Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Tandem
"Hadiahnya variatif, Kar. Tiap tahun beda-beda setahuku. Kalau gak salah tahun kemarin itu hadiahnya yang aku tahu dari senior berupa uang sepuluh juta rupiah, ada juga liburan ke luar negeri dan masih banyak yang lain."
"Wah, banyak banget ya Res."
"Namanya juga dunia pelayanan itu dinamis, Kar. Tiap tahun zaman akan berubah. Semakin canggih sebuah teknologi dan perusahaan makin berkembang, otomatis pemasukan mereka juga makin meningkat. Bagian layanan itu kan garda terdepan di perusahaan jasa telekomunikasi seperti ini. Jadi lomba itu salah satu bentuk apresiasi pihak pusat pada orang-orang di bagian layanan. Justru yang kerja di sini bagian HRD, admin, pokoknya selain layanan, gak ada lomba-lomba begini."
"Oh, begitu."
Tiba-tiba...
"Eh, bentar Kar. Hpku getar kayaknya ada WA masuk," ucap Resti seraya mengeluarkan ponselnya dari saku jaketnya.
"Loh, Res. Kok hpmu gak di loker?" tanya Sekar lirih dengan mimik wajah yang terkejut melihat sahabatnya itu mengeluarkan ponsel sejuta umat merek ternama dari sakunya.
"Gak masalah selama tak ada sidak. Jangan dideringkan suara ponsel kita. Lagi pula jarang dilakukan sidak harian sama team leader yang bertugas. Aku buka hp kalau pas senggang saja. Ya, siapa tahu ada kabar penting dari pacar atau keluarga. Senior di sini juga melakukan hal yang sama kok. Yang penting hpmu jangan kau taruh di atas meja kerja. Hehe..."
"Aku takut, Res. Apalagi aku masih belum jadi karyawan kontrak kayak kamu,"
"Ya itu hanya saran saja, Kar. Terserah kalau mau dilakukan apa gak. Bandel dikit gak apa-apa, Kar. Toh bandel kita masih yang wajar-wajar saja,"
Akhirnya Resti mengantarkan Sekar untuk izin pada team leader yang sedang bertugas bahwa akan melakukan tandem bersama senior yang pernah menjadi best agent.
Tandem digunakan untuk menggambarkan banyak hal yang melibatkan penyambungan satu objek ke objek serupa lainnya di belakangnya. Biasanya digunakan untuk pendampingan atau kerja sama dalam mencapai tujuan yang sama.
Setelah izin didapatkan, Resti mengambil headset lain yang tersedia di lemari khusus. Kemudian Resti menggabungkan kabel di headset yang akan digunakan oleh Sekar pada headset senior best agent yang sedang mengudara bernama Fina.
Sekar terus mengamati hal-hal yang dilakukan Resti tersebut. Sebelum mengudara, Sekar berkenalan dengan senior tersebut. Resti memasangkan headset pada bagian kepala Sekar.
"Nah, sekarang kamu tandem dulu sama Mbak Fina. Selama percakapan dengan pelanggan berlangsung, kamu jangan berbicara. Biarkan Mbak Fina yang bersuara," ucap Resti.
"Oke, Res. Makasih ya,"
"Sama-sama. Nanti kamu tandem bisa setengah jam atau satu jam sama Mbak Fina. Jangan lupa kalau selesai, tuh headset dikembalikan ke team leader di depan sana. Aku cabut dulu ya," ucap Resti seraya berpamitan pada Sekar.
"Beres, Res."
Setelah Resti pergi, Sekar tengah fokus melihat dan mendengarkan Mbak Fina online menghandle pelanggan. Kecepatan otak, kecepatan tangan dalam mencari panduan solusi yang sesuai dengan kasus pelanggan, serta gaya Mbak Fina mengudara, semua terekam jelas di memori Sekar.
Ada beberapa ilmu baru yang berhasil ia serap dari pengalaman tandem bersama Mbak Fina. Tak lupa Sekar mengucapkan banyak terima kasih karena Mbak Fina sudi berbagi ilmu padanya agar lebih efisien dalam menghandle pelanggan.
☘️☘️
Setibanya di rumah, Sekar melihat kedua orang tuanya berpakaian rapi sepertinya hendak bepergian.
"Ayah-ibu mau ke mana?" tanya Sekar.
"Kita mau pergi ke rumah sakit, Nduk. Jenguk ibunya Yuni katanya masuk ICU," jawab Pak Tresno.
"Sekar pengin ikut cuma masih bau dan belum siap-siap,"
"Gak perlu, Nduk. Kamu di rumah saja gak apa-apa. Apalagi kamu pasti masih capek habis pulang kerja. Lagi pula ibunya Yuni di ICU juga tidak bisa dijenguk banyak orang," ucap Pak Tresno.
"Kamu jaga rumah saja sambil jagain Dinda. Dia lagi tidur di kamarnya," sahut Bu Nanik.
"Iya, Bu."
Akhirnya kedua orang tuanya berangkat naik motor menuju rumah sakit tempat ibu kandung Yuni dirawat. Sekar memutuskan masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju dan bersiap mandi sore. Tak berselang lama, Sekar mendengar suara pintu utama rumahnya dibuka oleh seseorang.
Sekar memutuskan keluar kamar untuk melihat siapa yang datang.
"Loh, Bang Fajar-Mbak Yuni kok pulang?"
"Memangnya kenapa? Apa aku gak boleh pulang ke rumah ini lagi?!" sungut Yuni seraya menatap tajam ke arah Sekar.
"Maaf, Mbak. Bukan maksudku begitu. Aku pikir Mbak Yuni dan Bang Fajar masih di rumah sakit. Soalnya ayah sama ibu beberapa menit yang lalu berangkat ke rumah sakit mau jenguk ibunya Mbak Yuni,"
"Aku pulang, soalnya pusing tau!" pekik Yuni seraya mendaratkan b0kongnya secara kasar di kursi ruang tamu.
Fajar memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya mengecek keadaan Dinda. Fajar takut Dinda rewel atau sakit. Faktanya, tidak seperti ketakutan Fajar. Justru putrinya itu tengah tertidur pulas di kamar dalam kondisi baik-baik saja.
"Apa perlu Sekar ambilkan obat pusing?"
"Gak perlu!" tolak Yuni. Pusingku cuma bisa sembuh dengan uang bukan obat!" sambungnya.
"Ya sudah kalau begitu. Aku pamit dulu mau mandi, Mbak."
"Hem,"
Sekar sengaja tak menanggapi ucapan Yuni barusan yang seakan butuh uang dan mengharapkan dirinya sebagai adik ipar untuk membantunya.
Sekar sudah masuk ke dalam kamar mandi yang ada di belakang dekat area dapur.
"Kira-kira di kamar Sekar, dia masih nyimpen uang atau emas gak ya?" batin Yuni seraya tersenyum menyeringai.
Setelah melihat kondisi aman, Yuni memutuskan bangkit dari tempat duduknya dan perlahan melangkah untuk menuju ke kamar Sekar yang kebetulan sedang tidak dikunci.
Bersambung...
🍁🍁🍁
cintanya emang pollllllllllllllll
Sekar pelan² sajaaaaaaa
dihhh si yuni ga di beliin oleh" ko sewot, dasar ipar ga da ahlak