Insha dan Hanafi akhirnya melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka sangat bahagia, tentu saja karena Insha sangat mencintai suaminya begitu pula dengan Hanafi. Hari-hari mereka isi dengan canda tawa, cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua nya. Sampai pada suatu hari Insha sangat menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah dan telah ingkar janji terhadapnya. Ya,..Hanafi menikah lagi dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri Salma. Hidupnya bagai neraka dengan derita dan luka yang tiada habisnya. Akankah Insha sanggup menjalani kehidupan berdampingan dengan Salma yang berstatus sebagai istri muda sekaligus kakaknya. yuk..ikuti kelanjutan kisah hidup Insha,jangan lupa vote dan tinggalkan komennya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang larut Malam
Mobil melaju dengan kecepatan yang cukup kencang di jalanan malam yang cukup lenggang.
Di kawal oleh beberapa polisi di bagian depan maupun belakang mobil yang di kendarai Hanafi, membantu menyibakkan keramaian kota di malam hari.
"Tuan.."
sapa Lina dalam keheningan.
"Hmmm..."
jawab Hanafi acuh sambil memejamkan mata bersandar pada kursi mobil.
"Mungkin tuan bisa tidur lebih dulu sambil menunggu kita sampai di perbatasan kota, perjalanan masih memakan waktu yang cukup lama..."
penjelasannya ragu-ragu melirik di kaca spion mobil, melihat wajah Hanafi yang sudah mulai kesal.
"Hmmm..."
Hanafi nampak sudah mulai kesal dengan semua orang yang ada di sekitarnya. Ia tak ingin makin terbawa emosi jika menjawab setiap pertanyaan dari Lina yang pandai berbicara itu. Di tambah lagi ia tak ingin menyakiti hati wanita siapa pun itu.
Kini di fikirannya hanya terdapat Insha..Insha dan Insha.
ahh betapa bodohnya aku..lain kali aku akan membawanya pergi jika aku ada acara sampai larut begini..
setidaknya aku bisa melihat senyumnya setiap saat..
baru sehari saja aku tak melihat wajahnya..kenapa rasanya rindu sekali..
Insha tunggu aku pulang...
Hanafi berkali-kali mengumpat dalam Hati tentang agenda makan malam yang di lakukannya hari ini.
Ia sama sekali tak menikmati makanan apapun disana, semua terasa hambar. Padahal semua makanan yang terhidang disana adalah hasil masakan koki handal yang sangat terkenal di kota B tersebut, yang bahkan kelezatannya sudah terdengar sampai mancanegara.
Di sisi lain, Lina juga nampak tak enak hati ,ia merasa bersalah untuk pertama kalinya ia melihat Hanafi dengan raut muka yang sangat gelisah seperti itu.
sungguh istri dari tuan Hanafi sangat beruntung bisa mendapat suami sepertinya...tuan Hanafi rupanya juga sangat mencintainya..
Lina melirik lagi Hanafi yang sedang terpejam raut mukanya nampak sangat masam, terdengar juga ia bergumam kesal beberapa kali.
baru pertama kali aku melihat tuan Hanafi gelisah seperti ini...
Biasanya memang ketika ada perjamuan makam malam Hanafi tak pernah absen dengan klien mana pun, ia tak pernah pilih-pilih.
Bahkan pernah suatu waktu Hanafi sampai menginap di hotel kota A ketika menghadiri undangan pernikahan kliennya, ia beberapa hari berada disana hanya sekedar untuk berlibur menghabiskan waktu meski pekerjaannya di kantor sedang menumpuk.
Tapi sekarang Hanafi sudah sangat membenci makan malam, bahkan para petinggi negara maupun klien ya hadir pun Hanafi acuhkan begitu saja.
Tak terasa kawalan mobil polisi menghilang saat sudah memasuki area pinggiran kota. Kini tinggal mobil Hanafi menyibak jalanan menuju rumahnya yang nampak sudah berkabut menutupi sedikit jarak pandang lampu sorot mobil.
23:35 jam tangan digital Hanafi menunjukkan angka. Gerbang sudah terbuka sebelum mobil sampai di rumah utama. Saat memasuki pos penjagaan terlihat pak Sardi dan pak Tono yang masih terjaga, nampak di bilik posnya 2 buah kopi yang masih mengepul dan 1 papan catur yang tergeletak di tinggal oleh para pemainnya.
Kedua orang itu mengangguk saat mobil yang membawa Hanafi memasuki gerbang, Hanafi membuka sedikit kaca jendelanya.
"Tutup gerbangnya.."
"Baik tuan"
serentak mereka menjawab bersamaan,lalu segera menutup gerbang besi tersebut.
Tutup..kenapa di tutup..Reno
gerbang di tutup lalu bagaimana dengan kami tuan..Lina
baru saja mereka berdua bertanya dalam hati kenapa tuannya menyuruh untuk menutup gerbang beberapa detik kemudian Hanafi membuka suara lagi.
"Kalian berdua tidurlah di rumah belakang, nanti akan ada yang membantu kalian untuk menyiapkan kamar.."
sambil mengendorkan dasi yang di pakainya, lalu berkata lagi.
"Ini sudah terlalu larut, jalanan juga sepi lebih baik jika kalian bermalam disini.."
