NovelToon NovelToon
La' Grande

La' Grande

Status: tamat
Genre:Tamat / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Shan_Neen

Seorang penulis pemula yang terjebak di dalam cerita buatannya sendiri. Dia terseret oleh alur cerita yang dibuatnya, bahkan plot twist yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Penasaran kelanjutan cerita ini? Ikuti lah kisah selengkapnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

“Benar. Di sana sangat menyenangkan sejak dulu,” ucap seorang gadis berambut pendek.

Dia terlihat tengah berbincang dengan pria yang ada di sebuah toko bunga dengan sangat akrab.

“Apa ibu masih sakit?” tanya pria tersebut.

“Datanglah kapan-kapan. Ibu pasti senang melihat Kakak,” sahut gadis tadi.

Mereka terus berbincang tanpa menyadari kehadiran seseorang di sana.

“Julia,” panggil seseorang yang tak lain adalah Marlin.

Gadis berambut pendek itu pun seketika menoleh dan mendapati temannya sudah berdiri di belakang.

“Marlin, kau...,” ucap Julai terpotong.

Aiden menepuk punggung tangan gadis itu, seolah memintanya untuk diam. Dia pun berdiri dan menghampiri Marlin.

“Apa kalian saling kenal?” tanya Aiden.

“Harusnya aku yang tanya bukan?” tanya Marlin balik sembari menatap curiga pada Aiden.

“Dia Julia, adik baptisku di panti asuhan. Aku belum memberitahumu bahwa pernah tinggal di panti ya,” terang Aiden.

“Adik? Kenapa tiba-tiba?” cecar Marlin.

Melihat Aiden semakin kebingungan, Julia tampak berdiri dan menghampiri keduanya.

“Bukankah aku pernah katakan, bahwa aku punya saudara di dekat tempat tinggalmu? Masuklah, Marlin. Kita ceritakan sambil minum teh,” bujuk gadis berambut pendek itu.

Marlin terlihat sedikit mengendur mendengarkan perkataan Julia, karena gadis itu memang pernah menceritakan hal tersebut.

Hanya saja, dia tak tahu bahwa saudara yang dimaksud adalah Aiden.

Marlin pun menurut dan masuk dibimbing Aiden. Pria itu bahkan menarikkan kursi untuk gadis kriting itu, dan mengambilkan secangkir teh untuknya.

“Minumlah. Kau pasti lelah,” ucap Aiden.

Marlin pun meneguknya perlahan dan merasa sedikit segar.

“Sekarang, ceritalah. Aku sangat penasaran pada kalian berdua,” seru Marlin.

Aide dan Julia bergantian bercerita tentang hubungan mereka.

Bagaimana mereka bisa kenal dan menjadi saudara, dimulai dari saat Aiden tinggal di panti asuhan ketika dia masih kecil. Sejak ibunya meninggal dunia dan dia belum genap berusia sepuluh tahun.

Sementara Julia, gadis itu datang saat dia masih bayi. Seseorang meletakkannya di depan pintu panti asuhan hanya dengan selembar kain tipis.

“Anak-anak di sana punya kisah masing-masing yang tak ingin mereka ingat. Kisah bagaimana mereka ditinggalkan sendirian di dunia ini,” ujar Julia.

Marlin terus mendengarkan cerita keduanya. Bahkan sesekali sudut matanya mengeluarkan tetesan bening yang cepat-cepat dia seka.

“Sejak itu, aku menjadi bagian panti asuhan bahkan hingga sekarang. Semua yang tinggal di sana adalah keluargaku. Salah satunya Julia,” ungkap Aiden.

“Aku tak menyangka cerita seperti ini ada di dunia,” ucap Marlin yang seolah ikut merasakan kepedihan anak-anak itu.

“Bersyukurlah kau masih ada ibu yang menemanimu, Marlin,” sahut Julia.

“Ehm...,” Marlin hanya bisa mengangguk pelan.

“Ah... cukup cerita sedihnya. Oh ya, Marlin. Ada apa kau kemari?” tanya Aiden.

Marlin kembali meneguk tehnya, sembari menenangkan diri.

“Aku sampai lupa tujuanku datang kemari. Aku ingin memesan bungamu untuk akhir pekan,” ucap Marlin.

“Maksudmu buket bunga?” tanya Aiden.

Marlin menggeleng.

“Bunga yang sangat banyak. Akan ada acara besar yang sedang ku urus. Aku ingin bekerja sama denganmu sebagai supplier bunga segarnya. Apa bisa?” tanya Marlin.

“Marlin, acara apa maksudmu?” tanya Julia penasaran.

“Bukankah kau tau kalau aku sedang menangani acara pertunangan Nona Yu?” jawab Marlin.

“Maksudmu acara itu? Camilla Yu dengan cucu Tuan Wang?” tanya Julia memastikan.

Marlin mengangguk cepat.

Seketika, tatapan Aiden dan Julia beradu dengan ekspresi yang tak bisa dilukiskan kata-kata.

“Marlin, sepertinya kakakku tidak...,” ucap Julia.

“Baiklah. Kapan waktunya,” sela Aiden.

“Kak,” panggil Julia seolah protes dengan jawaban kakaknya.

Melihat hal itu, Marlin nampak kembali curiga.

“Ada apa? Apa kalian punya masalah?” tanya Marlin.

