Agnes menjalani kehidupan yang amat menyiksa batinnya sejak kelas tiga SD. Hal itu terus berlanjut. Lingkungannya selalu membuat Agnes babak belur baik secara Fisik maupun Psikis. Namun dia tetap kuat. Dia punya Tuhan di sisinya. Tapi seolah belum cukup, hidupnya terus ditimpa badai.
"Bagaimana bisa..? Kenapa Kau masih dapat tersenyum setelah semua hal yang mengacaukan Fisik dan Psikis Mu ?" Michael Leclair
"Apa yang telah Dia kehendaki, akan terjadi. Ku telan pahit-pahit fakta ini saat Dia mengambil seseorang yang menjadi kekuatanku. Juga, Aku tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik untukku, Michael." Agnes Roosevelt
Rencana Tuhan seperti apa yang malah membuat Nya terbaring di rumah sakit ? Agnes Roosevelt, ending seperti apa yang ditetapkan Tuhan untuk Mu ?
Penasaran ? Silakan langsung di baca~ Only di Noveltoon dengan judul "Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATPM_Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Dia baru saja pulang dari meeting, dan penampilan rapi itu berhasil di buat berantakan oleh angin saat Dia mengendarai Motor berkecepatan tinggi ke Kediaman Agnes.
Sungguh penampilan berantakan yang berhasil menggetarkan jantung Agnes untuk sesaat. Namun tidak mungkin Mereka berdua tenggelam dalam keheningan. Dengan cepat, Agnes mendapatkan kewarasan dan bersuara terlebih dahulu.
“Untuk apa Kau datang, Tuan Michael ? Sekarang sudah hampir mendekati jam 11 malam.”
“Suara dan wajah Mu saat ini membenarkan kekhawatiran Ku saat mendengar suara tadi lewat telepon. Perkiraan Ku tidak salah. Kau menangis. Siapa yang membuat Mu menangis, Agnes ? Apa masih pelaku yang sama tentang luka di bibir Mu ?”
“Ah. Hanya beberapa hal kecil yang sudah terselesaikan.” Jawab Agnes sambil menyimpan handphone di saku celana.
“Ayo jalan-jalan bersama Ku.”
“Sekarang ?”
“Tentu.”
“Kemana ?”
“Tidak ada tujuan. Hanya mengelilingi Kota sampai Kau merasa lebih baik. Percayalah, angin malam akan sangat membantu Mu.”
“Ku rasa tidak bisa, Tuan Michael. Aku memang bisa membuka pintu kamar dan pintu rumah. Namun tidak dengan gerbang besi ini. Akan tercipta bunyi yang berakhir membangunkan penghuni di dalam rumah.”
“Kau bisa memanjat bukan ?”
“Aku bisa memanjat, namun tidak tau cara turun saat sudah berada di puncak nanti.”
“Hahaha.” Michael terkekeh pelan. Jemarinya menunjuk tembok yang terhubung dengan gerbang. "Panjat saja gerbang nya, dan duduk di atas tembok itu. Sisa nya serahkan pada Ku.”
“Tapi tubuhku tidak sekuat diri Mu pada udara malam, Tuan."
“Kau bisa memakai Jas milik Ku. Ini terbuat dari bahan yang bagus, Kau tidak akan merasa kedinginan.”
“Lalu bagaimana dengan Mu ?”
“Aku masih memakai kemeja putih yang terbalut sampai pergelangan tangan. Itu saja sudah cukup untuk Ku.”
“Lalu bagaimana dengan keamanan berkendara ? Aku tidak punya helem—“
“Ku bawakan milik Brigida.”
“Tapi bagaimana ini ? Aku saja tidak memakai alas kaki.”
“Kita bisa membelinya di perjalanan.”
“Pfftt.. Kau menang, Tuan Michael. Aku kalah.” Tutur Agnes sambil menggeleng pelan karena semua alasannya di beri solusi yang tidak terbantahkan.
