Kematian yang menyedihkan kembali membawanya hidup dalam sosok yang lain. membalaskan dendam yang belum usai kepada orang-orang yang sudah menyakitinya tanpa ampun. Penderitaan yang ditanggung begitu besar, hingga bernapas rasanya menyakitkan.
Namun, itu dulu. Kini ia kembali dengan penampilan yang baru. Kelemahan terbesarnya kini telah musnah. Semua yang dulu menganggapnya sampah akan dia singkirkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hairunnisa Ys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya
Dokter telah berjuang menyelamatkan mereka berdua selama lima jam. Operasinya berjalan lancar meski sempat terjadi kesalahan kecil yang tidak diprediksi. Keluarga Andri dan keluarga Ramlan sedang berkumpul di depan ruang operasi. Terlihat Aksa yang tidak bisa duduk dengan tenang. Lampu yang tadi berwarna merah kini sudah berubah menjadi hijau. Menandakan bahwa operasi sudah selesai dan seorang dokter keluar dari ruangan tersebut dengan sebuah senyuman.
"Bagaimana keadaan anak saya dokter?" tanya Andri yang diliputi kekhawatiran.
"Alhamdulillah operasinya berjalan lancar Pak. Kami akan segera memindahkan pasien ke ruang rawat inap," terang dokter tersebut tersenyum dan berlalu kembali masuk ke ruangan operasi.
Mereka semua yang mendengarnya pun mengucap penuh syukur.
Di ruang lainnya keadaan Saira memburuk. Detak jantungnya mulai melemah.
"Selamat tinggal suamiku." air mata mengalir dari kedua sudut matanya.
Izora sudah siuman beberapa jam yang lalu, begitu dia sadar ia melihat banyak sekali keluarga yang menjenguknya. Namun, ada sesuatu yang membuat hatinya resah saat ini. Ia tidak melihat kehadiran Saira sama sekali.
Entah kenapa Izora merasa sangat merindukan adiknya.
"Ma, di mana Saira?" tanyanya khawatir. Ada perasaan khawatir menyeruak ke dalam hatinya. Sepanjang hidupnya, semenjak kejadian tahun lalu, ia menjaga jarak dengan Saira bahkan tidak mau ambil pusing mengenai adik kecilnya.
"Loh bukannya dia bersama kita tadi," ujar Ayahnya santai.
"Mungkin dia sudah pulang ke rumah," jawab Aksa cuek.
"Aksa, bisakah kamu mengeceknya, entah kenapa firasatku tidak enak." ucapnya lemah sambil memohon.
"Sudahlah sayang, dia pasti di rumah, lagian ngapain cari dia sih," ucap mamanya dengan tegas.
"Aku bermimpi Saira pergi jauh meninggalkan kita semua," ucap Izora hampir menangis. Sontak keluarga mereka tersentak mendengar penuturan gadis itu termasuk Aksa.
"Pa, tadi Saira sempat meminta pelukan terakhir kan. Papa." Wawa juga mulai merasa khawatir. Apalagi Saira bersikap sangat aneh, bahkan ucapannya juga aneh.
"Papa, gimana ini?" tanya Wawa hampir menangis.
"Sudahlah, Ma. palingan dia ada di rumah."
"Kalau gitu biar Aksa cek ya Pa, Ma."
Tak mau membuat kekasihnya sedih sekaligus untuk membuktikan kecemasannya tidak nyata. Akhirnya Aksa pulang untuk mengecek Saira. Ia sudah sampai di rumahnya yang tampak sepi. Terlihat ruang tamu yang tampak gelap.
Kemana dia? batinnya. Ia segera menuju kamar istrinya. Terlihat bersih dan rapi seperti tidak ada penghuni di sana. Matanya menyusuri ruangan sekitar yang tampak sederhana dengan ranjang kecil dan satu buah lemari dua pintu. Matanya tertuju pada sepucuk surat yang diselipkan di sela-sela buku. Ia menggambil surat tersebut dan mulai membacanya. Seketika surat itu terjatuh begitu saja. Inikah firasat yang dirasakan oleh Izora, Ada perasaan sesak melingkupi hatinya. Air matanya berhasil lolos. Ia menangis menyadari sikapnya selama dua tahun ini sangat buruk pada istrinya.
"Dia sudah pergi!" Inikan yang aku mau, tapi mengapa rasanya begitu menyakitkan."
Tiiiiiittttttt........
Dokter berlari menuju sebuah ruangan tempat Saira dirawat. Detak jantungnya sempat berhenti. Untungnya dokter yang merawatnya melakukan hal yang tepat dengan memberinya kejut jantung.
"Syukurlah detak jantungnya kembali bekerja. Pantau terus kondisinya jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan."
"Baik, dok."
Beberapa suster terlihat sedang memeriksa peralatan Saira sebelum akhirnya berlalu bersama sang dokter.
"dok, kondisi pasien benar-benar sangat kritis."
Seorang suster menghampiri dokter tersebut sambil menunjukkan sesuatu.
"Pasien mengalami gagal ginjal kronis dan sudah parah. Artinya untuk sekarang pasien butuh donor ginjal."
Dokter tersebut terlihat menghela napas. Pasien yang sedang ia tangani juga mengalami hal serupa dengan pasiennya beberapa tempo yang lalu.
"Segera carikan donornya lalu kabari juga keluarga pasien untuk ikut mencari."
"Baik, dok."Suster tersebut pergi dengan tergesa-gesa.
Air mata menetes dari kedua kelopak matanya yang tertutup. Emosi yang ia rasakan terlihat sangat besar. Seorang suster masuk untuk pemeriksaan rutin. Matanya terpaku pada air mata yang mengalir deras tanpa henti.
kenapa jadi abu-abu 🤔
cuiiiiiihhh 🖕🖕
apa itu masuk ya Thor🤔
cuuiiiiiiihhhh 🖕🖕🖕🖕🖕