“Tidak ada. Julia hanya keberatan karena jadwal kunjunganku ke panti jadi mundur lagi,” jawab Aiden sembari mengedipkan sebelah matanya ke arah gadis berambut pendek di sana.

“Kalau memang tak bisa, aku bisa cari yang lain,” sahut Marlin.

“Aku bisa atur waktunya. Julia, kau tenang saja. Aku pasti datang,” Ucap Aiden.

“Terserah Kakak saja,” sahut Julia kesal.

“Benar tidak apa-apa?” tanya Marlin sekali lagi memastikan.

“Tentu saja. Serahkan daftar bunganya. Nanti biar ku siapkan,” jawab Aiden.

Marlin lalu mengirimkan sebuah file ke e-mail Aiden berisi jenis bunga yang akan dia pesan.

“Aku percayakan masalah ini padamu, Aiden,” ucap Marlin.

...🐟🐟🐟🐟🐟...

Hari pengerjaan tiba. Marlin dan tim kecilnya sudah berada di tempat acara sejak pagi.

Mereka mulai melakukan dekorasi yang sudah dirancang sebelumnya.

Acara yang didominasi warna soft itu akan berlangsung di sebuah aula besar sebuah hotel bintang lima di pusat kota.

“Kabarnya, acara ini akan jadi pengumuman resmi perusahaan, untuk mengungkap orang ini ke publik,” ucap salah satu rekan Marlin.

“Benarkah? Apa mungkin akan ada persaingan jabatan nantinya, antara orang itu dan Ethan Wang?” tanya yang lain.

“Entah. Bisa saja hal seperti itu terjadi di keluarga kaya bukan,” sahut yang lain.

Marlin nampak mencuri dengar perkataan temannya. Namun dia tak mau terlalu memikirkan akan hal itu dan fokus pada pekerjaannya.

Saat pekerjaan sudah tujuh puluh persen selesai, Marlin mendapatkan kiriman satu mobil penuh bunga-bunga segar.

“Hai, tidak susah mencari alamatnya bukan?” tanya Marlin.

Marlin menghampiri Aiden yang baru sampai. Pria itu terlihat membawa kotak kecil berisi bunga segar premium, dan menyerahkan pada.

“Ehm... jadi di sini ya tempat acara besar itu,” ucap Aiden yang mengedarkan pandangan ke arah gedung bertingkat di depannya.

Sementara para pekerja Marlin mengangkuti bunga-bunga yang dibawa oleh Aiden.

“Sedang apa kau di sini?” tanya seseorang yang tiba-tiba datang.

Marlin dan Aiden menoleh dan keduanya nampak terkejut dengan kedatangan orang tersebut.

“Daanish,” gumam Marlin.

Pria itu menatap keduanya dengan tajam, hingga Aiden pun merasa khawatir, dan melirik ke arah Marlin dan Daanish bergantian.

Tiba-tiba, gadis itu meletakkan kotak bunga yang sejak tadi dipegangnya ke lantai dan membungkuk ke arah Daanish, sembari menghalau pandangan atasannya itu dari Aiden.

“Ehm... Tuan Lau, perkenalkan ini supplier bunga untuk acara besok malam,” jelas Marlin seraya membelakangi Aiden, mencoba menjelaskan situasinya pada Daanish.

Dia tak menyadari gerakan aneh yang dibuat oleh Aiden dibalik punggungnya, hingga membuat Daanish berhenti melangkah, sambil mengerutkan kening dan beberapa kali melihat ke arah orang di depannya secara bergantian.

“Apa dia temanmu?” tanya Daanish lagi.

“Iya, Tuan Lau. Tapi Anda tak perlu khawatir. Bunga-bunganya sangat bagus. Aku jamin itu,” jawab Marlin membela.

Daanish terlihat kembali menatap Aiden dengan tajam. Marlin yang melihat itupun segera berbalik dan berbisik pada Aiden.

“Sebaiknya kau pergi sekarang. Semua bunganya juga sudah diangkut,” seru Marlin.

“Ehm... baiklah kalau begitu,” sahut Aiden.

Dia pun melihat sekilas ke arah Daanish, dan berbalik masuk ke dalam mobil pick up yang dia bawa lalu pergi menjauh.

“Maaf, Tuan Lau. Saya permisi. Masih banyak pekerjaan di dalam,” ucap Marlin.

Seperginya gadis itu, Daanish meraih ponsel dari saku jasnya, dan melihat sebuah panggilan masuk.

Dia pun segera menerimanya.

“Halo,” sapanya datar.

“Jangan katakan apapun padanya,” seru seseorang di seberang panggilan.

“Aiden, mau sejauh mana kau akan manfaatkan Nona Yu? Gadis itu sangat berbakat dan semuanya akan hancur hanya karena dirimu,” cecar Daanish.

“Aku tak akan berhenti sampai aku bisa pergi,” jawab suara di seberang.

Sambungan terputus begitu saja tanpa diakhiri.

Daanish nampak menghela nafas panjang sembari menoleh sekilas ke arah samping.

Bersambung▶️▶️▶️▶️▶️

Jangan lupa like, komen, rate dan dukungan ke cerita ini 😄🥰

1
Evelyne
haiii... awal yg bagus... cuuusss... kita lanjut... apakah semakin seru di part selanjut nya...☺️🤗
🐌KANG MAGERAN🐌: semoga suka ya kak 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!