Dia pun mulai memanjat pagar besi yang membantunya mencapai puncak tembok. Setelah sampai, Agnes sudah duduk dan menggantung kedua kaki.
“Sekarang bagaimana ?”
“Ulurkan tangan kiri Mu.”
Agnes patuh dan mengikuti yang Michael katakan. Tangan kanan Michael menyambut uluran yang Agnes berikan, dan dalam sedetik langsung menarik tangan Agnes dan membuat Nya bahkan tidak memiliki waktu untuk berteriak karena langsung berada dalam gendongan ala Bridal Style milik Michael yang terasa nyaman dan kokoh.
“Apa tangan yang Ku tarik tadi terasa sakit ?”
“Tidak.” Agnes menggeleng pelan. “Kau tidak menarik dengan kasar. Kau hanya menyentak dan membiarkan tubuhku terjatuh kedalam rengkuhan Mu.”
“Percayalah, tidak semua pria bisa melakukan hal ini.”
“Baiklah, sekarang turunkan Aku.”
“Tidak!” Michael tolak mentah-mentah permintaan Agnes.
Dengan enteng Dia membawa tubuh Agnes ke atas motor dan mendudukkannya di sana.
“Kaki Mu bisa terluka jika Ku turunkan.”
“Permisi, tapi tidak ada ranjau di lingkungan ini Tuan Michael.”
“Aku tau. Aku melakukan ini karena Aku ingin.”
Kemudian Michael menanggalkan Jas dan menyerahkan nya ada Agnes. Agnes langsung memakai Jas itu dan langsung berkomentar. “Sangat besar.”
“Hahaha, karena ukuran tubuh Ku seperti ini, Agnes.” Michael terkekeh gemas dan memakaikan helem ke kepala Agnes.
“Kau siap ?”
“Hem.. Dan jangan lupa membelikan alas kaki untuk Ku.”
“Baiklah, baik..”
Lagi Michael tertawa gemas dan menaiki motor dengan gagah. Wangi parfumnya yang menerpa indra penciuman Agnes sungguh menyegarkan.
Michael menarik gas motor dan memasuki jalanan di mana area motor dan mobil dapat berselancar.
Sambil mengatup tangan, Agnes amati baik-baik punggung Michael yang tersaji di depannya. Sangat kekar dan berotot. Kemeja putih yang hanya longgar sedikit saja itu tetap dapat menonjolkan apa yang ada di balik kain. Di leher Michael, terdapat tato yang entah apa itu. Agnes hanya melihat sedikit saja yang tidak tertutupi.
Sesuai yang Michael janjikan, Dia membelikan alas kaki untuk Agnes. Ukuran nya agak besar namun masih bisa terpakai.
“Lebih nyaman ?” Tanya Michael usai memakaikan alas kaki untuk Agnes.
“Tentu.”
“Mau ku beri saran tentang sesuatu ?” Ujar Michael yang sudah naik kembali di atas motor.
“Tentang apa, Tuan Michael ?”
“Peluk Aku, dengan begitu Aku bisa mengencangkan laju tanpa merasa khawatir Kamu akan tertiup angin.”
“Permisi Tuan. Aku tidak seringan itu.”
“Kau seringan kapas. Hal itu Ku konfirmasi setelah mengendong tubuh Mu tadi.”
“Baiklah, baik... Aku akan patuh. Tuan Michael, Aku harap Kau tidak sedang berusaha mengambil kesempatan dalam kesempitan.”
“Tentu.” Jawab Michael tersenyum lebar sambil menarik gas dan kedua tangan Agnes perlahan melingkar di pinggangnya dengan erat.
Motor kini masih melaju dengan kecepatan yang sama. Michael masih dengan khusyuk merasakan tubuh Agnes yang saat ini benar-benar tengah bersandar di punggung Nya yang lebar.
“Jadi ini kecepatan yang Kau maksud ?” Sindir Agnes yang tidak merasakan perubahan.
