak para bodyguard. Semua kejadian dibuat seaman mungkin, seakan tidak ada ketegangan yang terjadi. Para petugas catering masih ada di sana. Zayden tidak mau berita ini bocor.

  Di area luar ruangan yang digunakan Zayden untuk meladeni kemarahan Laura, beberapa bodyguard mengamankan situasi, supaya tidak ada orang asing yang berkeliaran di sana. Dan beberapa lagi, di dalam bersama Zayden.

  "Silakan, aku beri kamu waktu." Zayden berkata sambil melingkarkan tangannya pada pinggang Elara.

  Sementara gadis belia yang berbalut gaun pengantin, hanya terbengong melihat apa yang dilakukan Zayden pada istrinya.

  'Dia setega itu pada istrinya. Apa nanti aku juga akan diperlakukan sama? Mana Mbak Laura ini sedang hamil,' ucap Elara dalam hatinya.

  “Kau?! Argh!" Laura berteriak meluapkan emosinya, dia tidak menyangka Zayden setega ini.

  "Jadi ini alasannya, Zayden? Kau benar-benar tega!” lanjut Laura, teriakannya menggema di seluruh ruangan..

  Elara yang berdiri di samping Zayden membeku, seketika perasaan takut dan tak percaya melingkupi dirinya. Laura melangkah mendekat dengan langkah cepat dan penuh amarah, matanya tidak pernah lepas dari Zayden.

Zayden, yang sejak tadi terlihat tenang, kini tampak sedikit ada ketegangan di wajahnya. Namun, seperti biasa, ekspresinya tetap tenang meski suasana di sekelilingnya memanas.

  Elara mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Apa alasan Zayden menikahi dirinya? Dia pikir, ini hanya tentang pernikahan saja. Dia tidak perlu berurusan dengan Laura. Elara hanya butuh biaya hidup dari Zayden. Bagi orang kaya raya seperti Zayden, uang belasan sampai puluhan juta untuk menghidupi keluarga Elara, tidak akan pengaruh. Itu pikir Elara.

  Begitu pun dengan Laura. Elara pikir, istrinya Zayden tidak perlu sampai marah. Dia hanya minta sedikit hartanya Zayden. Tak masalah jika Zayden tak begitu banyak waktu baginya. Dengan niat Elara seperti ini, itu tidak akan menyakiti Laura sebagai istri pertama. Itu pikiran sederhana dari seorang Elara, gadis belia yang belum tahu apa-apa tentang cinta.

  "Kau jahat, Zayden." Laura memukul-mukul dada Zayden.

  Bodyguard yang akan menyingkirkan Laura, dihentikan oleh tangan Zayden yang terangkat.

  "Di mana hatimu? Setidaknya jika tidak melihatku, lihat bayi ini," rintih Laura, emosinya sudah membuatnya lemah.

  Pernikahan yang tadi terasa seperti mimpi indah, kini mulai berubah menjadi mimpi buruk. Pertanyaan-pertanyaan yang tadi hanya berbisik dalam hati Elara kini mulai menggerogoti dirinya lebih dalam. Siapa sebenarnya pria yang baru saja menikahinya ini? Apa tujuan pria ini menikahinya?

 'Aku harus bertahan. Jika ini tentang perjuangan istri sah, aku juga istri sahnya,' batin Elara yang serba bingung.

 Meskipun Elara telah mengetahui sejak awal bahwa Zayden bukan pria yang bebas, kenyataan bahwa Laura berdiri di hadapannya saat ini membuatnya bergeming, jantungnya berdegup keras.

 Laura terlihat begitu berbeda dari apa yang Elara bayangkan. Dengan gaun merah menyala yang mencolok dan wajah yang berapi-api, Laura tampak seperti badai yang siap menghancurkan.

Matanya berkilat penuh amarah dan kebencian, tertuju langsung pada Zayden, seolah Elara bahkan tak ada di ruangan itu. Laura berteriak, menuntut penjelasan, mengeluarkan semua kemarahannya dalam kalimat-kalimat yang memotong udara seperti pisau tajam.

 "Apa maksudmu dengan ini, Zayden? Bagaimana bisa kau menikah di belakangku seperti ini?!" pertanyaan itu seperti terus diulang. Sebelum Zayden memberi penjelasan.

 Suara Laura menggema di gedung yang semakin sepi, memecah keheningan dengan intensitas yang tak terelakkan. Elara merasa tubuhnya menegang, seolah bumi berhenti berputar sejenak. Ia ingin bicara, ingin berkata sesuatu, tapi lidahnya seolah terkunci.

 Ada rasa cemas yang menggerayangi hatinya—rasa takut diabaikan, takut bahwa Zayden akan lebih memprioritaskan menenangkan istrinya daripada dirinya, istri yang baru dinikahi beberapa jam lalu. Apakah Zayden akan meninggalkannya di sini, sendirian, untuk mengurus kekacauan ini?

 Namun, tak disangka, respons Zayden sepenuhnya berbeda dari apa yang Elara bayangkan. Dengan tenang, namun penuh ketegasan, Zayden memanggil para bodyguard-nya, yang berdiri tidak jauh dari situ.

"Bawa dia pergi," ucapnya dingin, tanpa ragu sedikit pun. Suaranya tidak tinggi, tapi begitu tegas, tak meninggalkan ruang untuk perdebatan. Laura terkejut.

 "Apa?!" Laura menoleh dengan ekspresi yang berubah dari kemarahan menjadi ketidakpercayaan. "Kau mengusirku? Zayden, aku istrimu!"

Bersambung...

1
Nur Adam
lnju
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
lnju
Senja Kelabu: Mampir dipunyaku juga, Kak. Genre roman komedi.

SUAMIKU GURU GALAK

mampir ya, Kak
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: thx udah mampir
total 2 replies
Anto D Cotto
.menarik
Anto D Cotto
lanjut, crazy up thor
🐜SixNine: Wah, akhirnya up novel baru, nih🥳
Anto D Cotto: ok, seep 👍👌
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!