NovelToon NovelToon
25 ATURAN IBLIS

25 ATURAN IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual
Popularitas:228
Nilai: 5
Nama Author: muhamad aidin

Sarah sang pemeran utama beserta para survivor lainnya telah berada di sebuah dunia tiruan yang nampak aneh. Mereka harus bisa bertahan hidup dengan melewati permainan yang di sebut dengan " 25 aturan iblis ", dimana permainan ini memiliki setiap aturan dan teka teki yang cukup menyulitkan. yang berhasil bertahan hidup sampai akhir, adalah pemenangnya. lalu hadiah yang akan di terima adalah satu permintaan apa saja yang diinginkan...... Mampukah Sarah dan para survivor lainnya keluar dari dunia aneh itu..? lalu bagaimana caranya Alena adik perempuan Sarah yang telah menghilang selama 12 tahun berada di dunia itu....?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muhamad aidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 : berjuang keluar dari reruntuhan stadion

Sarah membuka matanya, pemandangan pertama yang dia lihat adalah cahaya matahari yang silau. Dirinya berada di Padang sabana yang sangat luas beralaskan rumput hijau yang rimbun. Angin berembus sejuk menerpa wajah dan rambutnya yang panjang hitam. Wajah putih Sarah bercahaya ketik matahari mengenai seluruh tubuhnya. Pesona yang tiada duanya.

    Sarah terduduk melihat sekitar. Anginnya begitu sejuk sehingga Sarah merasa nyaman di tengah Padang sabana ini. Dari kejauhan terlihat seluet seseorang sedang melambai, siluet bayangan seseorang yang terus mendekat ke arahnya, persis jumlahnya dua orang. Sarah perhatikan baik-baik seseorang itu, rupanya siluet itu jumlahnya dua orang.

 " Kak Sarah .... ". Teriak seorang anak kecil yang melambaikan tangan. Suara itu nampak tak asing baginya. Suara yang dia kenal. Siluet itu kini telah berbentuk, dua orang, tepat seperti perkiraan Sarah.

" Luna.....". Sarah baru menyadari ternyata yang melambai sejak tadi adalah Luna. Namun, siapa yang bersama Luna...? Dia menggandeng tangan Luna. Sarah menajamkan penglihatannya, dan ternyata itu adalah perempuan paruh baya yang dia lihat di halte bus.

" Ketemu juga akhirnya....". Luna tersenyum setelah sampai di dekat Sarah. Yah... Kali ini dia mengingat perempuan paruh baya itu, yang tak lain adalah ibu kandung Luna.

" Luna akhirnya bersama ibu ". Luna nampak bahagia. Senyumnya seperti tak ada beban, memancarkan senyum kebahagiaan.

" Nak Sarah, makasih yah udah jagaen Luna ". Wanita itu tersenyum kepada Sarah.

" Ibu Luna cantik kan,,, ". Luna dengan sombongnya langsung bercanda di depan Sarah.

    Air mata Sarah tiba-tiba keluar. " Apa aku sudah mati....? ". Sarah seakan mulai berpikir bahwa dirinya mungkin telah meninggal. Dia mengingat terakhir kalinya ketika stadion itu meledak dan lapangan stadion itu tiba-tiba longsor. Wanita paruh baya itu mendekat, lalu jari-jari tangannya mengusap air mata yang basah di pipi Sarah.

" Nak Sarah masih hidup tenang saja. Apa nak Sarah mendengarnya.... ". Wanita paruh baya itu memang kelihatan cantik. Walau terlihat usianya sudah kepala tiga namun, seakan wajahnya tetap awet muda, begitu dekat terlihat cukup jelas raut wajahnya.

      Seraya berkata, Sarah hanya menggeleng dengan apa yang di maksud wanita paruh baya itu.

" Lihatlah, di sana.... ". Wanita paruh baya menunjuk arah di belakang Sarah. Sarah menoleh ke belakang, sekarang ada siluet bayangan seseorang. Siluet itu perlahan menjadi jelas, dan kini bersuara memanggil-manggil namanya.

" Alena..... ". Sarah langsung tahu siapa yang memanggilnya itu.

" Kak Sarah ikuti asal suara itu... ". Luna menuntun Sarah untuk mengikuti suara yang terus memanggil namanya. Wanita paruh baya itu menggandeng tangan Luna, dan segera balik badan pergi bersama Luna ke arah sebaliknya.

" Luna.... Kau mau kemana...? ". Sarah yang masih sedikit bingung hanya bisa memegang tangan Luna.

" Luna gak bisa ikut kak Sarah lagi, sekarang Luna bisa ikut ibu. Kakak harus terus hidup, demi adik kak Sarah dan juga demi Luna, janji... ". Luna menyodorkan jari kelingkingnya. Sarah terdiam sesaat, lalu melihat jari kelingking kecil Luna. Tangan kanannya seolah bergerak sendiri, dan menyodorkan jari kelingking.

" Kalo begitu janji sudah di buat, Luna pergi dulu.... ". Setelahnya wanita paruh baya itu menuntun Luna berjalan. Sarah tak mampu mencegahnya, seolah tubuhnya kaku. Suara itu semakin bergema, dan sekarang semakin jelas dan kencang.

    Bernafas ...... Akhirnya Sarah tersadar.

" Syukurlah.... ". Elang langsung terduduk. Nafasnya mulai tak beraturan, dan dia merasa kelelahan. Alena langsung memeluk Sarah dengan erat, dia terus mengoceh soal atas sadarnya Sarah.

