Nadia, memergoki sang suami sedang bercinta dengan sekretarisnya sendiri, di ruangan khusus kantor pria itu.
Nadia, yang ingin memberi kabar kehamilannya kepada Dygta, justru di kejutkan dengan kenyataan yang menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Nadia berlari tanpa memperdulikan klakson kendaraan, hingga sebuah sedan menabraknya.
Nadia terbangun di rumah sakit dan kehilangan janinnya.
Buruknya lagi, Dygta langsung menceraikannya saat itu juga.
Merasa tak ada pegangan dan kalut, Nadia mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan layang.
Beruntung, seorang pria pemilik perusahaan yang juga seorang ketua mafia menyelamatkannya.
"Hargai hidupmu. Hiduplah untuk membalas mereka yang telah menyakitimu!" ucap Leonardo De Xarberg.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#11. KIYD.
Sepulangnya dari perusahaan Leo, Dygta terus mencengkeram rambutnya dari kedua sisi. Pria itu mampir sebentar untuk mengambil beberapa berkas kerumah mewah peninggalan sang papa yang juga di tempati oleh ibunya.
Hanya sebentar, setelahnya ia akan pergi lagi menuju apartemennya.
Kediaman mewah yang khusus ia beli, untuk menyembunyikan hubungan dengan Clara.
Ia sudah tidak sanggup bertahan lebih lama lagi. Otak nya sudah di penuhi oleh dengan pertautan gelora penuh gairah dengan Nadia.
Melihat penampilan mantan istrinya itu yang begitu mempesona dan bersinar membuat Dygta sedikit menyesal. Ternyata batu yang ia buang ternyata adalah berlian.
"Kenapa aku bisa terprovokasi untuk melepaskan Nadia. Sial!" Dygta terus mengumpat di bawah guyuran air shower di kamar mandi.
"Sial! Bahkan, meniduri Clara setiap hari pun, masih membuat kepala ku pusing."
"Sial kau Nadia!!"
Tak lama kemudian Dygta keluar, di lihatnya layar ponsel yang tergeletak di atas kasurnya terus menyala.
"Halo, Honey, aku sudah pulang dari kantor dan di apartemen sekarang," ucap Clara dengan nada menggoda.
"Baiklah, aku sangat membutuhkanmu Clara. Aku akan datang menemuimu. Maka, bersiaplah!" Dygta pun menutup telepon dan tersenyum penuh arti.
"Aku harus menghilangkan rasa tak karuan di seluruh tubuhku ini dengan Clara."
Dygta mengenakan pakaiannya lalu menyambar kunci mobilnya.
"Kau sudah mau pergi lagi?" tanya Bu Filma yang merupakan orangtua dari Dygta.
"Iya, Bu. Aku sibuk," jawab Dygta singkat seraya berlalu.
Wanita paruh baya itu hanya bisa menatap punggung putranya nanar.
Kediamannya yang mewah ini sepi sekarang. Tak ada lagi teman bicara. Satu-satunya teman yang bisa ia ajak bicara dan biasanya ia tindas telah ia lempar keluar dari rumah ini bahkan tanpa membawa sepeser pun hak-haknya.
Filma, menarik napas dalam.
"Aku harus segera meminta Dygta agar gegas menikah lagi. Aku ingin, rumah ini berisikan anggota keluarga yang akan memuja dan meratukanku," monolog Filma dengan seringai di wajahnya yang masih terlihat cantik namun sinis.
Di apartemen Dygta.
"Sial! Kenapa seleraku tiba-tiba hilang!" rutuk Dygta di dalam hatinya.
Padahal wanita yang sejak tadi bermain di atasnya sudah sibuk menjelajahi tubuhnya hingga meracau tak jelas.
"Turunlah, aku harus pergi!" Dygta mendorong tubuh seksi itu hingga terpisah dari penyatuan mereka.
Clara pun bingung di buatnya, padahal sudah hampir dua jam dia bermain. Bahkan hampir semua cara sudah diperbuatnya.
Dygta tak menggubris panggilan Clara. Pria itu pergi dengan wajah yang sulit untuk di artikan.
"Lelaki itu, kenapa akhir-akhir ini susah untuk kupuaskan. Bagaimana kalau ia berpaling? Ah tidak! Aku tidak akan melepaskan tubuh dan uangmu yang lezat itu Dygta." Clara pun tersenyum licik kemudian tertawa jahat.
Sungguh, Dygta tak bisa mengalihkan pikirannya dari fantasi liarnya bersama dengan mantan istrinya itu. Pria itu terus mengingat bagaimana lezat dan gurihnya tubuh Nadia. Apalagi, sekarang wanita itu menjadi begitu cantik dan bersinar.
"Kenapa aku buta. Tidak bisa melihat bahwa kau lebih cantik dari Clara," umpat Dygta pada dirinya sendiri.
Hingga pria itu sampai di klub malam dan mencoba pada beberapa wanita. Akan tetapi, masih belum ada yang bisa membuatnya terpuaskan.
"Nadia!!"
Dygta berteriak setelahnya pria itu tak sadarkan diri karena telah mabuk.
Keesokan harinya.
Di perusahaan RAJASA Corporindo.
Tuk. Tuk. Tuk.
Ketukan teratur terdengar ketika lantai marmer itu beradu dengan ujung high heels.
Di mana mereka menjadi alas dari sepasang kaki jenjang nan mulus. Menyempurnakan langkah seorang wanita pintar dan energik.
" Selamat datang Nona Nadia Elvina, Dewan direksi dan pemegang saham kedua terbesar di perusahaan ini. Jabatan anda lebih tinggi dari direktur, namun anda tak perlu bekerja, hanya mengawasi dan sesekali ikut rapat bersama kami, jelas salah satu staff.