“Hahaha, tentu tidak.”
Sedetik kemudian, Michael menambahkan kecepatan dan membiarkan Agnes merasakan diterpa angin malam di jalan tol yang semakin sepi itu sangat mendebarkan. Mata nya berbinar-binar. Degup jantungnya tak tertolong.
“Hmm.. Sangat mendebarkan.” Kata Agnes melengkungkan garis senyum yang tertutup helem.
Michael ikut mencetak senyum lebar, karena bisa merasakan senyum Agnes yang ingin Dia lihat tengah berada di balik helem.
...***...
Setelah berputar-putar selama 40 menit, Michael memarkir motor di pinggir jalan dan duduk dengan Agnes di bangku besi panjang yang tersedia di dekat taman. Tak lupa sudah Dia belikan satu ice cream untuk Agnes.
Michael menyobek plastik ice cream dan menyerahkan nya pada Agnes.
“Lalu untuk Mu ?”
“Aku tidak terlalu suka dengan Ice Cream.”
“Baiklah, terimakasih.” Agnes memakan Ice Cream yang sudah berada di tangan nya.
Kini sudah masuk suapan ke empat dan Agnes menyadari sejak tadi Ocean eyes milik Michael terus menatapnya dengan intens. Usai menghela nafas, Agnes menyodorkan ice cream itu ke depan mulut Michael.
“Kalau suka kan tinggal bilang. Aku tidak masalah meski harus berbagi.”
“!” Michael membelalakkan mata kemudian menarik garis senyum di wajah Nya.
“Ya, Aku suka...” Ucap Michael tertahan dan membiarkan jemarinya menyeka coklat yang bertengger di sudut bibir Agnes. Dia bawa kembali yang sudah melekat di jari dan mencicipinya. “...Manis.” Lontar nya tak mengalihkan sedikitpun tatapan dari Agnes.
“Aku tidak mau berbagi lagi.” Cetus Agnes yang sudah membawa kembali ice cream dan memakannya tanpa melihat iris mata Michael. Ini bentuk perlindungan diri. Iris mata itu, Iris mata yang dimiliki Michael itu sungguh berbahaya.
Tapi meskipun Michael sudah melakukan tindakan yang sedikit berlebihan dengan memakan coklat dari sudut bibir Agnes, Dia tidak merasa takut sedikit pun. Kehadiran dan tatapan yang Michael berikan tidak membuat Agnes merasakan ketakutan. Justru Dia merasa aman. Tidak ada naf*su liar yang tersirat.
Setelah itu, Michael kembali mengajak Agnes berputar-putar di jalanan. Dan saat jam tangannya sudah menunjuk angka 12, Michael langsung putar arah dan mengantar Agnes pulang.
...***...
Di depan rumah Kediaman Roosevelt.
“Sekarang bagaimana ? Aku tidak bisa meloncat ke dalam halaman rumah.” Keluh Agnes yang masih berdiri dengan Jas Michael di badan Nya.
“Lakukan seperti tadi.”
“Tapi Kau berada di—“
Perkataan Agnes terhenti saat melihat Michael dengan lihai nya memanjat gerbang dan melompat masuk ke halaman kediaman Roosevelt.
“Nah, Kau tinggal memanjat dan akan Aku terima seperti tadi.”
Agnes menggeleng sambil tersenyum. Dia patuh dan melakukan gerakan yang sama seperti saat sebelum Dia jalan dengan Michael tadi. Kali ini lebih percaya diri karena Dia tau apa yang akan Michael lakukan.
Takh
Agnes kembali berada diatas lengan berotot milik Michael.
“Sudah ku bilang bukan ? Cukup lakukan seperti tadi.”
Dibawah cahaya yang remang-remang itu, Netra Mereka kembali beradu. Menikmati keindahan masing-masing sebelum berpisah.
...***...
Ehehehe, jangan lupa like dan komen ya Guys. Thank you so much Darling~♡