" Dimana aku...? ". Sarah masih merasa pusing dan sakit. Namun syukurlah, karena dia tak mengalami luka yang parah.

" kakak selamat, tenang saja, untunglah tuhan masih memberikan kesempatan untuk kita bersama ". Alena tak mampu menahan tangis harinya. Rasa syukur dan bahagia menyelimuti dirinya.

    Alena menceritakan semua yang terjadi setelahnya. Bagaimana mereka berada di sini..? Dan apa yang terjadi, mungkin ini adalah keajaiban karena mereka dapat selamat dari kehancuran ini.

" Dimana Luna....? ". Setelah mulai tenang, Sarah menanyakan keberadaan Luna. Alena dan Elang hanya diam membisu, mereka berdua seperti tak ingin membahas Luna untuk saat ini.

 " Alena..... Dimana Luna...? ". Sarah memegang bahu Alena. Alena hanya diam seribu bahasa, wajahnya tertunduk. Sarah masih mencecar pertanyaan yang sama, soal Luna dan keberadaannya.

" sebelah sini... ". Elang bangkit dari duduknya, lalu menuntun Sarah untuk mengikutinya. Sarah yang mulai nampak penasaran mengikuti arah Elang. Tanah stadion yang ambruk dan hawa sedikit panas terasa pengap yang Sarah rasakan. Sarah ingat bahwa semua itu terjadi akibat semburan air panas yang keluar dari dalam tanah, lalu terjadi ledakan, dan perlahan tanah stadion longsor di barengi dengan ledakan dahsyat yang menghancurkan bangunan stadion. Elang berhenti tepat di tanah yang sedikit menjorok ke atas, karena longsor tanah menjadi tak beraturan. Terbaring tubuh kecil yang ditutupi kain seadanya yang menutup dari perut hingga kepala. Jasada itu kecil, sudah dipastikan itu adalah seorang anak kecil yang usianya masih di bawah sepuluh tahun. Sarah mendekat, tangannya bergetar seiring rasa penasarannya yang semakin tinggi. Membuka tirai kain itu hingga wajah jasad itupun terlihat.

" Luna...... ". Air mata Sarah tak terbendung lagi. Jasad Luna terbaring begitu saja. Anak kecil itu tewas akibat longsoran tanah dan ledakan.

" Kami menemukannya tergeletak di tempat, kondisinya sudah tak bernyawa.... ". Elang memberitahu semuanya. Sarah menangis kencang, memeluk jasad Luna kecil yang sudah tak bernyawa. Bayangan mimpinya itu adalah pertanda bahwa Luna ingin berpamitan untuk terakhir kalinya dengan Sarah. Suasana sedih terasa begitu kental, rasa duka bercampur kehilangan begitu di rasakan Sarah. Janji untuk melindungi Luna pupus sudah.

" Gak adil, kenapa anak kecil ini harus jadi korban dalam permainan biadab ini....!!! ". Sarah mengungkapkan isi hatinya yang marah dan kecewa. Dia merasa bersalah dan terus menyalahkan dirinya sendiri.

Hanya dalam beberapa hari , tiga aturan dalam permainan ini telah merenggut banyak nyawa penghuni bus. Orang-orang mati dengan cara yang mengenaskan, seakan nyawa tidak ada harganya di dunia ini. Mereka yang masih hidup di paksa bertahan untuk mengikuti aturan. Sifat alami manusia yang menjorok pada kegelapan diperlihatkan dalam game ini seolah di game ini, untuk menjadi pemenang haruslah menjadi seperti iblis.

" Kita harus keluar dari sini, kak .... ". Alena mengusap bahu Sarah dan mencoba menenangkannya.

Bara datang di saat semua sedang berduka. Dia baru saja kembali ketika berhasil. Menemukan jalan keluar dari sini.

" Luka-luka mu....". Elang memperhatikan tubuh Bara yang terlihat segar bugar. Luka-luka di tubuhnya sembuh total seakan luka itu tidak pernah ada.

" Akan ku beritahu nanti, rahasianya ada di jalan arah keluar dari sini. Aku juga seperti tak percaya dengan apa yang terjadi, namun nampaknya ini memang menjadi media penyembuhannya ". Bara meminta semuanya untuk segera mengikutinya.

" Kita harus keluar kak....". Alena lagi-lagi menyuruh Sarah untuk berhenti menangis. Mereka harus berpacu dengan waktu sebelum ada longsor susulan, bisa jadi kali ini akan adanya bencana gempa. Bila terjadi mereka akan terkubur hidup-hidup di sini. Dengan terpaksa Sarah membaringkan kembali jasad Luna. Mereka tidak mungkin membawa jasad Luna karena jalan yang sulit di jangkau apalagi jalan keluar itu harus melewati puing-puing stadion yang telah hancur. Bagi Sarah tempat ini sudah menjadi makam yang terbaik untuk Luna.

Mereka berempat akhirnya pergi berjalan menuju jalan keluar. Tubuh yang terluka, rasa sakit yang sangat terasa, hingga kelelahan yang sangat parah. Perjuangan para survivor masih belum selesai hingga menaklukan dua puluh lima aturan.

1
🍧·🍨Kem tình yêu
wah, jalan ceritanya bikin gue deg-degan 😱
LaConstieConsti
Benar-benar merinding dan merasa terobsesi dengan cerita ini, thor! ❤️
muhamad aidin: terima kasih untuk masukannya.... semoga ke depannya bisa terus menulis untuk para pembaca.....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!