"Berkat bantuan anda menanamkan investasi di perusahaan ini. Semoga kedepannya perusahaan Rajasa semakin berkembang dan maju." Dygta menimpali sambutan hingga tepuk tangan menggema di ruangan itu.
Para dewan direksi yang telah berbaris dan duduk berhadapan. Serentak menundukkan kepala mereka.
"Kau begitu luar biasa Nadia." Dygta menyunggingkan senyum penuh arti.
"Ternyata di hormati orang rasanya itu begini. Menjadi bagian teratas, kemudian semua mata memandangmu dengan takjub. Bagaimana jika kalian semua tau, siapa aku sebelumnya," batin Nadia, dengan senyum ala kadarnya ketika ia telah duduk di kursi kebesarannya.
Selesai acara pelantikan, Nadia tengah asik berbincang dengan asistennya Blue.
Pria itu bukan hanya sebatas asisten namun juga pengawal pribadi Nadia.
Tak lama kemudian, Dygta merangsek masuk kedalam ruangan.
Blue ingin maju dan menghadang, tapi Nadia memberi isyarat agar pria itu meninggalkan mereka. "Jika ada wanita yang masuk kedalam ruangan ini biarkan saja," ucap Nadia dengan seringai yang tak di sadari oleh siapapun. Karena wajah itu tetap nampak cantik dan elegan.
"Maaf, Bu Nadia. Bisakah kita bicara berdua saja," ucap Dygta memulai pembicaraan.
"Kau pergilah, saya akan memanggilmu nanti," titah Nadia pada sang asisten.
"Baik Bu!" asisten Blue pun mengundurkan diri, setelah ia melirik sinis pada Dygta.
Pria berambut klimis itu berjalan santai keluar dari ruangan meeting.
"Apa yang ingin kau bahas. Apakah pekerjaan? Jika iya sebaiknya kau ke kantorku saja,"
timpal Nadia.
" Apa saja Nadia, masa lalu mungkin atau masa depan," jawab Dygta ambigu.
"Aku tidak ingin berbasa-basi dengan menanyakan kabarmu. Karena yang kulihat sekarang, kau sangat luar biasa," puji pria itu dengan tatapan liarnya.
"Aku juga tidak suka basa-basi. Jadi, hentikan gerakan matamu atau aku akan mencongkelnya keluar dan kumasukkan kedalam aquarium itu," tunjuk Nadia seraya mengarahkan jarinya ke salah satu sudut ruangan.
Dygta tergelak meremehkan ketika Nadia mengancamnya, lalu ia berkata. "Baiklah, to the point saja. Aku sangat terharu, karena kau begitu mencintaiku. Aku tidak tau bagaimana cara kau melakukannya, ah maksudku sampai kau mencari uang sebegitu banyak untuk kembali membantu perusahaan ini. Sungguh, aku sangat menghargai ini semua." Dygta semakin mendekati Nadia yang masih duduk santai di kursi kebesarannya.
Pria itu begitu percaya diri dengan segala spekulasi yang berkembang di otaknya yang hanya berisikan hal tak senonoh.
" Berhenti di situ, dan hentikan omong kosongmu!" bantah Nadia, seketika menghentikan langkah kaki Dygta.
"Aku sangat merindukanmu." Dygta tetap bersikeras maju dan justru dengan berani meraih jemari lentik Nadia yang berada di atas meja, sambil terus menatap mata indah milik Nadia yang terbuka lebar.
"Singkirkan tangan kotormu dariku!" ketus Nadia.
"Aku bahkan meninggalkan Clara demi menemui mu." Dygta tak menggubrisnya, pria itu justru mendekatkan punggung tangan Nadia dan berniat mengecupnya.
Akan tetapi, Nadia langsung menepisnya kasar.
"Jangan terlalu percaya diri. Kau akan kecewa jika yang kau dapatkan nanti tidak sesuai dengan ekspektasi." Nadia sontak berdiri dan mulai melangkah perlahan menjauhi pria di hadapannya.
Dygta yang melihat cara jalan anggun dan gaya elegan dari mantan istrinya itu, sontak menelan ludahnya kasar.
Isi kepalanya penuh dengan imajinasi liar yang belum kesampaian. Bayangan akan isi raga molek nan indah yang terbungkus rapat pakaian kerja yang modis dan girly itu, menyulut kembali hasrat lelakinya.
Dygta menahan geramnya, ingin sekali ia menerkam wanita yang tengah berlagak di hadapannya saat ini.
"Heh, aku tak peduli bagaimana cara kau mengenal pria arogan itu, yang pasti kita bisa bertemu lagi sekarang. Mungkin, kau dan aku bisa mengadakan janji temu untuk menuntaskan gairah yang belum terselesaikan." Dygta mengulurkan tangannya untuk menggapai dagu Nadia, dengan tatapan liar yang seakan menelanjangi wanita di hadapannya itu.
PLAK!
Nadia menepis tangan itu kencang dan keras, sebelum sampai menyentuhnya. Nadia mengacungkan telunjuknya mengarahkan ke depan wajah Dygta dengan geram amarah yang di tahannya.
"Jangan berani menyentuhku atau kupatahkan jari-jarimu itu!"
...Bersambung ...
sok suka sendiri klo keluar .. ntar yang salah black pula ...
mantan lakinya jg .. masih aja sok dekat .. otaknya sudah rusak
di pantai saat penyerangan aja waktu itu gak bisa ngapa-ngapain..
skrg kebanyakan gaya mau keluar ..
Guys sekalian aku mau promosi karya ku yah hehe JUDULNYA Burning love (Candra & Ayana)