"Baik tuan..terimakasih.."
jawab mereka berdua yang hampir bersamaan.
syukurlah aku bisa beristirahat setelah ini di rumah tuan Hanafi..huuh rasanya punggungku sangat kaku..Reno
Sepanjang perjalanan tadi Reno menyetir dengan tidak tenang karna dia ketakutan melihat wajah tuannya yang tak seperti biasanya itu. Bahkan sesekali tangannya kedapatan gemetar menahan takut jika tuannya menyuruh menambah lagi kecepatannya.
untuk pertama kalinya aku di ijinkan tidur di rumah tuan hanafi..ya walaupun tadi beliau mengatakan rumah belakang..untung saja aku sudah siap sedia dengan baju ganti di dalam tas ku..Lina
Belum benar-benar behenti, Hanafi sudah keluar dari mobilnya, biasanya dia menunggu Reno membukakannya.
Kini Reno yang terperanjak karna mendapati Hanafi sudah keluar sebelum dirinya.
astaga bahkan mobil saja belum benar-benar berhenti..sebenarnya kenapa sih tuan Hanafi ini..cinta memang bisa merubah segalanya..
Hanafi berjalan cepat menuju pintu rumah utama yang sudah terbuka, ada mbak Risna dan mbak Fatimah disana yang selalu menyambut kedatangannya.
"Dimana Insha.."
dengan tergesa-gesa dan wajah terlihat panik.
"Nona sudah di kamar den.."
jawab Risna juga dengan kebingungan melihat wajah tuannya yang gelisah itu.
"Apa dia tadi menunggu ku.."
"Iya den nona Insha tadi menunggu anda, tapi karna sudah larut beliau memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya..menunggu aden disana.."
jawab Fatimah memastikan.
"Apa dia sudah tidur.."
"Saya kurang tau den..tapi sepertinya sudah.."
"Hmm..ya sudah..terimakasih sudah menjaganya .."
"Tentu saja den.."
Hanafi sudah mau beranjak menuju kamarnya, sedangkan di belakangnya kini sudah berdiri Reno dengan membawa tas kerja Hanafi, juga Lina yang sudah nampak lesu setelah seharian bekerja mendampingi Hanafi.
"Apa aden gak makan dulu..kami sudah menyiapkan makan malam buat aden.."
"Aku kenyang.."
jawabnya acuh dan terus berjalan menuju ke arah kamarnya, tapi kemudian meneruskan kalimatnya lagi.
"Kalian bisa memakannya, aku sudah tidak berselera.."
Lalu hilang di balik tangga.
Reno pun membawa tas kerja Hanafi ke lantai atas dan menaruhnya di ruang kerja, lalu kembali ke bawah. Mereka pun menyantap hidangan makan malam bersama-sama sesuai perintah Hanafi, tak luput juga pak Sardi dan pak Tono beberapa makanan juga di antarkan ke pos penjagaan mereka.
Setelah itu Reno dan Lina pergi ke rumah belakang untuk beristirahat di iringi dengan mbak Fatimah dan juga Risna yang menemaninya.
**
jeglek..
suara pintu pelan di buka.
*Hmm...benar rupanya dia sudah tidur..sungguh aku merindukanmu Insha..
Ntah kenapa hari ini kau terlihat cantik sekali meski sedang tertidur*..
Pelan Hanafi berlalu dan masuk ke dalam kamar mandi, ia membersihkan tubuhnya setelah seharian berada di luar rumah.
Di dalam kamar mandi dia masih saja mengumpati perjamuan makan malam tadi, karnanya ia jadi pulang terlambat di hari pertamanya bekerja.
Hanafi pun selesai, dia keluar dari kamar mandi sudah dengan baju tidurnya dan memegang handuk kecil dan mengusap-usap rambutnya yang masih basah.
Ia memandang tubuhnya di depan cermin
Insha sangat menyukaiku dengan rambut yang berantakan seperti ini..
Senyumnya tiba-tiba merekah, memorinya kembali mengingat saat Insha bergelayut manja di lehernya dan memuji ketampanan dirinya dengan rambut basahnya.
Hanafi pun urung menyisir rambutnya dibiarkan acak-acakan begitu saja. Dengan rambut yang setengah basah ia merebahkan dirinya pelan di samping Istrinya.
"Maafkan aku Insha..kau pasti telah menunggu lama..tidurlah sayang..semoga kau memimpi kanku malam ini.."
bergumam pelan, menyeringai tipis lalu kecupan lembut mendarat di kedua pipi, kening dan bibir mungilnya.
Insha hanya menggeliat pelan dan malah memutar tubuhnya kini menghadap suaminya.
Hanafi pun malah terkikik pelan dan menyelimuti Insha serta memeluknya erat.
Dalam sekejab Hanafi pun ikut terlelap sambil terus mendekap Insha dalam pelukannya.
Bersambung..
😡😡😡
Dari omongan Salma, apakah mungkin Pras cinta sama Insha???
Terus kenapa bisa mencintai Salma juga?!
MEMBINGUNGKAN!!!
😡😡😡
Hanafi dengan dalih demi kebaikan insha, menuruti hawa nafsu menikah dengan salma, berhubungan dengan Salma
sayang banget ya, karma buat Salma langsung dibuat meninggal, harusnya sengsara dulu di dunia.